Aktif Berorganisasi dan Kaya Prestasi Akademik
A
A
A
Satu lagi anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Tri Mulyani Sunarharum, perempuan asal Malang, Jawa Timur itu, berhasil keluar sebagai mahasiswa terbaik 2015 di Queensland University of Technology (QUT) Australia.
Mahasiswi yang akrab disapa Yani ini merupakan mahasiswa internasional dan asal Indonesia pertama yang mendapat penghargaan bergengsi tersebut. Bukan hanya itu, penghargaan ini juga untuk pertama kalinya diberikan kepada mahasiswa PhD (Doctor of Philosophy ). Saat ini Yani tercatat sebagai kandidat doktor di Bidang Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas Sains dan Teknologi di universitas tersebut.
”Saya terkejut bisa mendapat penghargaan ini. Tidak menyangka bahwa saya yang akan mendapatkannya. Masuk nominasi saja sudah bangga,” ucap Yani seusai menerima penghargaan yang diberikan langsung para petinggi QUT pada minggu lalu, dilansir ABC Australia Plus Indonesia, kemarin. Yani mengaku sangat bersyukur dan memiliki kebanggaan tersendiri sebagai wakil Indonesia.
Tak lupa dia juga menyemangati para pelajar Indonesia lain yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri seperti dirinya untuk bisa mendapat penghargaan bergengsi.
”Kita bisa membuat nama bangsa lebih dikenal dan diperhitungkan komunitas dan universitas di luar negeri,” tambah Yani bersemangat. Tidak ada yang instan dalam setiap proses prestasi yang dijalani. Ini kedua kalinya Yani masuk dalam nominasi sebagai mahasiswa teladan.
”Tahun lalu saya sudah dinominasikan, tetapi tidak menang. Tahun ini, ketika malam penyerahan penghargaan tanggal 2 Juni lalu, saya sudah mendapat penghargaan dalam kategori Student Leadership Excellence Award . Namun, saya tidak menduga terpilih sebagai mahasiswa terbaik,” tutur lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini.
Untuk menjadi mahasiswa terbaik di QUT, mahasiswa harus dinominasikan pihak lain. Luar biasanya, tanpa diduga Yani direkomendasikan layak menjadi mahasiswa terbaik oleh tiga pihak sekaligus yakni Alumni QUT Indonesia, salah seorang staf QUT Internasional, dan Fakultas Sains dan Teknologi QUT.
Yani dianggap pantas mendapat penghargaan sebagai mahasiswa terbaik karena kepemimpinannya yang luar biasa dan termasuk mahasiswa yang aktif baik di universitas dan masyarakat luas. Tercatat dia sedang menjabat sebagai Ketua Bidang II (Eksternal) Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Australia. Bukan hanya itu, di Fakultas Sains dan Teknologi, dia juga menjabat posisi strategis di sejumlah organisasi.
Sebut saja presiden QUT Science and Engineering Faculty Higher Degree Research Student Society (QUT SEF HDR SS), Wakil Presiden Asosiasi Mahasiswa QUT Indonesia, Sekretaris QUT Intercultural Sharing Talents and Arts Group Enthusiasts (QISTAGE), dan Divisi Media dan Komunikasi di Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB).
”Saya sangat bangga dapat membina dan menjaga hubungan baik antara orangorang muda dari Australia dan Indonesia,” sebut Yani kepada The PIE News . Keikutsertaannya dalam berbagai organisasi tidak membuat dirinya lupa akan tugas utamanya untuk meraih gelar PhD.
Bagi Yani, semua yang dijalani sebagai bagian dari penyeimbang rutinitas kuliahnya. ”Kuliah untuk mendapat gelar PhDadalah kerja keras dan intensif. Berpartisipasi dalam kegiatan lain adalah cara yang baik untuk tetap seimbang dan termotivasi,” ucap perempuan kelahiran 10 September 1987 ini.
Berorganisasi memang menjadi bagian dari aktivitasnya sejak masih di bangku sekolah. Dalam laman PPI-Australia, dijelaskan Yani pernah menjadi Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Malang, Komandan Peleton Mahasiswa Putri Fakultas Teknik UB, Sekretaris II Dewan Teknik (BEM Fakultas Teknik) UB, dan Ketua Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota UB angkatan 2006.
Prestasi di bidang akademis juga tidak mainmain. Dia berhasil masuk QUT yang dikenal sebagai lembaga pendidikan kredibel dengan lebih dari 7.000 mahasiswa internasional, melalui Beasiswa Unggulan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) 2012 untuk program Master of Applied Science( by research). Dia kemudian melakukan penggabungan program ke jenjang PhD pada 2013.
Beasiswa lain juga dia peroleh dari ANDROID Disaster Resilience Network, yaitu jaringan akademisi Eropa di bidang resiliensi terhadap kebencanaan untuk mengikuti ANDROID Residential Doctoral School Program dan konferensi internasional yang berasosiasi dengan beberapa organisasi dan program PBB pada awal September 2014 di Manchester, Inggris.
Menjadi asisten dosen juga salah satu bukti prestasinya di antara segudang jabatan yang dipegangnya. Seperti menjadi Asisten Pengajar PWK UB dan Asisten Peneliti dan Tenaga Ahli Perencana beberapa proyek di Kota Malang, Kota Batu, Kalimantan Utara dan Sulawesi Selatan.
