Ingin Mengubah Masa Depan Para Penyandang Cacat Fisik Lebih Baik
A
A
A
Cacat fisik bukanlah penghambat untuk bisa meraih kesuksesan. Meskipun diuji dengan kekurangan dan keterbatasan, seorang perempuan asal India, Ira Singhal, 31, mampu bersaing secara sehat dengan rekan- rekan senegaranya yang memiliki fisik normal.
Dia berhasil memenangi kompetisi bergengsi setelah melewati seleksi tes pegawai pemerintah. Secara fisik, Singhal memang tak banyak menarik mata para lelaki. Namun, dia menjadi buah bibir setelah lolos seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang disebut dengan ujian pelayanan sipil (civil services examination ). Tes itu menjadi tes paling sulit di India. Rasio kelulusannya hanya 0,1-0,3% dengan pesaing lebih dari 900.000 orang. Singhal berhasil melewati dua fase tes yang memakan waktu hingga satu tahun.
Kesuksesannya itu cukup untuk membawa dirinya menghiasi berita utama di berbagai surat kabar. Namun, Singhal lebih dari itu. Karena itu, banyak pewarta dan masyarakat lokal yang mengangkat jempol untuk Singhal yang tak pernah patah arang. Singhal didiagnosis menderita penyakit abnormal scoliosis . Tulang punggungnya berbentuk agak mirip huruf ”S” sehingga terlihat tidak lurus.
”Tapi saya tidak pernah merasa berbeda dari orang lain. Saya juga tidak pernah diperlakukan macam-macam oleh teman atau saudara saya sendiri hanya karena penampilan fisik saya berbeda dari yang lain,” ujar Singhal, dikutip BBC . Kesuksesan, motivasi, dan apresiasi dari orang lain membuat Singhal bangga terhadap dirinya sendiri. Kenyataannya, dia sanggup merealisasikan impiannya atau impian hampir seluruh rakyat India agar bisa berperan aktif dalam melayani negara.
Capaian itu layak diterima Singhal mengingat dia merupakan pekerja keras dan rajin. Singhal juga sudah menyandang gelar master of business administration (MBA) dan insinyur. Dia pernah mencoba menjalani karier sebagai korporat penerbangan tinggi di Pepsi Co. Namun, dia rela pergi untuk mengikuti ujian pelayanan sipil. ”Itu merupakan impian saya. Saya benarbenar ingin melayani negeri ini (India),” tegas Singhal.
Tantangan yang dihadapi Singhal tidak berhenti sampai dia lulus. Ambisi yang ingin dia capai tersebut tetap diuji dengan beragam hambatan. Maklum, India merupakan negara Asia yang terkenal kurang bersahabat dengan orang cacat dalam hal infrastruktur, sikap, dan kebijakan. Mereka menginginkan orang yang ”sempurna”. Pada 1992, India mengesahkan Undang-Undang (UU) Orang Cacat setelah mengadopsi proklamasi dalam Partisipasi Penuh dan Kesetaraan Orang Cacat di Kawasan Asia-Pasifik.
Di bawah UU itu, pemerintah wajib menyisakan lowongan sebanyak 1% di barisan pemerintahan khusus bagi orang cacat. Namun, tipe cacatnya tidak jelas. Pertikaian pun meletus karena pada akhirnya Singhal ditolak menduduki pos pemerintah, sekalipun lolos kualifikasi dalam ujian pelayanan sipil. Tipe cacat seperti Singhal membuatnya tidak mungkin bekerja di Indian Foreign Service (IFS), Indian Police Service (IPS), atau Indian Revenue Service (IRS).
Dia paling memungkinkan bekerja di Indian Administrative Service (IAS). Namun, ternyata Singhal harus menundukkan kepala karena impiannya memasuki IAS pun kandas lantaran cacat fisik yang dialaminya. ”Saya tidak terlalu peduli dengan apa yang sudah terjadi atau apa yang saya capai. Saya merasa seperti seorang pembohong ketika orang-orang menghampiri saya dan berkata bahwa kamu merupakan inspirasi bagi kami,” kata Singhal.
Meski demikian, Singhal mengaku masih ingin memberikan kontribusi positif kepada negara. Sebagai fans Perdana Menteri Narendra Modi, dia ingin berupaya memperbaiki kualitas perempuan dan anak-anak India. ”Saya juga ingin secara aktif bekerja mengubah dan memajukan banyak orang cacat di negeri ini,” pungkasnya.
