MIKTA Kerja Sama Tangani Terorisme
A
A
A
CANBERRA - MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) fokus untuk meningkatkan kerja sama berbagai bidang, terutama kontraterorisme.
Peningkatan hubungan bilateral dan penguatan kerja sama ekonomi juga menjadi isu penting bagi anggota MIKTA. ”Kerja sama penanganan terorisme merupakan hal penting bagi anggota MIKTA,” kata Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dalam seminar MIKTA di Australian National University, Canberra, Australia, kemarin. ”Kita juga dapat berbagi pengalaman tentang terorisme,” imbuhnya.
Dia menceritakan fenomena gerilyawan asing. ”Tidak ada negara yang bebas dari ancaman terorisme,” tuturnya. Apalagi, terorisme juga semakin global, kompleks, dan berbahaya. ”Komunikasi bersama (antaranggota MIKTA) masih terus didiskusikan dan disepakati, termasuk kontraterorisme,” imbuhnya. Selain terorisme, Bishop memaparkan perlunya kerja sama ekonomi global.
Australia ingin mempromosikan kesejahteraan global melalui keterbukaan dalam perdagangan. Canberra siap membantu pertumbuhan bisnis. MIKTA dapat dijadikan kekuatan untuk mendorong investasi. ”Kita memiliki perdagangan yang kuat, investasi, dan pariwisata. Kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan semua itu,” paparnya. Pada September nanti, Korea Selatan akan menyerahkan posisi koordinator MIKTA kepada Australia.
Bishop mengungkapkan mereka akan fokus dalam mengembangkan cara praktisuntukbekerjasamamencapai hasil yang nyata. ”MIKTA akan terus memperkuat diri. Saya kira kita akan menemukan banyak kesempatan untuk bekerja sama dan memiliki banyak kesempatan,” katanya. Adapun menurut Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema, MIKTA memiliki peran yang sangat penting dalam pertukaran ide.
”Meskipun ada defisit kepercayaan dalam hubungan bilateral (di antara anggota MIKTA), anggota MIKTA tidak memiliki konflik,” ujar Najib. Selanjutnya kerja sama MIKTA, menurut Nadjib, harus mengakselerasi kerja sama ekonomi. MIKTA juga harus memberikan kontribusi nyata bagi dunia sebagai agen perdamaian untuk menjaga stabilitas dan perdamaian dunia.
Anggota MIKTA juga harus meningkatkan kerja sama people to people. ”Itu semua dapat dilakukan dengan semangat kemitraan,” ungkapnya. Indonesia, menurut Nadjib, menginginkan MIKTA bukan sebagai kelompok yang ambisius. ”Kita menginginkan MIKTA yang sederhana. Itu lebih baik,” harapnya.
Itu dapat dilakukan dengan membangun dialog dan kepercayaan di antara anggota MIKTA. ”Kita dapat melakukan rekonsiliasi perbedaan,” tuturnya. MIKTA memiliki anggota yang beragam baik dari segi geografis, agama, ras, dan budaya. Populasi seluruh anggota mencapai 530 juta atau 8% penduduk dunia. Semua anggota MIKTA merupakan anggota PBB, G-20, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Global Partnership for Development Cooperation.
Laporan Wartawan KORAN SINDO
ANDIKA HENDRA M
CANBERRA
Peningkatan hubungan bilateral dan penguatan kerja sama ekonomi juga menjadi isu penting bagi anggota MIKTA. ”Kerja sama penanganan terorisme merupakan hal penting bagi anggota MIKTA,” kata Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dalam seminar MIKTA di Australian National University, Canberra, Australia, kemarin. ”Kita juga dapat berbagi pengalaman tentang terorisme,” imbuhnya.
Dia menceritakan fenomena gerilyawan asing. ”Tidak ada negara yang bebas dari ancaman terorisme,” tuturnya. Apalagi, terorisme juga semakin global, kompleks, dan berbahaya. ”Komunikasi bersama (antaranggota MIKTA) masih terus didiskusikan dan disepakati, termasuk kontraterorisme,” imbuhnya. Selain terorisme, Bishop memaparkan perlunya kerja sama ekonomi global.
Australia ingin mempromosikan kesejahteraan global melalui keterbukaan dalam perdagangan. Canberra siap membantu pertumbuhan bisnis. MIKTA dapat dijadikan kekuatan untuk mendorong investasi. ”Kita memiliki perdagangan yang kuat, investasi, dan pariwisata. Kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan semua itu,” paparnya. Pada September nanti, Korea Selatan akan menyerahkan posisi koordinator MIKTA kepada Australia.
Bishop mengungkapkan mereka akan fokus dalam mengembangkan cara praktisuntukbekerjasamamencapai hasil yang nyata. ”MIKTA akan terus memperkuat diri. Saya kira kita akan menemukan banyak kesempatan untuk bekerja sama dan memiliki banyak kesempatan,” katanya. Adapun menurut Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema, MIKTA memiliki peran yang sangat penting dalam pertukaran ide.
”Meskipun ada defisit kepercayaan dalam hubungan bilateral (di antara anggota MIKTA), anggota MIKTA tidak memiliki konflik,” ujar Najib. Selanjutnya kerja sama MIKTA, menurut Nadjib, harus mengakselerasi kerja sama ekonomi. MIKTA juga harus memberikan kontribusi nyata bagi dunia sebagai agen perdamaian untuk menjaga stabilitas dan perdamaian dunia.
Anggota MIKTA juga harus meningkatkan kerja sama people to people. ”Itu semua dapat dilakukan dengan semangat kemitraan,” ungkapnya. Indonesia, menurut Nadjib, menginginkan MIKTA bukan sebagai kelompok yang ambisius. ”Kita menginginkan MIKTA yang sederhana. Itu lebih baik,” harapnya.
Itu dapat dilakukan dengan membangun dialog dan kepercayaan di antara anggota MIKTA. ”Kita dapat melakukan rekonsiliasi perbedaan,” tuturnya. MIKTA memiliki anggota yang beragam baik dari segi geografis, agama, ras, dan budaya. Populasi seluruh anggota mencapai 530 juta atau 8% penduduk dunia. Semua anggota MIKTA merupakan anggota PBB, G-20, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Global Partnership for Development Cooperation.
Laporan Wartawan KORAN SINDO
ANDIKA HENDRA M
CANBERRA
(bbg)