Korban MERS Terus Berjatuhan
A
A
A
SEOUL - Jumlah korban tewas akibat serangan virus Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan (Korsel) terus bertambah. Kematian seorang penderita di Daejeon kemarin memperpanjang daftar korban tewas menjadi enam orang.
Minggu (7/6) lalu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel menyatakan lebih dari 23 orang dinyatakan positif mengidap MERS. Angka itu menambah daftar antrean pengidap MERS menjadi 87 orang. Dengan demikian, Korsel menjadi negara yang mengalami wabah MERS terbesar di dunia di luar Timur Tengah. Sekitar 17 orang dari 23 pasien baru terinfeksi di Pusat Kesehatan Samsung di Seoul.
Kekhawatiran pun kian meningkat mengingat penyebaran MERS terbilang berlangsung sangat cepat. Saat ini sekitar 2.300 orang diisolasikan ke tempat karantina. Para siswa dan guru tidak bisa menjalankan proses belajar-mengajar karena hampir 1.900 sekolah diliburkan. Sebagian besar pasien terjangkit MERS di tempat kesehatan.
Menurut Kemenkes Korsel, transmisi penyebaran MERS di Korsel terjadi di antara pasien, staf rumah sakit (RS), dan keluarga atau orang terdekat yang melakukan kontak jarak dekat. Sebanyak 24 RS, mayoritas di Seoul dan Provinsi Gyeonggi, mengalami wabah MERS. Kasus MERS pertama Korsel terjadi pada seorang lelaki yang baru pulang melancong dari Arab Saudi bulan lalu.
Sejak saat itu MERS terus menyebar di Korsel. Otoritas terkait Korsel mengambil langkah pencegahan dan isolasi. Namun, langkah itu sepertinya tidak cukup untuk membendung penyebaran MERS. Pemerintah pusat mendapatkan kritik keras dari masyarakat dan pejabat senior. Wali Kota Seoul Park Won-soon menilai pemerintah pusat tidak menyediakan informasi yang signifikan mengenai virus MERS.
Namun, Kemenkes menolak anggapan tersebut dan mengatakan pernyataan seperti itu hanya meningkatkan keprihatinan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel juga mulai bergerak. Mereka mengundang para diplomat asing untuk hadir dalam agenda bertajuk terhadap perlawanan terhadap MERS kemarin.
Kemlu Korsel memastikan bahwa pemerintah akan melakukan setiap upaya untuk ”menjinakkan” MERS agar bisa dikendalikan. ”Saya yakin kami bisa mengatasi MERS dalam waktu dekat,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Korsel Lee Key-cheol di Seoul.
Sebanyak 100 diplomat dari 79 negara dan perwakilan dari tujuh organisasi internasional menghadiri agenda itu. ”Briefing hari ini (kemarin) sangat penting,” bunyi pernyataan Kemlu. Menurut Kemlu, komunitas internasional mulai cemas untuk datang ke Korsel setelah wabah MERS menyebar luas hingga meragukan keamanan Korsel.
Akibatnya, jumlah wisatawan asing di Korsel merosot. Warga China, Hong Kong, dan Jepang takut mendarat. ”Ada hadirin yang meminta untuk membangun pusat panggilan darurat bagi warga asing di Korsel. Kami akan mempertimbangkan secara positif masukkan tersebut,” bunyi pernyataan Kemlu.
Upaya ini dilakukan tidak hanya untuk menangani MERS, tapi juga untuk membatasi pengaruh buruk MERS yang bisa merusak citra Korsel. Perusahaan besar Korsel juga tidak tinggal diam. Hyundai Motor Group, Samsung Electronic Co, dan LG Group mengambil langkah darurat MERS. Hyundai melatih karyawan mereka agar terhindar dari MERS.
Sementara itu, Korean Air Lines dan Asiana Airlines menghadapi kerugian karena ribuan penumpang membatalkan penerbangan. ”Sekitar 2.800 penumpang membatalkan penerbangan setiap hari sejak akhir Mei lalu,” bunyi pernyataan Korean Air.
”Kami sebenarnya tidak tahu apa alasan di balik pembatalan itu. Namun, kami menduga pembatalanyangdilakukankebanyakan warga China tersebut didasarkan pada mewabahnya MERS di Korsel,” lanjut pernyataan itu.
