Transjakarta Harus Berbenah Diri

Jum'at, 10 Juli 2015 - 08:29 WIB
Transjakarta Harus Berbenah...
Transjakarta Harus Berbenah Diri
A A A
JAKARTA - Pengguna transportasi massal kecewa dengan pelayanan Transjakarta yang tak kunjung membaik. PT Transportasi Jakarta selaku pengelola diminta segera memperbaiki kualitas pelayanan.

Dalam diskusi bertajuk ”Save Transjakarta Busway” yang digelar di Hotel Sriwijaya, Jakarta Pusat kemarin, Suparman 48, salah satu penumpang, mengatakan, sejak 10 tahun lalu menggunakan bus Transjakarta, dia malah semakin merasakan ketidaknyamanan.

Mulai dari armada bus, khususnya bus single yang kondisi air conditioner (AC)- nya mati, atap bocor, petugas jaga tidak ramah, hingga jalur yang kian tidak steril. ”Kami bingung dengan pengelolaan Transjakarta. Semakin pengguna mengeluh, semakin saling lempar tanggung jawab antara manajemen, Pemprov DKI Jakarta dengan operator. Kepada siapa kami menuntut tanggung jawab?” kata Suparman kemarin.

Keluhan serupa diungkapkan David, pengguna Transjakarta lainnya. Berdasarkan pengalamannya selama naik transportasi massal andalan Ibu Kota ini, banyak armada bus yang pintunya terkena las.

Bahkan pintu dekat pramudi juga kadang tidak bisa dibuka. Menurutnya, hal itu sangat berbahaya. ”Haltenya juga enggak jelas. Seperti di Kuningan, mana yang ke Monas, mana yang ke Dukuh Atas, enggak jelas. Petunjuk ini penting bagi penumpang supaya enggak nyasar,” ungkapnya.

Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) Dharmaningtyas yang hadir sebagai moderator dalam diskusi tersebut tidak kaget dengan keluhan-keluhan tersebut. Sebagai orang yang sejak awal mengampanyekan penggunaan Transjakarta, dia sangat kecewa dengan pengelolaan moda transportasi publik ini.

Untuk itu, Tyas meminta agar pengguna Transjakarta lebih baik meninggalkan bus apabila terdesak dan terburuburu. ”Jujur saja, saya selalu bilang ke orang-orang, pada saat terdesak saya enggak mau naik Transjakarta. Lebih baik naik ojek,” ujarnya.

Operasional bus Transjakarta terus bermasalah. Entah itu mogok, terlibat kecelakaan, hingga terbakar. Sepanjang 2015 ini sedikitnya sudah tiga kali peristiwa bus Transjakarta terbakar. Minggu (8/3), Transjakarta merek Zhong Thong koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) terbakar ketika melintas di Jalan Gatot Subroto.

Kemudian Rabu (20/5), Transjakarta koridor V (Ancol-Kampung Melayu) terbakar di Halte Pasar Senen, Jakarta Pusat. Terbaru, peristiwa terbakarnya bus Transjakarta terjadi di Halte Transjakarta UI Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (3/7). Kejadian bermula sekitar pukul 08.30 WIB saat bus Transjakarta LRN-045 milik Lorena hendak mengangkut penumpang.

Kebakaran diduga akibat korsleting listrik pada dinamo starter bus bermerek Komodo tersebut. Api membakar gas dan bagian kompartemen mesin yang terletak pada bagian belakang bus ke arah depan hingga bus gandeng terbakar seluruhnya. Bus yang sudah berusia lebih dari tujuh tahun itu sebenarnya baru saja selesai direkondisi dan dioperasikan beberapa hari lalu.

Akibat kejadian tersebut, kerusakan tidak hanya menimpa bus, namun juga menimbulkan kerusakan halte busway sehingga harus stop beroperasi. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius Kosasih meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi terhadap pelayanan Transjakarta saat ini.

Selama enam bulan Transjakarta di bawah BUMD, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan. Baik dari e-ticketing, pengadaan bus Scania yang akan beroperasi pada Senin (13/7), hingga perubahan standar pelayanan minimum (SPM) yang akan dilakukan tiga bulan mendatang.

Menurut Kosasih, penyebab utama ketidaknyamanan seperti apa yang dikeluhkan para pengguna akibat lemahnya SPM yang telah ada sebelum dia membawahi para operator. ”Kami akan mengubah SPM dalam waktu dekat ini. Salah satunya yakni batas maksimal operasional 275 kilometer dan denda larangan beroperasi apabila bus operator mengalami masalah,” tegasnya.

Kosasih menuturkan, kendala-kendala lain yang menyebabkan rendahnya kualitas pelayanan di antaranya sterilisasi jalur, kurangnya armada, serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang untuk penumpang. Termasuk jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang baru sembilan unit.

”Fokus kami sekarang ini secepatnya menambah bus. Kami sekarang masih sebatas memperbaiki, bukan merombak. Yang paling penting preventifnya. Di kami, perawatan itu harus dilakukan oleh agen pemegang merek (APM),” ungkapnya.

Sementara itu, Dony, dari PT Lorena yang menjadi salah satu operator, sepakat mengikuti SPM baru yang akan dibuat PT Transportasi Jakarta. Namun, dia meminta fasilitas dan kewenangan lainnya dibenahi terlebih dahulu sebelum SPM baru diterapkan.

”Kami tidak masalah dengan adanya SPM baru. Tapi, kami minta agar segala fasilitas seperti sterilisasi jalur, infrastruktur, dan sebagainya diperbaiki terlebih dahulu,” tuturnya.

Bima setiyadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8611 seconds (0.1#10.140)