Referendum Yunani Berlangsung Ketat

Senin, 06 Juli 2015 - 10:38 WIB
Referendum Yunani Berlangsung Ketat
Referendum Yunani Berlangsung Ketat
A A A
ATHENA - Jutaan rakyat Yunani kemarin memberikan suara dalam referendum apakah akan menerima dana talangan internasional atau tidak.

Hingga dini hari tadi , ”tidak” memimpin hasil pemungutan suara dengan 60,49%. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi resmi hasil referendum tersebut. Sebelumnya Pemerintah Yunani menyarankan rakyatnya untuk memilih “tidak” terhadap dana talangan.

Jika pilihan “tidak” menang, Yunani diperkirakan akan keluar dari Zona Eropa. Namun bagi para pemimpin Eropa, pilihan “tidak” rakyat Yunani akan memicu kekisruhan dan ketidakpastian. Adapun jika “ya” memenangi referendum, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Alexis Tsipras akan hancur.

PM Alexis Tsipras mengaku optimistis bahwa “tidak” akan menang dalam referendum kali ini. “Tidak ada seorang pun yang bisa mengabaikan keinginan rakyat,” kata Tsipras setelah memberikan suara. Dia mengungkapkan, pilihan “tidak” akan mengirimkan pesan penentuan, bukan hanya bagi yang tinggal di Eropa, tetapi juga mereka yang hidup dengan martabat di Eropa.

Tsipras, mantan aktivis mahasiswa yang kini berusia 40 tahun, mengungkapkan referendum merupakan permasalahan martabat nasional masa depan Eropa. “Besok (kemarin) kita akan membuka jalan baru bagi seluruh rakyat Eropa,” katanya seperti dikutip Reuters. Dia menambahkan, jalan ini juga diharapkan mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan solidaritas di Eropa.

Menurut Tsipras, persyaratan Uni Eropa (UE) yang mencakup kenaikan berbagai pajak dan pemotongan anggaran memberatkan Yunani. “Yunani akan menghadapi banyak menderita karena berbagai tuntutan Uni Eropa sebelumnya yang mengakibatkan pengangguran dan turunnya standar kehidupan,” sebutnya.

Tsipras mengatakan, kalau rakyat menolak, pemerintahnya akan bisa berunding dengan para menteri keuangan Uni Eropa dalam posisi yang lebih baik. Tempat-tempat pemungutan suara yang dibuka sejak pagi dipenuhi warga yang hendak bersuara tentang apa yang harus dilakukan mengenai dana talangan terhadap ekonomi negeri yang terancam bangkrut itu.

TPS di seluruh Yunani mulai dibuka pukul 07.00 dan akan ditutup pukul 19.00 waktu setempat. Jajak pendapat terakhir yang dikutip CNN menunjukkan lebih dari 70% pemilih menyatakan Yunani seharusnya bertahan di Zona Eropa, apa pun yang terjadi. Mayoritas jajak pendapat menunjukkan dukungan “ya”. Adapun beberapa jajak pendapat menunjukkan pendukung pro dan kontra Zona Eropa sama-sama kuat.

Namun jumlah warga Yunani yang ikut dalam jajak pendapat tersebut relatif tinggi. Program talangan untuk Yunani yang melibatkan Dana Moneter Internasional (IMF), Komisi Eropa, dan Bank Sentral Eropa berakhir pada 30 Juni lalu dan permohonan Yunani untuk diperpanjangnya tenggat waktu mendapat penolakan. Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis mengatakan bahwa Uni Eropa “tak memiliki dasar hukum” untuk mengeluarkan Yunani dari zona mata uang euro.

Dia mengaku akan mengundurkan diri jika referendum memenangkan “ya”. Pada malam menjelang referendum, Varoufakis menuding para kreditor Yunani berusaha menyebarkan ketakutan atas referendum. “Mengapa mereka memaksa kita untuk menutup bank-bank? Untuk menanamkan ketakutan di kalangan rakyat dan menyebarkan ketakutan disebut terorisme,” katanya kepada harian El Mundo.

Respons rakyat Yunani juga beragam. Menurut Dimitris Kavouklis, 42, ketika Anda memilih dua solusi buruk, Anda memilih yang tidak terlalu buruk. “Yang jelas, saya memilih ya,” katanya setelah memberikan suaranya di Athena. Adapun Nadia, seorang pensiunan guru bahasa Inggris, mengaku khawatir jika harus memilih “tidak”. “Namun jika saya memilih ya, kita juga khawatir. Keduanya sama-sama mengkhawatirkan,” tutur Nadia.

Michelis, warga Yunani berusia 80 tahun, memilih “tidak”. Dia mengaku khawatir ketika kreditor akan menekan Yunani dengan sangat serius. Adapun Theodora, 61, pensiunan jurnal, memilih “ya” karena dia mendukung UE.

Eropa Berharap-harap Cemas

Kanselir Jerman Angela Merkel dan para pemimpin UE lain menunggu hasil referendum. Merkel mengungkapkan Eropa seharusnya tetap tenang menunggul hasil referendum karena UE masih kuat dan bisa menyelesaikan krisis. UE sebagai kreditor utama Yunani menyatakan pilihan “ya” bisa memberikan harapan bagi pembangunan Yunani. Sebaliknya, mereka berpandangan pilihan “tidak” akan berdampak pada keruntuhan finansial.

Sementara itu menurut Pawel Tokarski dari Institut untuk Kajian Keamanan dan Internasional, kekhawatiran “tidak” akan memicu Yunani keluar dari Zona Eropa. “Itu akan menentukan lintasan masa depan integrasi Eropa,” tutur Tokarski. Menurut PM Italia Matteo Renzi, apa pun hasil referendum, negara Eropa harus berunding satu sama lain. Adapun PM Spanyol Mariano Rajoy berharap Yunani tetap berada di Zona Euro karena masa depan tidak akan mudah.

Ketua Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan Eropa tidak akan meninggalkan rakyat Yunani. Dalam wawancara dengan harian Jerman Welt am Sonntag, dia mengungkapkan pemerintahan Tsipras mengajak Yunani menuju “jalan buntu”.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6720 seconds (0.1#10.140)