TNI Resmikan Pasukan Elite Baru
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Moeldoko hari ini akan meresmikan pasukan elite TNI baru.
Pasukan ini merupakan pasukan-pasukan elite dalam satuan operasi komando khusus. ”Kalau Presiden bisa hadir, akan resmikan satuan operasi komando khusus gabungan. Terdiri dari Den 81, Den Jaka, Den Bravo. Pasukan itu standby di Sentul,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko kepada wartawan usai rapat kerja (raker) bersama dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Selain itu, lanjut Moeldoko, satuan operasi komando tersebut juga akan latihan untuk mengatasi ancaman terorisme dalam skala masif, karena ancamannya tidak hanya di gedung saja. Pihaknya juga sering mengadakan program latihan seperti itu untuk kesiapan menghadapi tantangan dalam bentuk riil. ”Seperti di Bali bagaimana pengawalan pidana narkoba. Seperti kunjungan saya dikawal pesawat tempur,” jelasnya.
Menurut Moeldoko, latihan itu sifatnya hanya untuk menguji coba standard operational procedure( SOP) sekaligus menggunakan momentum peresmiannya untuk dilakukan uji coba. Moeldoko juga membicarakan tentang tantangan pertahanan Indonesia ke depan, yang mana TNI dibagi ke dalam kapabilitas kekuatan. Kalau berorientasi pada basis ancaman maka perlu dilihat dulu tentang sumber-sumber ancaman itu di kawasan ASEAN ini apa saja.
”Di luar itu kita pertimbangkan kapabilitas kemampuan sumber daya kita, apakah pemerintah memberikan dukungan dalam pertahanan. Dua pertimbangan itu bagaimana ke depan,” terangnya.
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, asesmen TNI terkait dengan dinamika kawasan secara politik dan keamanan memang mengalami peningkatan, dan itu akan punya dampak langsung terhadap potensi ancaman dan tantangan bagi Indonesia di kawasan ini. Apalagi misalnya, terkait dengan kerja sama patroli maritim Malaysia-Singapura terkait dengan KRI Usman Harun.
”Berdasarkan situasi ini memang dibutuhkan percepatan modernisasi alutsista yang mampu mengantisipasi,” kata Mahfudz. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi mengaku telah melakukan berbagai persiapan. TNI AL memiliki pasukan khusus Detasemen Jala Mengkara (Den Jaka) dan Marinir.
”Panglima sudah punya rencana kontingensi untuk menyiapkan pasukan operasi khusus. Untuk termin enam bulan ini, antara dua sampai satu peleton. Nantikan dibagi. Paling tidak, sudah ada yang untuk siaga saat ini. Misalnya, 70 personel, mungkin kita siapkan antara 20-25 dari Marinir dan Den Jaka, sisanya dari Kopassus dan Korpaskhas,” katanya.
Seluruh personel tersebut nanti berada di bawah kendali operasi Mabes TNI. Ade menjelaskan, mereka telah disiapkan untuk melakukan operasi khusus. ”Ini kan kaitannya dengan tren ancaman. Kalau tren ancaman meningkat kita juga harus meningkatkan kompetensi prajurit. Itu pasti,” ucapnya.
Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan bahwa TNI merupakan organisasi yang dibentuk untuk menghadapi keadaan darurat. Artinya, sebelum terjadi kondisi darurat organisasi sudah dalam keadaan siap.
”Jangan nunggu perang atau darurat baru dibentuk, ya nggak benar. TNI adalah organisasi keamanan dan Mabes TNI adalah institusi yang memegang penuh TNI AD, AL, dan AU,” jelasnya.
Sucipto/kiswondari
Pasukan ini merupakan pasukan-pasukan elite dalam satuan operasi komando khusus. ”Kalau Presiden bisa hadir, akan resmikan satuan operasi komando khusus gabungan. Terdiri dari Den 81, Den Jaka, Den Bravo. Pasukan itu standby di Sentul,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko kepada wartawan usai rapat kerja (raker) bersama dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Selain itu, lanjut Moeldoko, satuan operasi komando tersebut juga akan latihan untuk mengatasi ancaman terorisme dalam skala masif, karena ancamannya tidak hanya di gedung saja. Pihaknya juga sering mengadakan program latihan seperti itu untuk kesiapan menghadapi tantangan dalam bentuk riil. ”Seperti di Bali bagaimana pengawalan pidana narkoba. Seperti kunjungan saya dikawal pesawat tempur,” jelasnya.
Menurut Moeldoko, latihan itu sifatnya hanya untuk menguji coba standard operational procedure( SOP) sekaligus menggunakan momentum peresmiannya untuk dilakukan uji coba. Moeldoko juga membicarakan tentang tantangan pertahanan Indonesia ke depan, yang mana TNI dibagi ke dalam kapabilitas kekuatan. Kalau berorientasi pada basis ancaman maka perlu dilihat dulu tentang sumber-sumber ancaman itu di kawasan ASEAN ini apa saja.
”Di luar itu kita pertimbangkan kapabilitas kemampuan sumber daya kita, apakah pemerintah memberikan dukungan dalam pertahanan. Dua pertimbangan itu bagaimana ke depan,” terangnya.
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, asesmen TNI terkait dengan dinamika kawasan secara politik dan keamanan memang mengalami peningkatan, dan itu akan punya dampak langsung terhadap potensi ancaman dan tantangan bagi Indonesia di kawasan ini. Apalagi misalnya, terkait dengan kerja sama patroli maritim Malaysia-Singapura terkait dengan KRI Usman Harun.
”Berdasarkan situasi ini memang dibutuhkan percepatan modernisasi alutsista yang mampu mengantisipasi,” kata Mahfudz. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi mengaku telah melakukan berbagai persiapan. TNI AL memiliki pasukan khusus Detasemen Jala Mengkara (Den Jaka) dan Marinir.
”Panglima sudah punya rencana kontingensi untuk menyiapkan pasukan operasi khusus. Untuk termin enam bulan ini, antara dua sampai satu peleton. Nantikan dibagi. Paling tidak, sudah ada yang untuk siaga saat ini. Misalnya, 70 personel, mungkin kita siapkan antara 20-25 dari Marinir dan Den Jaka, sisanya dari Kopassus dan Korpaskhas,” katanya.
Seluruh personel tersebut nanti berada di bawah kendali operasi Mabes TNI. Ade menjelaskan, mereka telah disiapkan untuk melakukan operasi khusus. ”Ini kan kaitannya dengan tren ancaman. Kalau tren ancaman meningkat kita juga harus meningkatkan kompetensi prajurit. Itu pasti,” ucapnya.
Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan bahwa TNI merupakan organisasi yang dibentuk untuk menghadapi keadaan darurat. Artinya, sebelum terjadi kondisi darurat organisasi sudah dalam keadaan siap.
”Jangan nunggu perang atau darurat baru dibentuk, ya nggak benar. TNI adalah organisasi keamanan dan Mabes TNI adalah institusi yang memegang penuh TNI AD, AL, dan AU,” jelasnya.
Sucipto/kiswondari
(ftr)