Muh shamil
Minggu (7/6) lalu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel menyatakan lebih dari 23 orang dinyatakan positif mengidap MERS. Angka itu menambah daftar antrean pengidap MERS menjadi 87 orang. Dengan demikian, Korsel menjadi negara yang mengalami wabah MERS terbesar di dunia di luar Timur Tengah. Sekitar 17 orang dari 23 pasien baru terinfeksi di Pusat Kesehatan Samsung di Seoul.
Kekhawatiran pun kian meningkat mengingat penyebaran MERS terbilang berlangsung sangat cepat. Saat ini sekitar 2.300 orang diisolasikan ke tempat karantina. Para siswa dan guru tidak bisa menjalankan proses belajar-mengajar karena hampir 1.900 sekolah diliburkan. Sebagian besar pasien terjangkit MERS di tempat kesehatan.
Menurut Kemenkes Korsel, transmisi penyebaran MERS di Korsel terjadi di antara pasien, staf rumah sakit (RS), dan keluarga atau orang terdekat yang melakukan kontak jarak dekat. Sebanyak 24 RS, mayoritas di Seoul dan Provinsi Gyeonggi, mengalami wabah MERS. Kasus MERS pertama Korsel terjadi pada seorang lelaki yang baru pulang melancong dari Arab Saudi bulan lalu.
Sejak saat itu MERS terus menyebar di Korsel. Otoritas terkait Korsel mengambil langkah pencegahan dan isolasi. Namun, langkah itu sepertinya tidak cukup untuk membendung penyebaran MERS. Pemerintah pusat mendapatkan kritik keras dari masyarakat dan pejabat senior. Wali Kota Seoul Park Won-soon menilai pemerintah pusat tidak menyediakan informasi yang signifikan mengenai virus MERS.
Namun, Kemenkes menolak anggapan tersebut dan mengatakan pernyataan seperti itu hanya meningkatkan keprihatinan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel juga mulai bergerak. Mereka mengundang para diplomat asing untuk hadir dalam agenda bertajuk terhadap perlawanan terhadap MERS kemarin.
Kemlu Korsel memastikan bahwa pemerintah akan melakukan setiap upaya untuk ”menjinakkan” MERS agar bisa dikendalikan. ”Saya yakin kami bisa mengatasi MERS dalam waktu dekat,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Korsel Lee Key-cheol di Seoul.
Sebanyak 100 diplomat dari 79 negara dan perwakilan dari tujuh organisasi internasional menghadiri agenda itu. ”Briefing hari ini (kemarin) sangat penting,” bunyi pernyataan Kemlu. Menurut Kemlu, komunitas internasional mulai cemas untuk datang ke Korsel setelah wabah MERS menyebar luas hingga meragukan keamanan Korsel.
Akibatnya, jumlah wisatawan asing di Korsel merosot. Warga China, Hong Kong, dan Jepang takut mendarat. ”Ada hadirin yang meminta untuk membangun pusat panggilan darurat bagi warga asing di Korsel. Kami akan mempertimbangkan secara positif masukkan tersebut,” bunyi pernyataan Kemlu.
Upaya ini dilakukan tidak hanya untuk menangani MERS, tapi juga untuk membatasi pengaruh buruk MERS yang bisa merusak citra Korsel. Perusahaan besar Korsel juga tidak tinggal diam. Hyundai Motor Group, Samsung Electronic Co, dan LG Group mengambil langkah darurat MERS. Hyundai melatih karyawan mereka agar terhindar dari MERS.
Sementara itu, Korean Air Lines dan Asiana Airlines menghadapi kerugian karena ribuan penumpang membatalkan penerbangan. ”Sekitar 2.800 penumpang membatalkan penerbangan setiap hari sejak akhir Mei lalu,” bunyi pernyataan Korean Air.
”Kami sebenarnya tidak tahu apa alasan di balik pembatalan itu. Namun, kami menduga pembatalanyangdilakukankebanyakan warga China tersebut didasarkan pada mewabahnya MERS di Korsel,” lanjut pernyataan itu.
Muh shamil
(ftr)