Korsel Terapkan Terapi Plasma

Rabu, 17 Juni 2015 - 08:33 WIB
Korsel Terapkan Terapi Plasma
Korsel Terapkan Terapi Plasma
A A A
Sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang mewabah di Korea Selatan (Korsel) membuat pemerintah menempuh segala upaya untuk menanggulangi wabah tersebut.

Kementerian Kesehatan Korsel kemarin menyebutkan dua rumah sakit melakukan eksperimen perawatan terhadap pasien MERS. Dua pasien yang terinfeksi MERS diinjeksi plasma darah pasien yang sudah telah sembuh. Upaya penyembuhan terhadap dua pasien MERS tersebut merupakan langkah perawatan yang dilakukan sebelumnya. Menurut Kepala Kebijakan Kesehatan Publik Kementerian Kesehatan, Kwon Jun-wook, mereka memiliki kepercayaan yang tinggi kepada para staf medis untuk melakukan eksperimen terapi plasma.

”Terapi plasma sebelumnya yang digunakan pada pasien MERS itu diklaim memperlihatkan hasil positif untuk menurunkan tingkat kematian hingga 23%,” ujar Kwon, dikutip Reuters. Terapi plasma itu dianggap sebagai solusi terbaik dalam penyembuhan pasien MERS. Kwon mengungkapkan terapi tersebut pernah diujicobakan bagi pasien Sindrom Pernapasan Akut Bahaya (SARS). Uji coba tersebut berlangsung sukses karena menurunkan tingkat kematian. Terapi plasma juga tidak diperlakukan bagi seluruh pasien MERS.

”Hasil kajian klinis tentang terapi plasma sangat sedikit,” kata profesor penyakit infeksi dari Universitas Hallym Korsel. Itu menyebabkan terapi hanya untuk dua orang. Setelah tiga tahun MERS menular pada manusia, belum ada obat atau vaksin yang melindungi manusia agar tidak terinfeksi virus mematikan tersebut. Para pakar di seluruh dunia berusaha keras untuk meneliti dan menemukan vaksin untuk melawan virus MERS. Hasil penelitian tentang vaksin atau obat pun relatif sedikit.

Sementara itu, empat kasus baru MERS kemarin dilaporkan dan menjadikan total korban mencapai 154 orang. Kementerian Kesehatan menyatakan tiga pasien MERS dilaporkan tewas hingga jumlah korban tewas mencapai 19 orang. Sebanyak 5.500 orang dikarantina baik di rumah atau rumah sakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut wabah MERS di Korsel kompleks dan luas. Semua kasus MERS berkembang dari rumah sakit, bukan berasal dari masyarakat atau komunitas.

MERS juga menyebar ke Jerman. Selasa (16/6), seorang pria 65 tahun meninggal karena komplikasi terinfeksi virus MERS. Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan, pria itu tewas pada 6 Juni lalu di bagian barat Kota Ostercappeln, Jerman. Sebelumnya lelaki tersebut pernah melakukan kunjungan ke semenanjung Arab pada Februari lalu.

”Korban itu tewas akibat penyakit paru-paru dan terinfeksi MERS,” demikian keterangan Kementerian Kesehatan Jerman, dikutip AFP. Kementerian Kesehatan Jerman menambahkan, pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh dari infeksi MERS. Kemudian dia dipindahkan dari ruang isolasi.

”Setiap penularan virus MERS dari orang yang berhubungan dengan pasien telah berhasil dicegah,” klaim Kementerian Kesehatan Jerman. Menteri Kesehatan Daerah Cornelia Rundt mengungkapkan hal tersebut sebagai ”kesuksesan terbesar” terkait tindakan pencegahan yang dilakukan setelah seorang pasien terdiagnosa MERS.

”Lebih dari 200 orang kemudian diperiksa apakah terjangkit MERS dan tak seorang pun terinfeksi,” ucap Rundt. Pada 2012 virus MERS pertama kali terdeteksi di Arab Saudi di mana lebih dari 1.000 orang terinfeksi dan 454 orang tewas.

ARVIN
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5835 seconds (0.1#10.140)