Akhir Tragis Angeline

Kamis, 11 Juni 2015 - 09:07 WIB
Akhir Tragis Angeline
Akhir Tragis Angeline
A A A
DENPASAR - Drama pencarian Angeline berakhir. Hal yang memprihatinkan, bocah delapan tahun asal Denpasar, Bali, itu ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.

Di tubuhnya ditemukan banyak luka lebam akibat pukulan, sundutan, hingga jeratan. Fakta terbaru, dia juga mengalami kekerasan seksual. Bocah manis kelas 2 sekolah dasar tersebut ditemukan dikubur di belakang rumahnya berada di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Terungkapnya pembunuhan setelah 24 hari pencarian dramatis benar-benar mengusik nurani masyarakat.

Siapa pelaku pembunuhan sadis tersebut? Kepolisian Bali akhirnya menetapkan satu orang tersangka, yakni Agustinus, pembantu di rumah Margareith Megawe, ibu angkat korban. Dia menjadi tersangka setelah mengubur korban di halaman belakang rumah di samping kandang ayam. ”Dia juga mengaku telah mencabuli korban,” kata Kapolresta Denpasar Kombes Pol Anak Agung Made Sudana ketika dihubungi KORANSINDO .

Dari hasil pemeriksaan penyidik, Agus mengaku mencabuli Angeline selama hampir sepekan. Lantaran takut ketahuan, pria asal Sumba, NTT, ini lalu membunuh dan mengubur mayat Angeline. Sebelum mengubur Agus bahkan masih sempat kembali memerkosa. Hingga tadi malam, polisi masih mengembangkan keterangan Agus untuk mengetahui motif yang lebih dan kemungkinan ada tersangka lain.

Polisi harus mengembangkan karena sebelumnya berdasar keterangan aktivis perlindungan perempuan dan anak di Bali, Siti Supura, Agus menyampaikan pengakuan bahwa dia hanya bertugas mengubur Angeline atas perintah Margareith. Aktivis yang biasa dipanggil Ipung lalu mengungkapkan detik-detik tewasnya Angeline berdasarkan pengakuan Agus.

Sekitar tiga pekan lalu, Angeline sedang menggambar di kamarnya. Tidak lama kemudian, bocah kelas 2 SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, itu dipanggil Margareith. Namun 10 menit kemudian, Margareith berteriak menyebut-nyebut nama Angeline. Suaranya seperti meratapi sebuah penyesalan luar biasa. ”Diduga kuat Angeline mati saat itu setelah disiksa dan dibunuh,” ujar Ipung.

Sekitar jam tujuh malam, Agus dipanggil Margareith. Betapa kaget Agus saat Margareith menyuruh menguburkan Angeline di halaman belakang rumah di dekat kandang ayam. ”Setelah itu, Margareith melapor ke polisi bahwa Angeline hilang saat tengah bermain di depan rumah,” kata Ipung.

Adapun Margareith, 55, masih terus menjalani pemeriksaan dan belum mengakui keterlibatannya. Ibu angkat korban ini terus berteriak-teriak tidak jelas saat diperiksa penyidik. Sebelumnya tindakan Margareith pada kasus ini memancing perhatian karena tindakannya mengusir kedatangan Menpan Yuddy Chrisnandi dan tidak menggubris kunjungan Menteri PP dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.

Dia juga memancing kecurigaan publik karena menolak penyelidikan polisi serta perlakuan tidak manusiawi yang selama ini diberlakukan kepada Angeline. Selain mengamankan Agus dan Margareith, polisi juga telah mengamankan dua anak Margareith, yakni Yvonne Caroline dan Christina Kunci.

Dewa Ketut Raka, satpam rumah, dan dua penghuni kos yang belum diketahui identitasnya juga turut diamankan. KapoldaBali IrjenPolRonny F Sompie mengungkapkan, Angeline ditemukan dikubur persis dekat kandang ayam. Lokasi itu ditemukan setelah polisi mengintai saat Margareith Megawe Angeline pergi ke pasar sekitar jam 12 siang.

Selama ini polisi kesulitan masuk ke rumah karena tidak diizinkan pemilik rumah. Begitu berhasil masuk, polisi lalu menyisir ke areal rumah seluas sekitar 300 meter persegi itu. Penyisiran itu terhenti saat polisi menemukan gundukan tanah itu ditutupi sampah dan bekas kotoran ayam. Setelah didekati, tercium bau busuk menyengatdari dalamgundukanitu.

Curiga dengan gundukan tanah tidak wajar, polisi memutuskan menggali tanah itu. ”Begitu di kedalaman sekitar 0,5 meter, anggota akhirnya menemukan mayat korban,” ungkap Ronnie. Saat ditemukan, mayat Angeline dalam kondisi terbungkus kain seprei warna putih.

Di bungkusan itu juga ditemukan baju warna putih motif bunga, baju kaos warna hitam, celana panjang jeans warna biru, celana dalam anak, kain warna merah motif bunga, dan sebuah boneka barbie. Jasad bocah malang itu dikubur di tanah yang tidak terlalu dalam, yakni sekitar setengah meter. Posisi korban tertelungkup dengan memeluk boneka.

Polisi sebelum menemukan jasad korban telah menggali dua tanah yang berada di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam Denpasar. Hingga akhirnya pada galian ketiga kalinya, polisi mendapati tubuh mungil Angeline. Proses evakuasi jenazah Angeline yang diikuti ratusan warga sekitar berlangsung begitu dramatis. Bahkan di antaranya tak kuasa menahan tangis.

