Operator Taksi Usul Diberlakukan Sistem FIFO
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah perusahaan taksi yang tergabung dalam Komunitas Taksi Bandara mengusulkan sistem tata kelola pengaturan pergerakan unit-unit taksi bandara yang lebih efektif, cepat, dan tertib.
Mereka mengusulkan pengaturan taksi bandara menggunakan sistem first in first out (FIFO) atau istilah di lapangan disebut sistem bebek atau sistem semut. Sistem ini sudah diterapkan di beberapa negara salah satunya Singapura.
Menurut pengamatan dan evaluasi perusahaan taksi bandara, sistem ini dapat memberikan nilai positif dan benefit bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder). ”Dengan sistem ini, lalu lintas pergerakan unit taksi bandara akan lebih tertib dan lancar,” kata pengamat transportasi Martin Budi Ilham dalam rilis yang diterima redaksi KORAN SINDO kemarin.
Sistem ini juga menciptakan standardisasi yang sama pada layanan taksi bandara terhadap penumpang taksi. Termasuk rasa keadilan bagi para operator. Martin menjelaskan, sistem FIFO ini juga otomatis dapat menghapus taksi gelap yang sudah lama beroperasi, tanpa bisa diberantas.
Di samping itu, PT Angkasa Pura II cukup memonitor armada bandara yang terdaftar saja, tanpa perlu mengatur taksi-taksi tanpa stiker. ”Dengan berjalannya waktu, taksi-taksi gelap yang ilegal dan tidak terdaftar resmi itu otomatis tergusur dengan sendirinya,” ujarnya.
Sistem FIFO sebenarnya pernah diberlakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebelum sistem flow atau bersamaan diterapkan. Operational and Services Executive Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta Andhika Nuryaman mengatakan, sistem FIFO memiliki kelemahan yakni menyebabkan antrean taksi menjadi memanjang.
”Kita pernah menggunakan sistem seperti itu. Tetapi, rupanya masyarakat masih enggak mau menerima kalau taksinya tak sesuai dengan keinginan mereka. Pengguna jasa bandara memilih jenis taksi sendiri. Jadi, kalau tak sesuai keinginan, armada taksi menjadi penyebab macet,” ucapnya.
Menurutnya, di masingmasing perusahaan taksinya telah menggunakan FIFO. ”Jadi saat ini kita gunakan sistem sebenarnya FIFO juga, tetapi digunakan di masing-masing perusahaan taksi. Kita gunakan lempar ke pasar, masyarakat pengguna jasa tinggal memilih mau perusahaan taksi apa, ada masing-masing di depan,” tandasnya.
Denny irawan
Mereka mengusulkan pengaturan taksi bandara menggunakan sistem first in first out (FIFO) atau istilah di lapangan disebut sistem bebek atau sistem semut. Sistem ini sudah diterapkan di beberapa negara salah satunya Singapura.
Menurut pengamatan dan evaluasi perusahaan taksi bandara, sistem ini dapat memberikan nilai positif dan benefit bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder). ”Dengan sistem ini, lalu lintas pergerakan unit taksi bandara akan lebih tertib dan lancar,” kata pengamat transportasi Martin Budi Ilham dalam rilis yang diterima redaksi KORAN SINDO kemarin.
Sistem ini juga menciptakan standardisasi yang sama pada layanan taksi bandara terhadap penumpang taksi. Termasuk rasa keadilan bagi para operator. Martin menjelaskan, sistem FIFO ini juga otomatis dapat menghapus taksi gelap yang sudah lama beroperasi, tanpa bisa diberantas.
Di samping itu, PT Angkasa Pura II cukup memonitor armada bandara yang terdaftar saja, tanpa perlu mengatur taksi-taksi tanpa stiker. ”Dengan berjalannya waktu, taksi-taksi gelap yang ilegal dan tidak terdaftar resmi itu otomatis tergusur dengan sendirinya,” ujarnya.
Sistem FIFO sebenarnya pernah diberlakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebelum sistem flow atau bersamaan diterapkan. Operational and Services Executive Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta Andhika Nuryaman mengatakan, sistem FIFO memiliki kelemahan yakni menyebabkan antrean taksi menjadi memanjang.
”Kita pernah menggunakan sistem seperti itu. Tetapi, rupanya masyarakat masih enggak mau menerima kalau taksinya tak sesuai dengan keinginan mereka. Pengguna jasa bandara memilih jenis taksi sendiri. Jadi, kalau tak sesuai keinginan, armada taksi menjadi penyebab macet,” ucapnya.
Menurutnya, di masingmasing perusahaan taksinya telah menggunakan FIFO. ”Jadi saat ini kita gunakan sistem sebenarnya FIFO juga, tetapi digunakan di masing-masing perusahaan taksi. Kita gunakan lempar ke pasar, masyarakat pengguna jasa tinggal memilih mau perusahaan taksi apa, ada masing-masing di depan,” tandasnya.
Denny irawan
(ftr)