Tim Ekspedisi NKRI Kopassus Temukan Penurunan Debit Air
A
A
A
LABUAN BAJO - Pemerintah diminta menindaklanjuti hasil temuan tim Ekspedisi NKRI 2015 Kopassus menyusul ditemukannya berbagai persoalan salah satunya, penurunan debit air di wilayah Indonesia Timur, khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo menjelaskan, dari delapan subkorwil tim ekspedisi, sebanyak enam di antaranya melaporkan masalah keterbatasan dan adanya indikasi penurunan debit air.
"Ada indikasi sumber air mengalami penurunan. Pada musim kemarau biasanya debit air masih banyak tetapi beberapa tahun terakhir itu semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena di kawasan hulu banyak pohon yang ditebang," ujar Doni, Labuan Bajo, Minggu (7/5/2015)..
Komandan Ekspedisi NKRI ini mengaku, sudah berupaya secara maksimal mengingatkan masyarakat dan mengimbau Dinas Kehutanan setempat segera melakukan langkah perlindungan hutan dan pembibitan. Sayangnya, hal itu terkendala dengan kondisi yang belum memadai.
Untuk mendukung langkah itu, Kopassus telah mengirimkan puluhan ribu tanaman dari Jakarta menggunakan pesawat Hercules dan kapal perang KRI.
"Kami juga melakukan penanaman tidak hanya di kawasan hulu, tetapi juga di pemukiman masyarakat agar terketuk hatinya untuk mau merawat lingkungan. Kalau tidak kami ingatkan dari sekarang, tahun demi tahun debit air akan terus berkurang dan mungkin saja puluhan tahun yang akan datang mata air itu akan hilang dan berganti dengan air mata," ucapnya.
Dia menambahkan, sekarang NTT nyaris kehilangan tanaman legendarisnya, yakni pohon cendana. Indikasinya, semakin sedikit minat masyarakat yang menaman pohon tersebut akibat sejumlah peraturan yang dibuat pemerintah daerah dan tidak menguntungkan masyarakat.
"Peraturan itu menyatakan bahwa tanaman-tanaman tersebut milik pemerintah daerah, tapi informasi dari Gubernur NTT bahwa peraturan tersebut sudah dirubah hanya kami belum dapat konfirmasi," ucapnya.
Mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) ini mengaku, sudah delapan bulan lalu bersama masyarakat di Kabupaten Alor melakukan pembibitan cendana. Hal ini penting, kalau tidak dilakukan sekarang, diprediksi suatu saat akan hilang dari bumi NTT.
"Saya berhasil melakukan pembibitan 30.000 pohon cendana. Sebanyak 20.000 pohon sudah dibagikan gratis kepada masyarakat dan 10.000 lagi, setelah tingginya lebih dari 1 meter, akan segera kami distribusikan kepada masyarakat di sejumlah pulau yang ada di NTT," kata Danjen.
Baca: Ekspedisi NKRI 2015 di Kepulauan Nusa Tenggara.
Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo menjelaskan, dari delapan subkorwil tim ekspedisi, sebanyak enam di antaranya melaporkan masalah keterbatasan dan adanya indikasi penurunan debit air.
"Ada indikasi sumber air mengalami penurunan. Pada musim kemarau biasanya debit air masih banyak tetapi beberapa tahun terakhir itu semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena di kawasan hulu banyak pohon yang ditebang," ujar Doni, Labuan Bajo, Minggu (7/5/2015)..
Komandan Ekspedisi NKRI ini mengaku, sudah berupaya secara maksimal mengingatkan masyarakat dan mengimbau Dinas Kehutanan setempat segera melakukan langkah perlindungan hutan dan pembibitan. Sayangnya, hal itu terkendala dengan kondisi yang belum memadai.
Untuk mendukung langkah itu, Kopassus telah mengirimkan puluhan ribu tanaman dari Jakarta menggunakan pesawat Hercules dan kapal perang KRI.
"Kami juga melakukan penanaman tidak hanya di kawasan hulu, tetapi juga di pemukiman masyarakat agar terketuk hatinya untuk mau merawat lingkungan. Kalau tidak kami ingatkan dari sekarang, tahun demi tahun debit air akan terus berkurang dan mungkin saja puluhan tahun yang akan datang mata air itu akan hilang dan berganti dengan air mata," ucapnya.
Dia menambahkan, sekarang NTT nyaris kehilangan tanaman legendarisnya, yakni pohon cendana. Indikasinya, semakin sedikit minat masyarakat yang menaman pohon tersebut akibat sejumlah peraturan yang dibuat pemerintah daerah dan tidak menguntungkan masyarakat.
"Peraturan itu menyatakan bahwa tanaman-tanaman tersebut milik pemerintah daerah, tapi informasi dari Gubernur NTT bahwa peraturan tersebut sudah dirubah hanya kami belum dapat konfirmasi," ucapnya.
Mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) ini mengaku, sudah delapan bulan lalu bersama masyarakat di Kabupaten Alor melakukan pembibitan cendana. Hal ini penting, kalau tidak dilakukan sekarang, diprediksi suatu saat akan hilang dari bumi NTT.
"Saya berhasil melakukan pembibitan 30.000 pohon cendana. Sebanyak 20.000 pohon sudah dibagikan gratis kepada masyarakat dan 10.000 lagi, setelah tingginya lebih dari 1 meter, akan segera kami distribusikan kepada masyarakat di sejumlah pulau yang ada di NTT," kata Danjen.
Baca: Ekspedisi NKRI 2015 di Kepulauan Nusa Tenggara.
(kur)