Thailand Rawat Pasien MERS Pertama
A
A
A
BANGKOK - Pemerintah Thailand langsung waspada setelah menemukan seorang pria asal Oman yang diduga terjangkit sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Pihak terkait kini sedang menguji virus tersebut di laboratorium apakah termasuk dalam virus mematikan yang kini tengah mewabah di Korea Selatan (Korsel).
Pria asal Oman berusia 75 tahun tersebut tiba di rumah sakit di Bangkok untuk melakukan pengobatan jantung. Namun, ternyata dia memiliki keluhan lain yang hampir sama dengan gejala MERS yakni batuk dan demam. Pria tersebut melakukan perjalanan ke Thailand pada Senin (15/6) bersama tiga kerabatnya.
”Kami telah mengambil sampel mereka untuk pengujian laboratorium dan kondisinya sudah mulai membaik,” ujar Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Rajata Rajatanavin, dikutip AFP. MERS tengah mewabah di Korsel sejak kasus pertama yang didiagnosis pada 20 Mei lalu. Hingga kini sedikitnya 166 orang terinfeksi. Kasus yang terjadi diThailan dini dilaporkan sebagai kasus pertama di Asia Tenggara sejak merebaknya wabah MERS di Korsel.
Tahun lalu Malaysia dan Filipina dilaporkan pernah merawat pasien yang diduga terserang MERS. Pemerintah Thailand sedang memantau kondisi 85 orang yang melakukan kontak dengan warga Oman yang kini sedang dirawat. Termasuk mereka yang berada satu pesawat dengannya pada penerbangan ke Bangkok, di rumah sakit atau di rumah mereka.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan mengatakan, pihak berwenang masih berusaha menemukan salah satu dari 21orang berisiko tinggi yang sudah diidentifikasi dari Provinsi Buriram, sebelah timur laut Thailand. Sebagai upaya mencegah penyebaran virus mematikan itu, pemerintah Thailand mengaktifkan kembali alat pendeteksi suhu tubuh di bandara untuk mendeteksi penumpang yang mengalami demam.
Pencegahan juga dilakukan dengan membagikan pamflet informasi tentang MERS dalam bahasa Thailand, Arab, dan Inggris. Rajata menambahkan, pihaknya telah menginformasikan kepada penumpang maupun awak penerbangan yang dianggap berisiko karena berada satu pesawat dengan pria Oman yang diduga terjangkit MERS. Mereka diminta untuk sementara tidak bepergian dahulu.
Pemerintah Thailand optimistis langkah-langkah yang dilakukan bisa meminimalisasi penyebaran virus. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus MERS dilaporkan terjadi di empat negara Asia sejak virus pertama muncul di Arab Saudi pada 2012 yakni Malaysia dan Filipina, sebelum heboh di Korsel. Sementara China melaporkan, seseorang yang diduga terjangkit MERS melakukan perjalanan ke China setelah terpapar di Korsel belum lama ini.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Korsel menyatakan wabah MERS yang menewaskan 24 orang mulai menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam dua minggu terakhir dilaporkan hanya ada satu kasus baru dengan infeksi tingkat rendah. Total ada 166 orang yang dikonfirmasi terjangkit virus MERS di negara itu sejak pertama ditemukan pada 20 Mei lalu. Direktur Jenderal WHO Margaret Chan menyatakan optimistis Korsel mampu mencegah penyebaran MERS.
Dia mengatakan, Seoul sudah bertindak pada jalur yang benar setelah respons awal yang lambat. Sebuah desa yang sempat ditutup untuk karantina, kemarin dibuka kembali. Penduduknya pun dapat melanjutkan kegiatan seperti biasa. ”Wabah mulai mereda, tapi kita harus menunggu dan melihat apakah akan lebih banyak kasus terjadi di rumah sakit,” ujar seorang pejabat Kementerian Kesehatan di Seoul.
Merebaknya kasus MERS di Korsel membuat kunjungan pariwisata Korsel memburuk. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) mencatat, 1.900 warga Indonesia batal berangkat ke Korsel, Begitu pula 120.000 wisatawan dari seluruh dunia juga membatalkan rencana mereka terbang ke Negeri Ginseng tersebut. ”Sejak akhir Mei sampai sekarang turun 20–25% dari periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini membuat kami ingin menegaskan bahwa negara kami sudah aman, bahkan WHO tidak pernah menyarankan dikeluarkannya peringatan untuk bepergian (travel warning),” ujar Hyonjae Oh, director KTO wilayah Indonesia saat konferensi pers di Korea Trade Centre, Jakarta Pusat, kemarin. Dia menjelaskan alasan WHO tidak menyarankan dikeluarkannya travel warning ke Korsel karena WHO yakin wabah ini bukan merupakan situasi yang mengkhawatirkan.
Selain itu, warga Korsel yang terinfeksi virus MERS berada di wilayah rumah sakit dan tidak mungkin berada di luar. WHO juga menjelaskan, MERS tidak menular melalui udara, tetapi melalui kontak langsung dengan pasien. ”Pemerintah Korsel terus memberantas MERS dengan tindakan keras hingga saat ini baru satu lagi korban yang dikonfirmasi terinfeksi MERS,” ujar Duta Besar Korsel untuk Indonesia Taiyoung Cho. Pemerintah Korsel berjanji akan menuntaskan kasus MERS ini hingga akhir Juni.
