Gelombang Panas, 141 Tewas
A
A
A
KARACHI - Setelah gelombang panas melanda India dan menewaskan hampir 1.700 orang pada bulan lalu, kini sedikitnya 141 orang tewas atas insiden serupa di Pakistan, terhitung sejak Jumat (19/6).
Dari 141 korban tewas, 132 korban di antaranya meninggal di ibu kota Pakistan, Karachi. Mereka tewas karena tidak kuat menahan suhu ekstrem yang menyebabkan dehidrasi, kesulitan bernapas, dan heat stroke atau suhu tubuh yang terlampau panas. ”Lima orang meninggal akibat dehidrasi dan heat stroke di Thatta dan empat di Tharparkar,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setempat, dikutip Gulfnews .
Jumlah korban tewas merangkak naik dalam empat hari terakhir. Situasi ini berbarengan dengan masuknya bulan puasa yang mewajibkan umat muslim menahan haus dan lapar. Kepala Menteri Sindh Syed Qaim Ali Shah mengatakan, pemerintah mengeluarkan perintah khusus ke seluruh rumah sakit (RS) milik negara yang ada di Karachi dan beberapa kota Provinsi Sindh.
Pasokan listrik di semua RS akan diprioritaskan sebab kondisinya sudah gawat darurat. Menurutnya, kasus gelombang panas tidak boleh dipandang sebelah mata. Suhu di kota pelabuhan Karachi meningkat menjadi sekitar 44-45 derajat Celsius . Angka itu stabil sejak Jumat (19/6) sampai kemarin. Suhu di Karachi diperkirakan baru akan menurun pekan ini.
”Sebagian besar korban tewas di rumah sakit kami adalah orang lanjut usia dan pengemis,” kata Seemi Jamali, ahli kesehatan di RS Jinnah. Jamali melanjutkan, RS Jinnah kebanjiran pasien yang mengalami keluhan serupa yakni sesak napas, dehidrasi, dan heat stroke . Dalam 48 jam terakhir, dia mengaku menyaksikan sekitar 100 pasien yang tewas karena tekanan darah mereka rendah.
Selain itu, mereka terutama orang lanjut usia juga semakin tampak tak berdaya. Menurut Jamali, semua pasien dirawat intensif berdasarkan standar nasional untuk penyakit tersebut. Dokter di RS Abbasi Shaheed, Ahmed Mashadi, juga mengonfirmasi ada sekitar 20 pasien yang meninggal akibat gelombang panas di tempatnya bekerja. Sekitar 21 pasien lainnya juga meninggal di RS lain dengan penyakit sama.
”Keluarga, saudara, atau kerabat korban meminta kepada kami untuk bersedia dititipkan jenazah. Pasalnya, dengan suhu panas ekstrem seperti ini. Mereka tidak bisa menyemayamkan jenazah orang terdekat mereka di dalam rumah dalam jangka waktu yang terlalu lama,” ucap Anwar Kazmi, juru bicara (jubir) Edhi Welfare Trust and Foundation.
Selain orang lanjut usia, di antara korban juga ada perempuan muda dan anak-anak yang mengalami dehidrasi dan heat stroke. Berdasarkan laporan otoritas terkait, enam perempuan dan lima anak-anak masuk daftar korban tewas. Saat ini lebih dari 100 pasien masih dirawat di berbagai RS yang tersebar di Karachi.
Sabtu (20/6) lalu menjadi hari terpanas di Karachi pada musim panas tahun ini. Namun, kondisi di Jacobabad, Larkana, dan Sukkur lebih panas. Suhu di tiga distrik itu mencapai 48 derajat Celsius sebelum akhirnya turun menjadi 41 derajat Celsius pada Minggu (21/6). Pemerintah mengatakan suhu di Sindh bisa mencapai 44 derajat Celsius kemarin. Suhu tertinggi yang pernah dicatat di Karachi mencapai 48 derajat Celsius pada 9 Mei 1938.
”Pasien di RS swasta mungkin ada juga yang dirawat. Namun, sejauh ini tidak ada RS besar di Nawabshah, Sukkur, Khairpur, Ghotki, Shikarpur, Nausheroferoze, Qambar, dan Kashmore yang melaporkan adanya pasien meninggal,” kata Dirjen Kesehatan Hasan Murad Shah, dilansir Dawn.
Menurut Shah, pihaknya belum menerima laporan mengenai insiden terkait dari Sindh bagian selatan. Sebagian besar pasien merupakan orang yang hidup miskin dan bekerja serabutan. Semua jenazah dilaporkan akan dikuburkan dalam waktu dekat. Selain jumlahnya bertambah, fasilitas pendingin juga kurang memadai.
