Presiden Ajak Jaga Ukhuwah

Sabtu, 04 Juli 2015 - 12:39 WIB
Presiden Ajak Jaga Ukhuwah
Presiden Ajak Jaga Ukhuwah
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat untuk menegakkan prinsip persaudaraan atau ukhuwah, baik terhadap saudara sebangsa, sesama pemeluk agama maupun sesama muslim.

”Dengan spirit ukhuwah tersebut pemerintah dan masyarakat punya kekuatan alamiah membendung radikalisme atas nama agama,” ujar Presiden pada peringatan Nuzululquran tingkat nasional di Istana Negara, Jakarta, tadi malam. Dalam sambutannya tersebut Presiden juga mengajak umat Islam untuk lebih bersemangat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT pada bulan suci Ramadan ini demi mendapatkan rida-Nya, ditunjukkan jalan lurus, dan mendapatkan limpahan rezeki.

”Sehingga rakyat cukup sandang, pangan, dan papan. Supaya rakyat sehat, berpendidikan, punya harga diri dan martabat. Karena sesungguhnya negeri kita yang besar ini semestinya bisa maju sejajar dengan negara maju lainnya,” ujarnya. Presiden Jokowi menghadiri peringatan turunnya Alquran dengan mengenakan setelan jas dan kopiah hitam.

Dia didampingi Ibu Negara Iriana yang menggunakan jilbab warna merah jambu. Selain itu, tampak Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) didampingi Ibu Mufida Kalla yang mengenakan jilbab biru gelap. ”Setiap kali peringatan Nuzululquran diselenggara kan, baik di tingkat kenegaraan maupun kampung, secara otomatis api Islam lebih menyala,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kegiatan ini juga dihadiri menteri di Kabinet Kerja, salah satunya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin beserta istri. Turut hadir pimpinan MPR dan DPR bersama sejumlah perwakilan negara sahabat. Adapun uraian hikmah Nuzululquran dengan tema ”Alquran sebagai Petunjuk dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” disampaikan oleh dosen UIN Syarif Hidayatullah yang juga pengasuh Ponpes Dar Alquran Arjawinangun Cirebon, Ahsin Sakho Muhammad.

Di tempat terpisah, guru besar psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menyatakan upaya antisipasi terhadap gerakan radikalisme dan terorisme tidak boleh berhenti meski di bulan Ramadan ini aktivitasnya cenderung menurun. ”Antisipasi dan pencegahan paham tersebut tidak boleh berhenti, apa pun keadaannya,” katanya di Jakarta kemarin.

Justru, menurut Hamdi, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Menurutnya, seseorang yang sudah terpengaruh paham radikal tidak akan dengan mudah berubah pendiriannya. ”Jangan sekali-kali lengah karena tingkat radikalisme para pengikut gerakan itu sudah tertanam dalam isi kepala, hati, dan sikap dia.

Kalau belum dilakukan deradikalisasi, jangan harap mereka akan sadar,” kata dia. Menurut Hamdi, saat ini kesempatan kelompok radikal melakukan aksi sangat sulit seiring dengan semakin intensifnya langkah-langkah pencegahan radikalisme dan terorisme yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta upaya penindakan yang dilakukan Densus 88 Polri.

Namun, lanjut Hamdi, pekerjaan kontraradikalisme dan terorisme tidak akan pernah selesai karena ideologi yang menjustifikasi mereka menjadi radikal itu memang ada. Seperti paham-paham radikalisme yang dibuat Salafy Jihadi dan Abdullah Azzam. ”Selagi buku-buku karangan mereka untuk menyebarkan ajaran itu masih ada, maka paham radikalisme dan terorisme akan tetap mengancam kedamaian di muka bumi,” katanya.

Dia memberi contoh gerakan- gerakan radikalisme yang terus bermunculan. Setelah era Jemaah Islamiah (JI), Al- Qaeda, kini muncul gerakan yang lebih radikal, yaitu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). ”Itu adalah bukti radikalisme dan terorisme akan terus berkembang dalam perjalanan peradaban di dunia ini,” ujarnya.

Bakti munir/ okezone/sindonews/ ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3704 seconds (0.1#10.140)