Strategi Militer AS Dikecam

Sabtu, 04 Juli 2015 - 12:37 WIB
Strategi Militer AS...
Strategi Militer AS Dikecam
A A A
BEIJING - Musuh bebuyutan Amerika Serikat (AS), Rusia dan China, mengecam strategi militer Washington. Gedung Putih masih memandang Beijing dan Moskow sebagai ancaman nyata.

Kementerian Luar Negeri China mengecam strategi militer nasional yang diunggah Pentagon. Washington menuding klaim China di Laut China Selatan sebagai langkah agresif dan melanggar hukum internasional. ”Kita mengungkapkan kekecewaan dan penentangan terhadap laporan yang melebih-lebihkan ancaman China,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, kemarin, dikutip Reuters.

Dalam laporan strategi militer pembaharuan sejak 2011, AS menganggap upaya reklamasi China di Laut China Selatan terlalu agresif. Apalagi, wilayah itu merupakan jalur lalu lintas perdagangan senilai USD5 triliun (Rp66.666 triliun) setiap tahun. Apalagi, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan juga mengklaim kepulauan di Laut China Selatan.

AS menyebut berbagai langkah China hanya menambah ketegangan di kawasan Asia-Pasifik. Menurut Hua, China berulang kali menjelaskan sikapnya tentang isu pembangunan di Laut China Selatan kepada AS. ”Kita percaya AS seharusnya mengabaikan mental Perang Dingin mereka,” tudingnya.

Selain China, Rusia juga mengecam strategi militer AS yang menuding Moskow tidak menghormati kedaulatan negara tetangganya. Selain itu, AS menuduh Rusia juga berkontribusi dalam perdagangan narkotika dan terorisme. Kemudian, Rusia juga dianggap menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuannya.

Kremlin menganggap tudingan tersebut sebagai upaya kontroversial. ”Penggunaan bahasa seperti itu pada dokumen tersebut, dapat kita katakan, itu mungkin sikap konfrontasi yang mengarah kepada negara kita,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dengan penuh kekecewaan. ”Tentunya, langkah AS itu akan merusak normalisasi hubungan bilateral kedua negara,” imbuhnya.

Ketika ditanya apakah Rusia akan menyusun strategi keamanan baru? Peskov menegaskan semua keamanan nasional Rusia akan diadopsi dan disesuaikan dengan fakta. Meski demikian, dia menyerukan kerja sama lebih erat antara Rusia dan AS dalam permasalahan global. Hubungan Moskow dan AS mencapai titik terendah sejak Perang Dingin.

Penyebab utamanya adalah intervensi Rusia di Ukraina timur. AS dan Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia setelah Moskow menganeksasi Crimea pada tahun lalu. Sanksi justru ditambah setelah Rusia dituduh membantu pemberontak pro-Rusia dengan mengirimkan senjata dan tentara.

Dalam laporan strategi militer AS, China dan Rusia masih dianggap sebagai ancaman militer paling berbahaya bagi Washington. Kedua negara itu merupakan mengancam kepentingan keamanan AS. Selain itu, AS juga menganggap Iran dan Korea Utara (Korut) yang mengembangkan senjata nuklir sebagai potensi keamanan serius bagi Washington dan aliansinya.

Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Martin Dempsey memperingatkan kecil kemungkinan Washington akan bertempur dengan kekuatan besar karena dampak yang sangat luar biasa. ”Konflik masa depan akan datang lebih cepat dan terjadi lebih teknis di medan tempur,” tutur Dempsey.

Dia menambahkan, sejak strategi militer yang dipublikasikan empat tahun lalu, kekacauan global mencuat dan beberapa keuntungan bersama AS dan aliansi semakin tergerus. Dempsey juga masih yakin bahwa AS masih menjadi kekuatan militer terbesar di dunia, namun negara lain masih meningkatkan kemampuan militer mereka. Kesenjangan antara negara lain dan kekuatan AS semakin dekat.

”Dalam konteks itu, strategi 2015 menganggap kesuksesan sangat bergantung bagaimana instrumen militer kita mendukung kekuatan nasional dan bekerja sama dengan aliansi dan mitra,” papar Dempsey. Tidak berpuas diri, menurut Dempsey, AS harus lebih inovatif dan terintegrasi.

Strategi militer AS memperkuat kerja sama membentuk lingkungan keamanan dan memperbaharui komitmen profesional. Mengenai perkembangan teknologi perang, AS akan terus mengembangkan sistem militer yang lebih kompetitif. AS akan mengembangkan sistem peringatan dan pencegahan serangan. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga masih menjadi ancaman bagi AS.

”Apa yang kita ketahui tentang ISIS adalah transregional,” ucap Dempsey. Ada juga kelompok teror di Afghanistan yang juga berafiliasi dengan ISIS. Ditambah dengan Boko Haram di Nigeria juga yang mendukung ISIS. ”AS mencoba membangun jaringan untuk memerangi ISIS,” tegas Dempsey.

Sementara itu, pemimpin senior ISIS Tariq al-Harzi yang dikenal sebagai ”pemimpin pelaku bom bunuh diri” dilaporkan tewas dalam serangan udara di Suriah pada bulan lalu. Kabar itu dilaporkan pejabat militer AS kepada CNNpada Kamis (2/7) waktu setempat. ”Ini pencapaian besar,” ujar Mike Rogers, pakar keamanan nasional AS.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0685 seconds (0.1#10.140)