Populerkan Budaya Nusantara lewat Kreasi Tari Kontemporer

Minggu, 07 Juni 2015 - 10:53 WIB
Populerkan Budaya Nusantara lewat Kreasi Tari Kontemporer
Populerkan Budaya Nusantara lewat Kreasi Tari Kontemporer
A A A
Gianti Giadi, 29, sudah berkelana ke berbagai negara. Semasa remaja, lulusan Jurusan Seni Tari Lasalle College of the Arts, Singapura, ini beberapa kali terlibat dalam misi kebudayaan Indonesia di luar negeri.

Setelah menamatkan pendidikan formal tari dan mengajar di Singapura, Gigi sapaan Gianti membuka studio, perusahaan hingga yayasan yang inti operasionalnya berbasis tari. Visinya menduniakan seni dan budaya Tanah Air. Perempuan yang bersama 50 penari GIGI Art of Dance pernah melakukan flashmob di depan White House, Lincoln Center, dan Times Square, New York, pada 2013 ini memandang bahwa menari juga bisa dilakoni sebagai pekerjaan profesional.

Dia ingin memperkenalkan tari bukan sekadar entertainment, tetapi juga ada nilai edukasi dan informasi. Untuk itu perlu wadah pendidikan dan tempat performing artyang terintegrasi. Saling mendukung. Misi besar Gigi adalah membawa nama Indonesia ke seluruh dunia. Dengan kekayaan seni dan budaya yang sangat beragam, Indonesia perlu memiliki performing artatau seni pertunjukan bernilai jual tinggi yang setiap hari ditonton orang-orang banyak.

Dia mencontohkan di Singapura yang kekayaan seni dan budayanya relatif terbatas, belasan gedung di negara kota itu setiap hari penuh pertunjukan dan selalu dipadati pengunjung, terutama turis-turis asing. Saat berlibur ke Singapura, dia mengunjungi open house Lasalle College of the Art.

Gigi ingin tahu seperti apa sekolah tari di sana. Di open house tersebut ada berbagai pertunjukan termasuk tari kontemporer yang membuat dia semakin tertarik mendalami seni tari. Gigi pun mengajukan diri untuk mendaftar. Ternyata sekolah tersebut justru sedang menawarkan beasiswa jurusan tari untuk orang yang tinggal di luar Singapura. Syaratnya, harus membuat video profil dan setelah lulus harus bekerja di sana selama tiga tahun.

Pengagum penari Sylvie Guillem dan Jecko Siompo ini merasa tertantang. Dia pun membuat video yang diminta. Gigi menyajikan banyak tarian seperti jazz, tradisional, dan hip-hop. Dengan mudah Gigi lolos dan meraih beasiswa. Setelah lulus, Gigi langsung bekerja sebagai penari di Maya Dance Theatre, Apsara Asia, dan dance coordinatordi Attitude Performing Arts Studio, Singapura.

Di studio tersebut, dia diajari cara mengelola studio oleh pemiliknya mulai dari mengajar menari, urusan administrasi hingga bersih-bersih. Selama tiga tahun, 1 dari 17 penyandang gelar wiramuda kreatif dalam Forum Ekonomi Kreatif dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012 ini mengajar di tujuh sekolah. Pada 2009, setelah kembali ke Indonesia, dia mendirikan GIGI Art of Dance di Jakarta.

Berbagai jenis tarian diajarkan di sini, mulai dari hip hop, balet, kontemporer, RnB, tarian tradisional Indonesia, jazz hingga Broadway. Sekolah ini berkembang pesat. GIGI Art of Dance tidak hanya mengajarkan gerakan, tetapi juga pengetahuan mengenai tari secara lebih mendalam. Para siswanya mendapatkan pengetahuan sejarah tarian, komposisi tari, video watching, dan dirangsang menciptakan koreografi.

Ada pula dance criticyang dimaksudkan agar kreativitas para murid bisa berkembang. Mereka pun diajari untuk berkolaborasi. Gigi ingin para siswanya mendapat pengalaman bahwa kegiatan menari bisa dikolaborasikan dengan bidang lain seperti fashion designer, multimedia designer, technical theatre, desain set, stage management, sound engineer, danlighting designer.

Dengan begitu, terjadi suguhan pertunjukan yang bisa menaikkan nilai performing art. Setiap tahun, sekolah ini menggelar kegiatan dance musical. GIGI Art of Dance juga sering menggelar workshop tari dengan mendatangkan koreografer lokal dan internasional seperti Meyers dari Amerika Serikat dan Aye Hasegawa dari Jepang guna meningkatkan kemampuan siswa.

Gigi pun mendirikan perusahaan GIGI Dance Company dan yayasan GIGI Foundation. GIGI Dance Company merupakan kelompok penari semiprofesional yang dilatih secara gratis. Ini berbeda dengan GIGI Art of Dance yang memang diperuntukkan sebagai les tari. GIGI Dance Company lebih ditujukan kepada mereka yang sudah yakin menjadikan menari sebagai profesi.

Mereka diberi pelatihan dan membuat karya yang nantinya diajukan untuk diikutsertakan dalam festival. Sementara itu, GIGI Foundation didirikan untuk membantu anak-anak down syndrome dan tunarungu. Ini merupakan wadah sekaligus media pembuktian bahwa anak-anak downsyndromedan tunarungu juga bisa berekspresi melalui gerakan. Menari bisa mengangkat mooddan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

“Saya ingin mereka membuktikan diri sendiri bahwa mereka bisa. Tidak perlu lagi kesulitan untuk diterima di tengah masyarakat. Jika hal tersebut bisa menjadikan mereka lebih baik, kenapa tidak?” ujar Gigi. Kini, penerima anugerah The Most Promising Work in Sprouts choreography competition-Singapura 2009 ini masih mengajar tari di Singapura meski tak lagi setiap pekan ke sana.

Paling tidak, dalam sebulan, dia dua bulan ke sana. Gigi pun sering menjadi dosen tamu di Lasalle College of the Arts. Namanya sudah populer sebagai penari dan guru tari yang mumpuni.

Robi ardianto/ilham safutra/ dina angelina/hermansah
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6481 seconds (0.1#10.140)