Muh shamil
Dari 141 korban tewas, 132 korban di antaranya meninggal di ibu kota Pakistan, Karachi. Mereka tewas karena tidak kuat menahan suhu ekstrem yang menyebabkan dehidrasi, kesulitan bernapas, dan heat stroke atau suhu tubuh yang terlampau panas. ”Lima orang meninggal akibat dehidrasi dan heat stroke di Thatta dan empat di Tharparkar,” bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setempat, dikutip Gulfnews .
Jumlah korban tewas merangkak naik dalam empat hari terakhir. Situasi ini berbarengan dengan masuknya bulan puasa yang mewajibkan umat muslim menahan haus dan lapar. Kepala Menteri Sindh Syed Qaim Ali Shah mengatakan, pemerintah mengeluarkan perintah khusus ke seluruh rumah sakit (RS) milik negara yang ada di Karachi dan beberapa kota Provinsi Sindh.
Pasokan listrik di semua RS akan diprioritaskan sebab kondisinya sudah gawat darurat. Menurutnya, kasus gelombang panas tidak boleh dipandang sebelah mata. Suhu di kota pelabuhan Karachi meningkat menjadi sekitar 44-45 derajat Celsius . Angka itu stabil sejak Jumat (19/6) sampai kemarin. Suhu di Karachi diperkirakan baru akan menurun pekan ini.
”Sebagian besar korban tewas di rumah sakit kami adalah orang lanjut usia dan pengemis,” kata Seemi Jamali, ahli kesehatan di RS Jinnah. Jamali melanjutkan, RS Jinnah kebanjiran pasien yang mengalami keluhan serupa yakni sesak napas, dehidrasi, dan heat stroke . Dalam 48 jam terakhir, dia mengaku menyaksikan sekitar 100 pasien yang tewas karena tekanan darah mereka rendah.
Selain itu, mereka terutama orang lanjut usia juga semakin tampak tak berdaya. Menurut Jamali, semua pasien dirawat intensif berdasarkan standar nasional untuk penyakit tersebut. Dokter di RS Abbasi Shaheed, Ahmed Mashadi, juga mengonfirmasi ada sekitar 20 pasien yang meninggal akibat gelombang panas di tempatnya bekerja. Sekitar 21 pasien lainnya juga meninggal di RS lain dengan penyakit sama.
”Keluarga, saudara, atau kerabat korban meminta kepada kami untuk bersedia dititipkan jenazah. Pasalnya, dengan suhu panas ekstrem seperti ini. Mereka tidak bisa menyemayamkan jenazah orang terdekat mereka di dalam rumah dalam jangka waktu yang terlalu lama,” ucap Anwar Kazmi, juru bicara (jubir) Edhi Welfare Trust and Foundation.
Selain orang lanjut usia, di antara korban juga ada perempuan muda dan anak-anak yang mengalami dehidrasi dan heat stroke. Berdasarkan laporan otoritas terkait, enam perempuan dan lima anak-anak masuk daftar korban tewas. Saat ini lebih dari 100 pasien masih dirawat di berbagai RS yang tersebar di Karachi.
Sabtu (20/6) lalu menjadi hari terpanas di Karachi pada musim panas tahun ini. Namun, kondisi di Jacobabad, Larkana, dan Sukkur lebih panas. Suhu di tiga distrik itu mencapai 48 derajat Celsius sebelum akhirnya turun menjadi 41 derajat Celsius pada Minggu (21/6). Pemerintah mengatakan suhu di Sindh bisa mencapai 44 derajat Celsius kemarin. Suhu tertinggi yang pernah dicatat di Karachi mencapai 48 derajat Celsius pada 9 Mei 1938.
”Pasien di RS swasta mungkin ada juga yang dirawat. Namun, sejauh ini tidak ada RS besar di Nawabshah, Sukkur, Khairpur, Ghotki, Shikarpur, Nausheroferoze, Qambar, dan Kashmore yang melaporkan adanya pasien meninggal,” kata Dirjen Kesehatan Hasan Murad Shah, dilansir Dawn.
Menurut Shah, pihaknya belum menerima laporan mengenai insiden terkait dari Sindh bagian selatan. Sebagian besar pasien merupakan orang yang hidup miskin dan bekerja serabutan. Semua jenazah dilaporkan akan dikuburkan dalam waktu dekat. Selain jumlahnya bertambah, fasilitas pendingin juga kurang memadai.
Muh shamil
(bbg)