Persiapan untuk Bersaing di Industri Digital yang Kian Canggih

Selasa, 09 Juni 2015 - 10:39 WIB
Persiapan untuk Bersaing...
Persiapan untuk Bersaing di Industri Digital yang Kian Canggih
A A A
Era digital dengan segala kecanggihan teknologi di dalamnya membuat setiap negara berlomba membentuk generasi muda hebat. Hong Kong salah satunya.

Siswa sekolah dasar (SD) di sana sudah mulai belajar pemrograman komputer di luar jam sekolah. Setiap Jumat siang di pusat pendidikan swasta, ada sekelompok anak yang usianya baru sekitar enam tahun. Mereka berbagi keceriaan sambil berdiskusi dengan teman yang memiliki minat serupa di bidang pemrograman.

Anak-anak ini mendapatkan pelajaran tentang coding yang tidak ada di sekolahsekolah umum. Orang tua mereka rela membayar ekstra untuk keterampilan anak-anak mereka dengan harapan kelak bisa bersaing di industri digital yang semakin bergerak cepat. Selama 1,5 jam, mereka diajarkan cara membuat karakter untuk mobile game sederhana dengan menggunakan software Drag and Drop .

”Ini bentuk coding . Dengan cara ini, anakanak tidak perlu mengetik banyak. Ini jauh lebih penting bagi mereka untuk mempelajari konsep dan mempelajari fondasi awal,” kata Michelle Sun, pendiri Code First Academy, dikutip BBC .

Michelle menambahkan, setelah mempelajari coding , anak-anak akan belajar JavaScript, bahasa pemrograman yang ada di aplikasi internet. Michelle lama hidup di Amerika Serikat (AS) dengan mengenyam pendidikan di Universitas Chicago dan bekerja di kota yang sama. Namun, akhirnya dia lebih memilih untuk kembali ke tanah kelahirannya di Hong Kong dan membuat sekolah pemrograman.

Langkah yang diambil tersebut bertujuan untuk membuat anak-anak di Hong Kong mampu bersaing di kancah dunia. Menurut pengalamannya di Silicon Valley, pusat industri teknologi di AS, ada kesempatan yang menjanjikan tersedia bagi mereka yang memiliki keterampilan pemrograman, terutama dalam bidang mobile software. Apa yang dikatakan Michelle sesuai kenyataan yang terjadi kini.

Berdasarkan perkiraan Juniper Research, pasar global untuk aplikasi mobile akan tumbuh lebih dari dua kali lipat. Jika pada 2014 hanya berkisar USD47,7 miliar (Rp637 triliun), menjadi USD99 miliar (Rp1.321 triliun) pada 2019. Untuk wilayah Asia yang didukung kuatnya pertumbuhan China, diperkirakan akan mencapai lebih dari setengah total nilai pasar tersebut.

Hong Kong sudah menjadi salah satu kota digital dunia. Menurut data pemerintah, 85% rumah memiliki akses broadband. Begitu juga masing-masing individu rata-rata memiliki minimal dua telepon seluler (ponsel) pintar. Namun, dalam sistem pendidikan Hong Kong bila disejajarkan dengan kelas dunia, belum selaras dengan kecepatan perubahan era digital.

Keahlian di bidang komputer secara umum memang diajarkan, tetapi pemrograman masih belum menjadi perhatian serius di sekolah-sekolah umum. Karena itu, hanya anak-anak dari keluarga yang peduli akan persaingan dunia digital yang memberikan pelajaran tambahan dengan mendaftarkan mereka di tempat kursus seperti yang dimiliki Michelle.

Mereka rela mengeluarkan biaya sekitar USD775 (Rp10 juta) sampai USD1.300 (Rp17 juta) per 12 minggu pertemuan. Angka itu disesuaikan pada usia anak. Biaya tersebut tentunya di luar dari jangkauan kebanyakan masyarakat Hong Kong dengan pendapatan bulanan ratarata sekitar USD3.000 (Rp39 juta).

Untuk menjembatani kesenjangan digital, pemerintah Hong Kong berkeinginan untuk menjadikan pemrograman komputer sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah untuk siswa berumur 11 tahun. Negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Australia dan Singapura, juga berusaha untuk mulai menjadikan pemrograman komputer di sekolah dasar sebagai program wajib.

Beberapa anak di Hong Kong kini mulai bisa membuat permainan dasar di smartphone. Tidak menutup kemungkinan pada masa mendatang, mereka akan membuat lebih dari sekadar permainan biasa.

Ananda nararya
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0850 seconds (0.1#10.140)