Ananda Nararya
Mahasiswi yang akrab disapa Yani ini merupakan mahasiswa internasional dan asal Indonesia pertama yang mendapat penghargaan bergengsi tersebut. Bukan hanya itu, penghargaan ini juga untuk pertama kalinya diberikan kepada mahasiswa PhD (Doctor of Philosophy ). Saat ini Yani tercatat sebagai kandidat doktor di Bidang Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas Sains dan Teknologi di universitas tersebut.
”Saya terkejut bisa mendapat penghargaan ini. Tidak menyangka bahwa saya yang akan mendapatkannya. Masuk nominasi saja sudah bangga,” ucap Yani seusai menerima penghargaan yang diberikan langsung para petinggi QUT pada minggu lalu, dilansir ABC Australia Plus Indonesia, kemarin. Yani mengaku sangat bersyukur dan memiliki kebanggaan tersendiri sebagai wakil Indonesia.
Tak lupa dia juga menyemangati para pelajar Indonesia lain yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri seperti dirinya untuk bisa mendapat penghargaan bergengsi.
”Kita bisa membuat nama bangsa lebih dikenal dan diperhitungkan komunitas dan universitas di luar negeri,” tambah Yani bersemangat. Tidak ada yang instan dalam setiap proses prestasi yang dijalani. Ini kedua kalinya Yani masuk dalam nominasi sebagai mahasiswa teladan.
”Tahun lalu saya sudah dinominasikan, tetapi tidak menang. Tahun ini, ketika malam penyerahan penghargaan tanggal 2 Juni lalu, saya sudah mendapat penghargaan dalam kategori Student Leadership Excellence Award . Namun, saya tidak menduga terpilih sebagai mahasiswa terbaik,” tutur lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini.
Untuk menjadi mahasiswa terbaik di QUT, mahasiswa harus dinominasikan pihak lain. Luar biasanya, tanpa diduga Yani direkomendasikan layak menjadi mahasiswa terbaik oleh tiga pihak sekaligus yakni Alumni QUT Indonesia, salah seorang staf QUT Internasional, dan Fakultas Sains dan Teknologi QUT.
Yani dianggap pantas mendapat penghargaan sebagai mahasiswa terbaik karena kepemimpinannya yang luar biasa dan termasuk mahasiswa yang aktif baik di universitas dan masyarakat luas. Tercatat dia sedang menjabat sebagai Ketua Bidang II (Eksternal) Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Australia. Bukan hanya itu, di Fakultas Sains dan Teknologi, dia juga menjabat posisi strategis di sejumlah organisasi.
Sebut saja presiden QUT Science and Engineering Faculty Higher Degree Research Student Society (QUT SEF HDR SS), Wakil Presiden Asosiasi Mahasiswa QUT Indonesia, Sekretaris QUT Intercultural Sharing Talents and Arts Group Enthusiasts (QISTAGE), dan Divisi Media dan Komunikasi di Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB).
”Saya sangat bangga dapat membina dan menjaga hubungan baik antara orangorang muda dari Australia dan Indonesia,” sebut Yani kepada The PIE News . Keikutsertaannya dalam berbagai organisasi tidak membuat dirinya lupa akan tugas utamanya untuk meraih gelar PhD.
Bagi Yani, semua yang dijalani sebagai bagian dari penyeimbang rutinitas kuliahnya. ”Kuliah untuk mendapat gelar PhDadalah kerja keras dan intensif. Berpartisipasi dalam kegiatan lain adalah cara yang baik untuk tetap seimbang dan termotivasi,” ucap perempuan kelahiran 10 September 1987 ini.
Berorganisasi memang menjadi bagian dari aktivitasnya sejak masih di bangku sekolah. Dalam laman PPI-Australia, dijelaskan Yani pernah menjadi Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Malang, Komandan Peleton Mahasiswa Putri Fakultas Teknik UB, Sekretaris II Dewan Teknik (BEM Fakultas Teknik) UB, dan Ketua Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota UB angkatan 2006.
Prestasi di bidang akademis juga tidak mainmain. Dia berhasil masuk QUT yang dikenal sebagai lembaga pendidikan kredibel dengan lebih dari 7.000 mahasiswa internasional, melalui Beasiswa Unggulan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) 2012 untuk program Master of Applied Science( by research). Dia kemudian melakukan penggabungan program ke jenjang PhD pada 2013.
Beasiswa lain juga dia peroleh dari ANDROID Disaster Resilience Network, yaitu jaringan akademisi Eropa di bidang resiliensi terhadap kebencanaan untuk mengikuti ANDROID Residential Doctoral School Program dan konferensi internasional yang berasosiasi dengan beberapa organisasi dan program PBB pada awal September 2014 di Manchester, Inggris.
Menjadi asisten dosen juga salah satu bukti prestasinya di antara segudang jabatan yang dipegangnya. Seperti menjadi Asisten Pengajar PWK UB dan Asisten Peneliti dan Tenaga Ahli Perencana beberapa proyek di Kota Malang, Kota Batu, Kalimantan Utara dan Sulawesi Selatan.
Ananda Nararya
(ftr)