Jumlah Korban Tewas Capai 431 Orang
A
A
A
BEIJING - Para pejabat China, ratusan penyelamat, dan anggota keluarga korban tenggelamnya kapal Dongfangzhixing (Bintang Timur) memberikan penghormatan terakhir di tepi Sungai Yangtse kemarin.
Itu dilakukan bersamaan dengan jumlah korban tewas mencapai 431 orang dan 11 penumpang lainnya masih hilang. Hanya 14 orang selamat dari 456 penumpang dan awak yang selamat. Pemerintah China masih menyelidiki insiden kecelakaan transportasi terburuk di Negeri Panda tersebut. Beijing berjanji tidak akan menutupi hasil penyidikan kepada publik dan keluarga korban. ”Tidak mungkin ada korban selamat yang akan ditemukan lagi,” kata juru bicara Pemerintah China yang tak disebutkan namanya, dikutip AFP.
Upacara penghormatan bagi korban tragedi Dongfangzhixing kemarin dihadiri Menteri Transportasi China Yang Chuantang. Stasiun televisi China, CCTV, melaporkan para petugas penyelamat dan pejabat pemerintah menundukkan kepala menghadap kapal Dongfangzhixing yang hancur. ”Kita berada di sini (Sungai Yangtze) bersama keluarga korban ikut merasakan rasa penderitaan karena kehilangan orang terkasih,” kata Guang Dong, anggota tim penyelam, dikutip kantor berita Xinhua.
Di tepian Sungai Yangtze, ratusan anggota keluarga membakar dupa dan membuat persembahan makanan untuk arwah. Guan Yuan, anak korban tewas kecelakaan kapal, memegang foto kedua orang tuanya. Dia bercerita, kedua orang tuanya berlibur dengan kapal pesiar setelah pensiun. ”Orang tua saya jarang berlibur karena ingin menabung demi pendidikan anaknya,” tutur Guan.
Sebuah petisi diunggah anggota keluarga di layanan media sosial WeChat menyerukan hukuman mati bagi kapten kapal yang selamat dan kini ditahan polisi. Hukuman mati tersebut bisa saja dilaksanakan karena China memang terkenal tegas dalam penegakan hukum.
Sementara perwakilan keluarga korban sudah bertemu Wakil Perdana Menteri Ma Kai. Pertemuan itu bukan saling menyalahkan, tetapi sebagai upaya untuk meluapkan kesedihan. ”Pertemuan itu membuat saya merasa hangat. Ketika dia (Ma) menjabat tangan saya dan mengatakan beberapa kata kepada saya. Saya merasa bahwa dia tidak tampak seperti pemimpin politik sama sekali. Dia begitu ramah seperti ayah saya sendiri,” ucap Wang Hua, 42, keluarga korban yang kehilangan kedua orang tuanya, dikutip Reuters.
Fu Conghai, keluarga korban yang kehilangan kakaknya, Fu Hongsheng, dan keponakannya, Fu Jinning, mengatakan langkah berikutnya adalah mengidentifikasi mayat yang sudah ditemukan. ”Kami menunggu hasil tes DNA. Ketika mereka mengonfirmasi korban. Kita bisa bertemu orang yang kita cintai,” kata Fu.
Sedangkan juru bicara Pemerintah China, Hu Kaihong, mengatakan, tes DNA dilakukan untuk mengidentifikasi ratusan korban yang ditemukan. Pemerintah berjanji tidak akan menutupi penyidikan insiden tersebut. Dalam penyelidikan awal terungkap, kapal tidak mengalami kelebihan muatan dan memiliki rompi penyelamat yang cukup.
Ananda nararya
Itu dilakukan bersamaan dengan jumlah korban tewas mencapai 431 orang dan 11 penumpang lainnya masih hilang. Hanya 14 orang selamat dari 456 penumpang dan awak yang selamat. Pemerintah China masih menyelidiki insiden kecelakaan transportasi terburuk di Negeri Panda tersebut. Beijing berjanji tidak akan menutupi hasil penyidikan kepada publik dan keluarga korban. ”Tidak mungkin ada korban selamat yang akan ditemukan lagi,” kata juru bicara Pemerintah China yang tak disebutkan namanya, dikutip AFP.
Upacara penghormatan bagi korban tragedi Dongfangzhixing kemarin dihadiri Menteri Transportasi China Yang Chuantang. Stasiun televisi China, CCTV, melaporkan para petugas penyelamat dan pejabat pemerintah menundukkan kepala menghadap kapal Dongfangzhixing yang hancur. ”Kita berada di sini (Sungai Yangtze) bersama keluarga korban ikut merasakan rasa penderitaan karena kehilangan orang terkasih,” kata Guang Dong, anggota tim penyelam, dikutip kantor berita Xinhua.
Di tepian Sungai Yangtze, ratusan anggota keluarga membakar dupa dan membuat persembahan makanan untuk arwah. Guan Yuan, anak korban tewas kecelakaan kapal, memegang foto kedua orang tuanya. Dia bercerita, kedua orang tuanya berlibur dengan kapal pesiar setelah pensiun. ”Orang tua saya jarang berlibur karena ingin menabung demi pendidikan anaknya,” tutur Guan.
Sebuah petisi diunggah anggota keluarga di layanan media sosial WeChat menyerukan hukuman mati bagi kapten kapal yang selamat dan kini ditahan polisi. Hukuman mati tersebut bisa saja dilaksanakan karena China memang terkenal tegas dalam penegakan hukum.
Sementara perwakilan keluarga korban sudah bertemu Wakil Perdana Menteri Ma Kai. Pertemuan itu bukan saling menyalahkan, tetapi sebagai upaya untuk meluapkan kesedihan. ”Pertemuan itu membuat saya merasa hangat. Ketika dia (Ma) menjabat tangan saya dan mengatakan beberapa kata kepada saya. Saya merasa bahwa dia tidak tampak seperti pemimpin politik sama sekali. Dia begitu ramah seperti ayah saya sendiri,” ucap Wang Hua, 42, keluarga korban yang kehilangan kedua orang tuanya, dikutip Reuters.
Fu Conghai, keluarga korban yang kehilangan kakaknya, Fu Hongsheng, dan keponakannya, Fu Jinning, mengatakan langkah berikutnya adalah mengidentifikasi mayat yang sudah ditemukan. ”Kami menunggu hasil tes DNA. Ketika mereka mengonfirmasi korban. Kita bisa bertemu orang yang kita cintai,” kata Fu.
Sedangkan juru bicara Pemerintah China, Hu Kaihong, mengatakan, tes DNA dilakukan untuk mengidentifikasi ratusan korban yang ditemukan. Pemerintah berjanji tidak akan menutupi penyidikan insiden tersebut. Dalam penyelidikan awal terungkap, kapal tidak mengalami kelebihan muatan dan memiliki rompi penyelamat yang cukup.
Ananda nararya
(ftr)