Apalagi setelah melihat kondisi korban yang begitu mengenaskan. Dari hasil pemeriksaan forensik Rumah Sakit Sanglah ditemukan luka pada leher korban berupa jeratan tali plastik sebanyak empat lilitan. Di sekujur tubuh korban juga ditemukan luka, yakni di bagian pinggang kanan, bokong kanan, paha kanan, pinggang kanan, perut kanan bawah, tungkai kaki kanan, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, lengan tangan kanan, paha kiri samping, dan punggung kaki kiri samping.

Tidak cukup di situ kekerasan yang menimpa bocah tersebut. Pada punggung kanan ditemukan luka bakar berbentuk bulat. Begitu juga di bagian dada samping kanan, dahi samping kanan dan kiri, pelipis kanan, batang hidung, pipi kiri, dan punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar. Diduga luka bakar tersebut akibat disundut rokok. ”Korban meninggal sejak tiga pekan lalu,” kata Kepala Bagian Forensik RS Sanglah, Dudut Rustiyadi.

Sebelumnya, Angeline dilaporkan hilang pada 16 Mei lalu. Bocah nahas ini pun sempat dikabarkan menjadi korban penculikan dan membuat polisi sempat mencari dan meningkatkan penjagaan di pintu keluar Bali hingga menyebar foto Angeline ke seantero Bali. Polisi hingga lembaga swadaya masyarakat turut turun ke jalan mencari keberadaan bocah malang itu.

Pencarian Angeline menjadi sebuah gerakan sosial yang masif, karena juga dilakukan melalui pembuat fanpage ”Save Chilhoods Find Angeline-Balis Missing Child We Love Bali Safe Sanur Community Bali Expat” di Facebook melalui ”Find Angeline- Bali Missing Child” di medsos dengan hastag ”Cari Angeline” dan lainnya.

”Saya meminta aparat kepolisian mengusut hingga tuntas penyebab kematian anak itu. Penegakan hukum harus terus diwujudkan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi pada masa mendatang, agar ada efek jera,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Jakarta, kemarin.

Hukum Berat

Kabar meninggalnya Angeline membawa duka, terutama bagi keluarga kandung dan guru. Ibu kandung Angeline, Amidah, 26, histeris begitu mengetahui anak keduanya tersebut tewas secara mengenaskan. ”Angeline.... ibu datang,” teriak Amidah begitu tiba di kamar mayat RS Sanglah.

Perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur itu sempat berusaha masuk ruang forensik, tapi dilarang petugas karena proses autopsi sedang berlangsung. ”Ibu belum sempat ketemu kamu, Nak. Mengapa kamu meninggal dengancara sepertiini,” ujar ibu tiga anak ini meratap seraya memegangi kunci pintu ruang forensik.

Supri, salah satu kerabat, menuturkan bahwa Amidah melahirkan Angeline delapan tahun silam di sebuah klinik bersalin di kawasan Badung. Amidah harus merelakan putri keduanya yang saat itu masih berusia tiga hari untuk diadopsi Margareithdan suaminya, warganegara AmerikaSerikat yang meninggal tiga tahun lalu.

Meski sedih, Amidah dan sang suami, Rosidik, saat itu merasa senang lantaran Angeline diadopsi oleh keluarga yang berkecukupan. Pasutri ini pun berharap besar masa depan Angeline bisa lebih baikdengan orang tua angkat. Sejak saat itu, Amidah tidak pernahbertemulagi denganbuah hati karena tidak diperbolehkan atau atas dasar kesepakatan bersama antara ibu angkat korban dan ibu kandungnya. ”Ibu (Amidah) sangat tidak terima dan menuntut pelaku dihukum berat,” ujar Supri.

Ketut Ruta, Kepala SDN 12 Kesiman, juga tak kuasa menahan emosinya. Dia menuntut penegak hukum menghukum mati pembunuh Angeline, karena tindakan yang dilakukan sangat biadab dan tidak memiliki perikemanusiaan. ”Hanya binatang yang bisa melakukan pembunuhan sesadis itu,” ujarnya emosional.

Ketut Raka dan para guru panas sangat marah mengingat perlakuan ibu angkat terhadap Angeline selama ini. Dia sering kesekolah dalam keadaan lapar, badannya berbau dan kotor. Anak seumuran harus ke sekolah dengan berjalan kaki kurang lebih 2 kilometer di tengah keramaian Kota Denpasar atau wilayah Sanur.

Berdasarkan kesaksian wali kelas Angeline dari SDN 12 Sanur Denpasar, Putu Sri Wijayanti, Angeline mengaku harus memberi makan ayam, anjing, dan kucing. Psikolog dari Universitas Pancasila Aully Grashinta menilai pelaku pembunuh Angeline memiliki motif yang sangat kuat hingga tega menghabisi nyawa bocah berusia delapan tahun itu. Namun, motifnya apa masih perlu dilakukan pendalaman, apakah soal materi atau hal lain.

Hanya dari data awal bisa dipastikan bahwa pelakunya cenderung menunjukkan perilaku psikopat. ”Motifnya untuk menghilangkan jejak mungkin karena anak ini dianggap penghalang sehingga merasa perlu dihilangkan,” kata Shinta.

Miftahul chusna/ R ratna purnama/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3842 seconds (0.1#10.140)