Saatnya Memodernisasi Alutsista TNI

Kamis, 02 Juli 2015 - 09:45 WIB
Saatnya Memodernisasi Alutsista TNI
Saatnya Memodernisasi Alutsista TNI
A A A
JAKARTA - Tragedi jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Medan, Sumatera Utara harus menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah. Sudah saatnya pemerintah memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo (HT) di Jakarta kemarin. HT mengucapkan bela sungkawa atas insiden yang menimpa pesawat Hercules C-130 tersebut. ”Kami turut berbela sungkawa terhadap para korban dan keluarganya. Kalau saya baca pesawatnya, itu pesawat lama tahun 64, masa pesawat umurnya lebih tua dari saya. Saya saja 50 tahun, pesawat 51 tahun jadi sudah tidak layak,” tandasnya.

Menurut HT, pemerintah harus melakukan introspeksi, sebab banyak kekurangan yang dimiliki dan harus diperbaiki. ”Intinya Indonesia harus cepat tumbuh menjadi negara maju, menterimenterinya mampu untuk menjalankan program yang tepat sasaran. Pak Jokowi sebagai presiden, juga bisa mengendalikan semua menterinya menuju arah yang benar sehingga Indonesia bisa benarbenar tumbuh dan maju,” katanya.

Apabila Indonesia benarbenar menjadi negara maju dan kaya, lanjutnya, maka keinginan untuk membeli peralatan militer, memberikan bantuan ke masyarakat yang tertinggal, dan membangun infrastruktur supaya pembangunan ekonomi lebih cepat maju bisa dilakukan. ”Nambah anggaran (militer) gampang di atas kertas, uangnya ada tidak? makanya saya katakan Indonesia harus jadi negara maju supaya punya uang. Sementara uang kita itu pas-pasan,” ungkapnya. HT juga mendukung agar TNI tidak lagi menggunakan alutsista yang sudah usang.

”Iya (alutsista usang). Sekarang uangnya ada apa tidak? memang posisinya dilematis kita tidak bisa menyalahkan TNI. Pemerintah harus mampu menumbuhkan ekonomi semaksimal mungkin sehingga Indonesia jadi negara kaya. Dengan demikian, kebutuhan kita yang kurang bisa dipenuhi,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais meminta TNI segera menginvestigasi insiden kecelakaan pesawat Hercules C-130. ”Kami harap investigasi dari internal TNI bisa cepat dilakukan maka apabila ada tindakan bisa segera dilakukan,” ujar Hanafi di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. Menurut dia, apabila benar ada ketidaksesuaian prosedur terkait alutsista, Komisi I DPR meyakini TNI memiliki mekanisme internal untuk investigasi dan mengusut oknum yang terlibat.

Hanafi mengatakan, alutsista baik pesawat dan kapal apabila penggunaannya seharusnya untuk prajurit, maka harus ditaati peruntukannya tersebut. ”Apabila ada masyarakat sipil di sana, saya memahami bahwa pemerintah perlu perhatian lebih,” katanya. Menurut dia, Hercules merupakan jenis pesawat angkut. Artinya untuk dropping barang dan perpindahan pasukan dan untuk prajurit. Jika ada tujuan khusus bahwa sipil ikut dalam pesawat itu, itu ada pengecualian.

”Tapi di luar itu tidak diperkenankan membuat atau pakai alutsista untuk transportasi pribadi atau sipil,” katanya. Komisi I DPR, ujarnya, memiliki wewenang untuk mengawasi proses investigasi tersebut agar berjalan transparan dengan pemantauan. Selain itu, Komisi I DPR juga akan berkomunikasi intensif dengan panglima TNI dan kepala staf Angkatan Udara agar investigasi tersebut tidak salah sangka di mata publik nantinya.

Pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati berpendapat, pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh di Medan tidak hanya bisa disebabkan oleh ”uzur”-nya pesawat tersebut, namun juga bisa disebabkan human error. ”Dalam peristiwa jatuhnya Hercules C-130 di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, ada berbagai kemungkinan penyebab. Selain tentunya faktor usia pesawat tersebut.

Human error (kesalahan manusia) juga mungkin. Ada (kemungkinan) karena mungkin saat mengudara kurang kuasai medan dan pesawatnya,” ungkap Susaningtyas. Pesawat Hercules itu, lanjut Susaningtyas, selama ini memang masih dijadikan salah satu alat angkut atau transportasi utama bagi TNI AU. Hercules merupakan pesawat lawas bermesin empat turboprop sayap tinggi (high wing). Pesawat tersebut dikenal sebagai salah satu pesawat yang mampu mendarat dan lepas landas dari runway atau landasan ancang yang pendek atau tidak disiapkan. Namun demikian, Hercules yang dimiliki TNI AU saat ini merupakan pesawat ”uzur” dengan produksi tahun 1964 dan sudah terbilang cukup tua di kelasnya.

”Meskiterbilangpesawattua, Hercules masih dianggap layak untuk digunakan dalam berbagai misi. Utamanya misi yang dijalankan oleh pasukan TNI AU,” ujarnya.

Sucipto/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4983 seconds (0.1#10.140)