AS Siap Hentikan Spionase Presiden Prancis
A
A
A
PARIS - Amerika Serikat (AS) siap menghentikan aksi spionase terhadap pejabat Prancis. Penegasan tersebut disampaikan Presiden AS Barack Obama melalui sambungan telepon dengan Presiden Prancis Francois Hollande.
Percakapan kedua kepala negara diumumkan Kantor Kepresidenan Prancis setelah situs WikiLeaks mengungkapkan bahwa lembaga intelijen AS, NSA, melakukan aksi mematamatai tiga presiden Prancis terakhir, yakni Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy, dan Francois Hollande.
”Presiden Obama menegaskan komitmennya untuk mengakhiri kegiatan (spionase) yang mungkin terjadi di masa lalu, dan ini dianggap tak dapat diterima oleh sekutunya (Prancis),” bunyi pernyataan Kantor Kepresidenan Prancis dilansir Reuters. Sebelumnya Presiden Hollande mengadakan rapat darurat bersama para menterinya dan pejabat militer.
Duta Besar AS untuk Prancis dan Monako Jane Hartley pun dipanggil untuk dimintai keterangan. ”Prancis tidak akan menoleransi siapa saja yang mengancam keamanan dan perlindungan kepentingan nasional,” tulis pernyataan sebelumnya. Kantor Kepresidenan Prancis menyatakan, pejabat intelijen senior Prancis akan melakukan kunjungan ke AS untuk membahas penguatan kerja sama antara kedua negara.
”Kami harus memastikan bahwa kegiatan mata-mata ini telah berakhir,” ucap Stephane Le Foll, juru bicara pemerintah Prancis. Pascainsiden ini, para menteri juga diimbau untuk lebih berhati- hati saat berbicara lewat telepon seluler (ponsel) mereka. Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls mendesak AS untuk segera memperbaiki ”kerusakan” hubungannya dengan Prancis.
Menteri Luar Negeri Laurent Fabius juga sudah memanggil Dubes Prancis untuk AS Jane Hartley guna membahas masalah tersebut. Secara umum, Paris dan Washington memiliki hubungan baik. Prancis sebagai pemegang hak veto Dewan Keamanan PBB sangat teguh mempertahankan kebebasannya dalam kebijakan luar negeri. Lebih dari dua tahun terakhir terdapat gesekan dengan AS.
Misalnya dalam kasus Suriah, Hollande sangat kecewa dengan keputusan yang diambil Obama pada menitmenit akhir untuk tidak menyerang Suriah pada 2013. Di satu sisi, pejabat AS sering kali secara pribadi mengkritik sikap keras Prancis dalam pembicaraan program nuklir Iran.
Bocornya kasus spionase petinggi Prancis oleh agen AS ini pertama kali diberitakan media Prancis Liberation dan situs berita Mediapart yang mengabarkan NSA memata-matai Presiden Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy, dan Francois Hollande selama periode 2006 sampai Mei 2012. Menurut beberapa dokumen, Sarkozy mempertimbangkan untuk mengulang kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina tanpa keterlibatan AS.
Hollande juga mengkhawatirkan berakhirnya keanggotaan Yunani dalam Uni Eropa pada 2012. Tak hanya itu, WikiLeaks masih akan menerbitkan informasi lagi rincian tentang watak dasar AS memata-matai Prancis. Dalam dokumenWikiLeaks , ada pula yang menyebutkan penyadapan ponsel milik salah satu presiden, termasuk rangkuman percakapan antarpejabat Prancis saat krisis keuangan global, masa depan Uni Eropa, juga hubungan antara pemerintahan Hollande dan pemerintahan Merkel.
Le Foll, juru bicara pemerintah Prancis, mengatakan belum mengambil keputusan untuk langkah tuntutan hukum seperti yang dilakukan Jerman. Beberapa kalangan juga menyerukan untuk melakukan aksi pembalasan terhadap AS yang bisa berujung pada masalah diplomatik. ”Ancaman yang kita hadapi dan eratnya hubungan sejarah yang mengikat, kami harus mengedepankan perspektif. Kami tak akan menghancurkan hubungan diplomatik yang sudah terbangun selama ini,” kata Le Foll.