Muh Shamil
Dia berhasil memenangi kompetisi bergengsi setelah melewati seleksi tes pegawai pemerintah. Secara fisik, Singhal memang tak banyak menarik mata para lelaki. Namun, dia menjadi buah bibir setelah lolos seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang disebut dengan ujian pelayanan sipil (civil services examination ). Tes itu menjadi tes paling sulit di India. Rasio kelulusannya hanya 0,1-0,3% dengan pesaing lebih dari 900.000 orang. Singhal berhasil melewati dua fase tes yang memakan waktu hingga satu tahun.
Kesuksesannya itu cukup untuk membawa dirinya menghiasi berita utama di berbagai surat kabar. Namun, Singhal lebih dari itu. Karena itu, banyak pewarta dan masyarakat lokal yang mengangkat jempol untuk Singhal yang tak pernah patah arang. Singhal didiagnosis menderita penyakit abnormal scoliosis . Tulang punggungnya berbentuk agak mirip huruf ”S” sehingga terlihat tidak lurus.
”Tapi saya tidak pernah merasa berbeda dari orang lain. Saya juga tidak pernah diperlakukan macam-macam oleh teman atau saudara saya sendiri hanya karena penampilan fisik saya berbeda dari yang lain,” ujar Singhal, dikutip BBC . Kesuksesan, motivasi, dan apresiasi dari orang lain membuat Singhal bangga terhadap dirinya sendiri. Kenyataannya, dia sanggup merealisasikan impiannya atau impian hampir seluruh rakyat India agar bisa berperan aktif dalam melayani negara.
Capaian itu layak diterima Singhal mengingat dia merupakan pekerja keras dan rajin. Singhal juga sudah menyandang gelar master of business administration (MBA) dan insinyur. Dia pernah mencoba menjalani karier sebagai korporat penerbangan tinggi di Pepsi Co. Namun, dia rela pergi untuk mengikuti ujian pelayanan sipil. ”Itu merupakan impian saya. Saya benarbenar ingin melayani negeri ini (India),” tegas Singhal.
Tantangan yang dihadapi Singhal tidak berhenti sampai dia lulus. Ambisi yang ingin dia capai tersebut tetap diuji dengan beragam hambatan. Maklum, India merupakan negara Asia yang terkenal kurang bersahabat dengan orang cacat dalam hal infrastruktur, sikap, dan kebijakan. Mereka menginginkan orang yang ”sempurna”. Pada 1992, India mengesahkan Undang-Undang (UU) Orang Cacat setelah mengadopsi proklamasi dalam Partisipasi Penuh dan Kesetaraan Orang Cacat di Kawasan Asia-Pasifik.
Di bawah UU itu, pemerintah wajib menyisakan lowongan sebanyak 1% di barisan pemerintahan khusus bagi orang cacat. Namun, tipe cacatnya tidak jelas. Pertikaian pun meletus karena pada akhirnya Singhal ditolak menduduki pos pemerintah, sekalipun lolos kualifikasi dalam ujian pelayanan sipil. Tipe cacat seperti Singhal membuatnya tidak mungkin bekerja di Indian Foreign Service (IFS), Indian Police Service (IPS), atau Indian Revenue Service (IRS).
Dia paling memungkinkan bekerja di Indian Administrative Service (IAS). Namun, ternyata Singhal harus menundukkan kepala karena impiannya memasuki IAS pun kandas lantaran cacat fisik yang dialaminya. ”Saya tidak terlalu peduli dengan apa yang sudah terjadi atau apa yang saya capai. Saya merasa seperti seorang pembohong ketika orang-orang menghampiri saya dan berkata bahwa kamu merupakan inspirasi bagi kami,” kata Singhal.
Meski demikian, Singhal mengaku masih ingin memberikan kontribusi positif kepada negara. Sebagai fans Perdana Menteri Narendra Modi, dia ingin berupaya memperbaiki kualitas perempuan dan anak-anak India. ”Saya juga ingin secara aktif bekerja mengubah dan memajukan banyak orang cacat di negeri ini,” pungkasnya.
Muh Shamil
(ars)