Ananda nararya
Pria asal Oman berusia 75 tahun tersebut tiba di rumah sakit di Bangkok untuk melakukan pengobatan jantung. Namun, ternyata dia memiliki keluhan lain yang hampir sama dengan gejala MERS yakni batuk dan demam. Pria tersebut melakukan perjalanan ke Thailand pada Senin (15/6) bersama tiga kerabatnya.
”Kami telah mengambil sampel mereka untuk pengujian laboratorium dan kondisinya sudah mulai membaik,” ujar Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Rajata Rajatanavin, dikutip AFP. MERS tengah mewabah di Korsel sejak kasus pertama yang didiagnosis pada 20 Mei lalu. Hingga kini sedikitnya 166 orang terinfeksi. Kasus yang terjadi diThailan dini dilaporkan sebagai kasus pertama di Asia Tenggara sejak merebaknya wabah MERS di Korsel.
Tahun lalu Malaysia dan Filipina dilaporkan pernah merawat pasien yang diduga terserang MERS. Pemerintah Thailand sedang memantau kondisi 85 orang yang melakukan kontak dengan warga Oman yang kini sedang dirawat. Termasuk mereka yang berada satu pesawat dengannya pada penerbangan ke Bangkok, di rumah sakit atau di rumah mereka.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan mengatakan, pihak berwenang masih berusaha menemukan salah satu dari 21orang berisiko tinggi yang sudah diidentifikasi dari Provinsi Buriram, sebelah timur laut Thailand. Sebagai upaya mencegah penyebaran virus mematikan itu, pemerintah Thailand mengaktifkan kembali alat pendeteksi suhu tubuh di bandara untuk mendeteksi penumpang yang mengalami demam.
Pencegahan juga dilakukan dengan membagikan pamflet informasi tentang MERS dalam bahasa Thailand, Arab, dan Inggris. Rajata menambahkan, pihaknya telah menginformasikan kepada penumpang maupun awak penerbangan yang dianggap berisiko karena berada satu pesawat dengan pria Oman yang diduga terjangkit MERS. Mereka diminta untuk sementara tidak bepergian dahulu.
Pemerintah Thailand optimistis langkah-langkah yang dilakukan bisa meminimalisasi penyebaran virus. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus MERS dilaporkan terjadi di empat negara Asia sejak virus pertama muncul di Arab Saudi pada 2012 yakni Malaysia dan Filipina, sebelum heboh di Korsel. Sementara China melaporkan, seseorang yang diduga terjangkit MERS melakukan perjalanan ke China setelah terpapar di Korsel belum lama ini.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Korsel menyatakan wabah MERS yang menewaskan 24 orang mulai menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam dua minggu terakhir dilaporkan hanya ada satu kasus baru dengan infeksi tingkat rendah. Total ada 166 orang yang dikonfirmasi terjangkit virus MERS di negara itu sejak pertama ditemukan pada 20 Mei lalu. Direktur Jenderal WHO Margaret Chan menyatakan optimistis Korsel mampu mencegah penyebaran MERS.
Dia mengatakan, Seoul sudah bertindak pada jalur yang benar setelah respons awal yang lambat. Sebuah desa yang sempat ditutup untuk karantina, kemarin dibuka kembali. Penduduknya pun dapat melanjutkan kegiatan seperti biasa. ”Wabah mulai mereda, tapi kita harus menunggu dan melihat apakah akan lebih banyak kasus terjadi di rumah sakit,” ujar seorang pejabat Kementerian Kesehatan di Seoul.
Merebaknya kasus MERS di Korsel membuat kunjungan pariwisata Korsel memburuk. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) mencatat, 1.900 warga Indonesia batal berangkat ke Korsel, Begitu pula 120.000 wisatawan dari seluruh dunia juga membatalkan rencana mereka terbang ke Negeri Ginseng tersebut. ”Sejak akhir Mei sampai sekarang turun 20–25% dari periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini membuat kami ingin menegaskan bahwa negara kami sudah aman, bahkan WHO tidak pernah menyarankan dikeluarkannya peringatan untuk bepergian (travel warning),” ujar Hyonjae Oh, director KTO wilayah Indonesia saat konferensi pers di Korea Trade Centre, Jakarta Pusat, kemarin. Dia menjelaskan alasan WHO tidak menyarankan dikeluarkannya travel warning ke Korsel karena WHO yakin wabah ini bukan merupakan situasi yang mengkhawatirkan.
Selain itu, warga Korsel yang terinfeksi virus MERS berada di wilayah rumah sakit dan tidak mungkin berada di luar. WHO juga menjelaskan, MERS tidak menular melalui udara, tetapi melalui kontak langsung dengan pasien. ”Pemerintah Korsel terus memberantas MERS dengan tindakan keras hingga saat ini baru satu lagi korban yang dikonfirmasi terinfeksi MERS,” ujar Duta Besar Korsel untuk Indonesia Taiyoung Cho. Pemerintah Korsel berjanji akan menuntaskan kasus MERS ini hingga akhir Juni.
Ananda nararya
(bbg)