Arvin
Percakapan kedua kepala negara diumumkan Kantor Kepresidenan Prancis setelah situs WikiLeaks mengungkapkan bahwa lembaga intelijen AS, NSA, melakukan aksi mematamatai tiga presiden Prancis terakhir, yakni Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy, dan Francois Hollande.
”Presiden Obama menegaskan komitmennya untuk mengakhiri kegiatan (spionase) yang mungkin terjadi di masa lalu, dan ini dianggap tak dapat diterima oleh sekutunya (Prancis),” bunyi pernyataan Kantor Kepresidenan Prancis dilansir Reuters. Sebelumnya Presiden Hollande mengadakan rapat darurat bersama para menterinya dan pejabat militer.
Duta Besar AS untuk Prancis dan Monako Jane Hartley pun dipanggil untuk dimintai keterangan. ”Prancis tidak akan menoleransi siapa saja yang mengancam keamanan dan perlindungan kepentingan nasional,” tulis pernyataan sebelumnya. Kantor Kepresidenan Prancis menyatakan, pejabat intelijen senior Prancis akan melakukan kunjungan ke AS untuk membahas penguatan kerja sama antara kedua negara.
”Kami harus memastikan bahwa kegiatan mata-mata ini telah berakhir,” ucap Stephane Le Foll, juru bicara pemerintah Prancis. Pascainsiden ini, para menteri juga diimbau untuk lebih berhati- hati saat berbicara lewat telepon seluler (ponsel) mereka. Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls mendesak AS untuk segera memperbaiki ”kerusakan” hubungannya dengan Prancis.
Menteri Luar Negeri Laurent Fabius juga sudah memanggil Dubes Prancis untuk AS Jane Hartley guna membahas masalah tersebut. Secara umum, Paris dan Washington memiliki hubungan baik. Prancis sebagai pemegang hak veto Dewan Keamanan PBB sangat teguh mempertahankan kebebasannya dalam kebijakan luar negeri. Lebih dari dua tahun terakhir terdapat gesekan dengan AS.
Misalnya dalam kasus Suriah, Hollande sangat kecewa dengan keputusan yang diambil Obama pada menitmenit akhir untuk tidak menyerang Suriah pada 2013. Di satu sisi, pejabat AS sering kali secara pribadi mengkritik sikap keras Prancis dalam pembicaraan program nuklir Iran.
Bocornya kasus spionase petinggi Prancis oleh agen AS ini pertama kali diberitakan media Prancis Liberation dan situs berita Mediapart yang mengabarkan NSA memata-matai Presiden Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy, dan Francois Hollande selama periode 2006 sampai Mei 2012. Menurut beberapa dokumen, Sarkozy mempertimbangkan untuk mengulang kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina tanpa keterlibatan AS.
Hollande juga mengkhawatirkan berakhirnya keanggotaan Yunani dalam Uni Eropa pada 2012. Tak hanya itu, WikiLeaks masih akan menerbitkan informasi lagi rincian tentang watak dasar AS memata-matai Prancis. Dalam dokumenWikiLeaks , ada pula yang menyebutkan penyadapan ponsel milik salah satu presiden, termasuk rangkuman percakapan antarpejabat Prancis saat krisis keuangan global, masa depan Uni Eropa, juga hubungan antara pemerintahan Hollande dan pemerintahan Merkel.
Le Foll, juru bicara pemerintah Prancis, mengatakan belum mengambil keputusan untuk langkah tuntutan hukum seperti yang dilakukan Jerman. Beberapa kalangan juga menyerukan untuk melakukan aksi pembalasan terhadap AS yang bisa berujung pada masalah diplomatik. ”Ancaman yang kita hadapi dan eratnya hubungan sejarah yang mengikat, kami harus mengedepankan perspektif. Kami tak akan menghancurkan hubungan diplomatik yang sudah terbangun selama ini,” kata Le Foll.
Arvin
(bbg)