Uni Eropa Ingin Pertahankan Yunani

Rabu, 08 Juli 2015 - 10:07 WIB
Uni Eropa Ingin Pertahankan Yunani
Uni Eropa Ingin Pertahankan Yunani
A A A
STRASBOURG - Uni Eropa berupaya menghindarkan keluarnya Yunani dari zona euro dan mengedepankan negosiasi ulang untuk mencari solusi atas krisis negara tersebut. Uni Eropa berpandangan Grexit (Greece Exit) bukan pilihan tepat.

”Pengalaman hidup saya mengatakan bahwa jawaban yang menyederhanakan masalah itu solusi salah,” kata Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis, beberapa jam sebelum konferensi tingkat tinggi darurat membahas krisis Yunani berlangsung di Brussels, Belgia, kemarin.

Juncker menjelaskan, UE akan terus bekerja untuk membuka lagi pembicaraan dengan Yunani, tetapi Perdana Menteri (PM) Alexis Tsipras harus menjelaskan arti hasil referendum. Dia juga memperingatkan bahwa solusi tidak akan muncul dalam semalam. ”Sekarang saatnya bagi siapa saja dengan alasan dan kondisi emosi yang sama untuk negosiasi. Delegasi Yunani walk out dari negosiasi. Itu salah. Anda tidak boleh walk out dari negosiasi,” ujarnya.

Para menteri keuangan dari 19 negara zona euro kemarin bertemu di Brussels untuk meninjau kembali situasi Yunani. Pertemuan itu sebagai langkah awal sebelum para pemimpin negara berkumpul membahas solusiatas kebangkrutan ekonomi negara tersebut. Rapat darurat itu sekaligus merespons hasil referendum rakyat Yunani, Minggu (5/7) .

Seperti diketahui, referendum menghasilkan 61% suara menolak syarat-syarat penghematan anggaran seperti diminta para kreditor sebagai imbalan atas dana talangan (bailout) baru. Rakyat mengatakan ”tidak” pada syarat-syarat bailout, termasuk kenaikan pajak dan pemangkasan tunjangan. Sikap ini semakin meningkatkan risiko negara itu keluar dari zona euro.

Menteri Luar Negeri Italia Paolo Gentiloni menyatakan rakyat Yunani harus menyalahkan para pemimpin mereka atas krisis ekonomi yang menimpa negara itu. ”Krisis sekarang bukan kesalahan Jerman, tapi tanggung jawab Pemerintah Yunani yang telah mengikuti ini 15-20 tahun silam,” ungkap Gentiloni pada harian Corriere della Sera.

Jerman merupakan pemberi kredit de facto zona euro. Negara itu mendesak penerapan kebijakan penghematan sebagai imbalan bailout untuk Yunani. Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya menegaskan bahwa berbagai syarat untuk paket penyelamatan Yunani belum terpenuhi. ”Situasi tidak selesai dengan kemenangan tidak dalam referendum Yunani. Suara itu menunjukkan PM Tsipras mendapat dukungan mayoritas rakyat Yunani, tapi itu bukan solusi,” kata Gentiloni.

Dia pun menolak argumen agar Yunani keluar dari zona euro. Menurut dia, ada argumen budaya, sejarah, dan geopolitik untuk mempertahankan negara itu tetap di zona euro. ”Fakta bahwa Yunani tetap negara UE dan NATO tidak dapat menjadi elemen kedua dalam analisis kami. Dan saya katakan itu tanpa membenarkan berbagai hal yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh Athena dalam beberapa bulan lalu,” ungkapnya.

Sikap serupa dilontarkan Prancis yang tidak mau ambil risiko jika Yunani keluar dari zona euro karena dikhawatirkan bakal berdampak pada ekonomi global. Paris berpandangan bahwa restrukturisasi utang merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh. ”Prancis akan melakukan apa pun sehingga Yunani tetap di zona euro karena itu bagiannya, di jantung proyek Eropa,” tutur Perdana Menteri Prancis Manuel Valls.

Para pemimpin Eropa memperingatkan PM Tsipras agar mengajukan proposal baru tentang bailout di KTT darurat atau berisiko keluar dari zona euro. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande mendesak Tsipras membuat proposal yang tepat demi membangun kembali kepercayaan dan memulai lagi negosiasi.

Surat kabar terlaris di Jerman, Bild, menyatakan negara itu memerlukan ”kanselir besi” dalam konferensi tingkat tinggi tersebut. Bild memasang gambar Merkel menggunakan helm berduri seperti yang digunakan Otto von Bismarck, kanselir pertama Jerman. Sementara itu Dana Moneter Internasional (IMF) mengaku siap membantu Yunani keluar dari krisis jika diperlukan.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menegaskan bahwa lMF telah mencermati hasil referendum Yunani. Hingga saat ini, Yunani memiliki kewajiban yang belum dilunasi kepada IMF sebesar 21,2 miliar euro. Sebanyak 1,5 miliar euro utang itu telah jatuh tempo pada 30 Juni lalu dan tak terbayar. Situasi itu menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang gagal bayar (default ) pada utang IMF.

Dampak Psikologis

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengkhawatirkan dampak negatif terhadap kondisi psikologis investor menyusul krisis Yunani. Meski demikian Tito meyakini dampak negatif itu hanya bersifat jangka pendek karena kinerja emiten masih positif di tengah perlambatan ekonomi.

”Perusahaan di Indonesia masih berkembang dengan bagus, banyak perusahaan yang masih yakin dapat mencapai target. Saya percaya, selama fundamental perusahaan masih bagus, maka dampak Yunani akan jangka pendek,” ujarnya di Jakarta kemarin.

Syarifudin/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6265 seconds (0.1#10.140)