Jatuh Bangun di Industri IT

Minggu, 28 Juni 2015 - 10:43 WIB
Jatuh Bangun di Industri...
Jatuh Bangun di Industri IT
A A A
Ketertarikan Calvin, sapaan akrabnya, terhadap dunia IT sudah dirasakan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Awal mulanya hanya tertarik dengan game dan komputer, tetapi Calvin terus menggali lebih dalam soal IT dan mulai belajar programming.

”Saat SMA saya bandel. Saya pernah menciptakan sebuah virus yang tersebar di komputer sekolah sampai saya harus dipanggil kepala sekolah. Itu hanya keisengan. Saya ingin menunjukkan kalau saya mampu,” ujarnya. Selepas lulus SMA Calvin ingin melanjutkan pendidikan S-1 di jurusan IT. Namun, untuk mencapai keinginan tersebut, Calvin harus bekerja mencari uang demi membiayai kuliahnya sendiri.

”Berbekal karena saya suka dengan programming dan saya bisa, saya bekerja menjadi technical support. Pekerjaannya seperti merakit komputer, kemudian malam harinya saya kuliah,” kenang alumnus Universitas Bina Nusantara ini. Berbagai jenis pekerjaan pernah Calvin geluti untuk memenuhi biaya kuliahnya. Contohnya, menjadi penulis untuk artikel tentang programming.

Bahkan bersama teman-teman lain, ia pernah membuat sebuah tempat pelatihan/ kursus komputer. ”Sejak itu sudah timbul jiwa-jiwa entrepreneurship saya. Saya memang tidak suka bekerja dengan orang lain, karena seperti ada batasan dan aturan. Sehingga, dari awal saya sudah berandai-andai memiliki perusahaan sendiri,” tutur pria berusia 41 tahun ini.

Setelah lulus kuliah, Calvin juga sempat membuat perusahaan IT bersama teman-teman. Namun, kejadian krisis moneter beberapa waktu lalu membuat perusahaan itu hancur. ”Akhirnya saya mulai bekerja di tempat lain, dapat tawaran kerja di Singapura selama empat tahun. Saya berpikir, tidak apa-apa untuk dicoba, saya bisa mencari pengalaman dan ilmu di sana,” ungkapnya.

Selepas itu Calvin mendapatkan tawaran untuk bekerja di Amerika Serikat sebagai Senior Manager e-Business Pacific Rim. ”Saya pikir ini kesempatan bagus untuk menuntut ilmu tentang IT, langsung di Negeri Paman Sam. Saya bertahan selama dua tahun di sana, kemudian tragedi 11 September membuat saya terpaksa harus kembali ke Indonesia,” kata pengusaha yang hobi dengan fotografi ini.

Setelah kembali ke Tanah Air, Calvin memutuskan untuk membuat perusahaan IT yang bergerak di bidang jasa selama 12 tahun. Hingga akhirnya ia melepaskan perusahaan tersebut dan serius mendirikan Picmix. ”Saya mulai tertarik untuk menciptakan produk sendiri yang dapat mendunia seperti Facebook, Google, dan Instagram,” ujarnya.

Selain menjalankan Picmix, Calvin juga disibukkan dengan kegiatan lain yang masih seputar IT. ”Saya diundang untuk menjadi mentor atau pemateri acara seminar start up. Saya sempat buat company inkubasi dengan nama Project Edden, memberikan funding untuk start upyang masih baru. Di luar itu, saya masih menjalani hobi fotografi,” ungkapnya.

Calvin mengatakan akan terus bekerja di industri IT. Sebab, IT sudah menjadi hobi dan kecintaannya. Calvin percaya bahwa semua industri membutuhkan IT. ”IT hanya sebuah tools, tetapi bisa diaplikasikan secara luas. Sehingga, sayang sekali kalau tidak kita manfaatkan,” tuturnya. Bagi Calvin, jatuh bangun dan kegagalan dalam berbisnis sudah biasa. Namun, semua itu tidak pernah menjadi hambatan untuk kembali bangkit.

”Banyak kegagalan yang pernah saya alami, misalnya ketika project tidak berhasil, internal problem, kekurangan dana. Tapi, semua kegagalan itu saya anggap sebagai guru yang baik,” ujarnya. Calvin mengaku sebagai pengagum Steve Jobs. Baginya, Steve Jobs adalah inovator yang orisinal. Menurut Calvin, Steve seorang visioner yang memikirkan beberapa langkah ke depan.

”Perusahaan yang dia miliki menjadi the most profitable company in the world. Dia bisa mengubah banyak paradigma industri, misalnya industri musik dengan menciptakan iTunes dan iPod,” ujarnya. Kini, Picmix terus berinovasi. Bukan hanya aplikasi untuk photo sharing. Namun, juga menjadi content delivery dan social commerce dengan kekuatan Picmix, yaitu photo video sharing.

”Saya ingin Picmix bisa menjadi aplikasi yang dipakai, dihargai, dan kebanggaan negara ini sebagai produk lokal yang mampu mengglobal. Target ke depan, Picmix dapat menembus angka user hingga 100 juta,” harapnya.

Dina Angelina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1093 seconds (0.1#10.140)