Tragedi Hercules 121 Tewas

Rabu, 01 Juli 2015 - 08:56 WIB
Tragedi Hercules 121 Tewas
Tragedi Hercules 121 Tewas
A A A
MEDAN - Musibah penerbangan kembali menimpa TNI. Kemarin pesawat Hercules C-130 milik TNI AU dengan nomor penerbangan A1310 jatuh di perkampungan penduduk di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Sebanyak 121 orang menjadi korban dalam musibah tersebut.

Hercules nahas tersebut mengalami musibah sesaat setelah take off dari Lanud Soewondo Medan pada pukul 12.14 WIB untuk melakukan operasi penerbangan angkutan udara militer (PAUM). Namun, baru sekitar dua menit terbang, tiba-tiba pesawat tersebut mengalami kerusakan.

Pilot Kapten Pnb Sandy Permana sempat meminta return to base (RTB) dengan memutar arah ke kanan ingin kembali ke Lanud Soewondo. Begitu hendak balik arah, pesawat pun langsung terjatuh dan terbakar. Jumlah penumpang pesawat dan korban musibah sempat simpang siur. Namun, TNI AU memastikan jumlah penumpang Hercules 101 orang dan 12 kru pesawat. Di antara penumpang adalah 10 anggota Batalion 462 Paskhas TNI AU. Selain mereka yang ada dalam pesawat, delapan warga Medan turut menjadi korban karena tertimpa bangkai pesawat.

Mereka terdiri atas enam perempuan dan dua laki-laki yang diduga pekerja di pengobatan tradisional Oukup BS. Bangunan Oukup BS sendiri rata dengan tanah karena ditimpa bangkai badan pesawat angkut militer ini. Sampai berita ini diturunkan, korban yang sudah ditemukan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan yang berjarak sekitar 7 km dari lokasi kejadian.

Sejauh ini belum ada informasi adanya korban yang selamat. Proses evakuasi sendiri terus berlangsung dan berjalan tidak mudah. “Reruntuhan gedung ini menyulitkan evakuasi. Makanya sampai pada detik ini, jumlah korban yang ditemukan baru 50 orang saja penumpang pesawat,” ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna di Medan kemarin.

Apa penyebab jatuhnya pesawat, TNI AU belum memastikan. Hanya, pesawat buatan Amerika Serikat tersebut terbilang uzur karena diproduksi tahun 1964. Menurut KSAU, pesawat mendapat izin terbang karena sudah dinyatakan laik terbang. Namun, dia menduga terjadi kerusakan mesin atau hidrolik hingga pilot meminta RTB. “Investigasi pasti kita lakukan. Namun karena kru pesawat tidak ada ditemukan dalam keadaan hidup, maka investigasi kita lakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya,” terangnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas musibah tersebut. Dia juga memprihatinkan kondisi pesawat yang pernah digunakan Presiden Soekarno tersebut. Mantan wali kota Solo itu pun meminta audit total alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI/Polri.

“Dari beberapa kali kecelakaan, kita harus memodernisasi dan memperbarui. Ini akan kita audit total, karena tidak sekali dua kali ini terjadi kecelakaan,” katanya, kemarin. Kecelakaan dramatis dengan korban masif mengingatkan terjadi kecelakaan Mandala Airlines pada 5 September 2005 yang menewaskan 149 orang, di antaranya Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin dan mantan Gubernur Sumut Raja Inal Siregar. Pesawat jatuh di lokasi yang berjarak 2 km dari titik Hercules jatuh.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Soewondo Medan Mayor Jhoni Tarigan mengatakan, Hercules C-130 tersebut milik TNI AU dari Skuadron 32 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang. Pesawat tersebut awalnya berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, kemudian menuju Dumai, lalu ke Lanud Soewondo Medan. Selanjutnya, Hercules berencana terbang ke beberapa pangkalan militer, termasuk Natuna dan Pangkalpinang.

Namun, rencana tinggal rencana karena pesawat mengalami musibah, sesaat setelah terbang. Seorang saksi mata bernama Mawardi, 55, warga Jalan Jamin Ginting Medan, mengatakan bahwa pesawat nahas itu telah mengeluarkan asap ketika terbang rendah di kawasan tersebut. Saking rendahnya, pesawat menabrak tower base transceiver station (BTS). “Setelah menabrak tower, pesawat mengeluarkan asap hitam dan terbang oleng,” katanya kepada KORAN SINDO kemarin.

Tak lama kemudian, pesawat menukik dan menghantam ruko empat lantai yang baru selesai dibangun hingga runtuh. Seketika itu juga pesawat meledak beberapa kali dan menghanguskan bangunan di sekelilingnya. Ledakan pertama saat pesawat menghantam gedung, kemudian setelah itu terjadi ledakan susulan yang tidak sekeras ledakan pertama. Berdasarkan pantauan di lapangan, pesawat nahas tersebut tinggal serpihan. Upaya evakuasi korban berjalan tidak mudah, apalagi ribuan warga langsung menyemut setelah kecelakaan terjadi.

Hingga tadi malam, evakuasi yang melibatkan tim gabungan dari TNI AD, TNI AU, Polri, dan lainnya masih terus berlangsung. Untuk mempercepat pencarian korban, Polda Sumut mengerahkan dua anjing pelacak. Adapun di RSUP H Adam Malik Medan, sejak pukul 13.00 WIB, ruang instalasi jenazah dipenuhi ratusan warga yang ingin mendapatkan informasi terkait keluarga yang ikut dalam penerbangan. Isak tangis pun masih terdengar dari warga yang kehilangan keluarga.

“Abang saya tak punya keluarga di sini. Jadi saya datang mau melihat. Karena tidak ada identifikasi, pulang dulu saja,” jelas Muklis, salah satu keluarga korban. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut Kombespol Setyo P menjelaskan, identifikasi terhadap seluruh korban kecelakaan Hercules TNI AU akan dilakukan Rabu ini (1/7) dan dimulai pukul 08.00 WIB.

“Kita imbau kepada masyarakat yang merasa keluarganya ikut menjadi korban dalam kecelakaan ini untuk mengadu ke kita. Baik itu menyangkut visualnya, pakaian yang dipakai, perhiasan, KTP, apa saat itu membawa ijazah, sidik jarinya dari SIM, ijazah, KTP, dan lainnya. Untuk membantu tim identifikasi,” katanya.

Angkut Penumpang Sipil

Jatuhnya pesawat Hercules di Medan, juga sekaligus mengingatkan musibah jatuhnya pesawat sama di Magetan, Jawa Timur pada 2009. Selain pesawat sama, insiden itu juga mempunyai cerita sama, yakni sama-sama mengangkut penumpang sipil. Dalam kecelakaan di Magetan, tercatat lebih dari 100 orang tewas. Mengapa tidak ada evaluasi atas kondisi tersebut?

KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui pesawat angkut tersebut memang sering digunakan untuk mengangkut warga sipil, khususnya saat Ramadan, menjelang Idul Fitri, dan hari-hari besar keagamaan. “Ini kan bulan Ramadan, jadi mereka (penumpang pesawat) hendak bepergian ke kampung halamannya. Dan, itu semua keluarga anggota TNI AU,” ujar dia. Namun, dia membantah pesawat Hercules dikomersialkan.

KSAU menandaskan, dalam penerbangan ini keluarga dan anggota TNI AU yang ikut penerbangan tidak dikenakan biaya sepeser pun. “Jika itu terjadi maka komandan yang memerintahkan itu akan saya pecat. Hanya, semua korban saat ini adalah keluarga anggota TNI,” kata dia.

Siti amelia
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2423 seconds (0.1#10.140)