Budaya Ngafe Favoritkan Interior,Minimal Sekali Sebulan
A
A
A
Melalui survei terhadap 140 mahasiswa di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya, GEN SINDO mencoba merangkum apa alasan anak muda hobi banget ngafe. Nah ini jawabannya! Dari hasil survei tersebut, 60,7% menganggap hangoutke kafe merupakan hal yang biasa saja.
Adapun 29,3% menganggap hal tersebut penting dan hanya 10% yang menganggapnya tidak penting. Nia Ayu Mayang Sari yang mempunyai frekuensi ke kafe hampir setiap hari beranggapan bahwa hangoutmerupakan hal yang penting. “Karena bisa tukar gosip, saling ketawa, terus bisa sekalian foto juga kalau kafenya bagus,” ucap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini.
Ternyata , hanya 12,1% responden yang mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nia, yakni ngafelebih dari lima kali sebulan. Selebihnya adalah sebanyak 55,7% responden hanya satu hingga dua kali saja ngafe. Di urutan selanjutnya sebanyak 32,1% responden hanya tiga sampai empat kali ngafedalam sebulan.
Sebagian besar pengunjung kafe lebih memilih kafe dengan interior. Sebanyak 40,7% responden lebih memilih interior tempat sebagai faktor yang paling penting dari sebuah kafe. Lalu, faktor selanjutnya adalah Wi-Fi (20,7%), ragam makanan (17,1%), sajian atau tampilan makanan (12,9%), harga (5,0%), dan di urutan terakhir adalah kenyamanan sebesar 3,6%. Selain interior yang bagus, lokasi kafe juga memengaruhi minat pengunjung untuk hangoutke kafe.
Hasil survei tersebut juga menghasilkan ternyata daerah Margonda di Depok merupakan daerah paling favorit dengan nilai sebesar 20%. Sementara, Kemang yang menurut beberapa narasumber merupakan tempat yang bagus untuk hangoutberada di peringkat ketiga dengan presentasi sebesar 14,3% di bawah daerah Tebet 18,6%.
Lalu peringkat selanjutnya adalah Bogor sebesar 7,9%, Purwokerto dan Dago masing-masing sebesar 5,7%, Kelapa Gading, Bintaro, dan Cikini masingmasing sebesar 5%, Rawamangun dan Solo masing-masing sebesar 3,6%, Yogyakarta dan Kuningan di Jakarta masingmasing sebesar 2,1%, dan Bintaro serta Bungkul di Surabaya masing-masing sebesar 0,7%.
Maharani Dwi Damayanti yang biasa nongkrongdi kawasan Senopati, Kemang Village, dan Menteng, menyebut interior unik dan kenyamanan adalah pertimbangannya berlama-lama di sebuah kafe. Menurut dia, hal itu penting karena kebiasaan anak muda yang suka mengunggah foto berbagai aktivitas di media sosial. Foto yang paling menarik, menurut dia, adalah foto di kafe dengan interior unik.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hal yang pertama kali dilakukannya ketika hangoutke kafe adalah mencari spot yang bagus untuk selfieatau sekadar memotret objek yang dianggapnya menarik. Setelah itu, foto-foto tersebut dibagikan ke social mediaseperti Pathdan Instagram. Tak heran jika 12,1% responden memilih untuk check-indi media sosial sebagai hal pertama yang dilakukan ketika masuk kafe dan masingmasing 3,6% untuk ber-selfieria dan mengobrol.
Sementara, sebagian besar responden, yaitu sebanyak 80,7% langsung tanya menu ketika masuk kafe. Hal ini pun diakui Sitha, mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. “Yang pertama dilakukan, ya tanya menu dulu, terus order, habis itu baru sambil nunggu makanannya, foto-foto dulu gitu,” tutur mahasiswa yang bernama lengkap Sitha Darmaningtyas ini.
Selain sebagai tempat nongkrong untuk makan dan ngobrolbersama teman-teman, kafe juga dijadikan tempat untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. “Ngerjaintugas sih atau kerja kelompok gitusih biasanya. Menurut aku, enak saja sih suasananya, sudah gitunyaman saja,” paparnya.
Afim Firman
Adapun 29,3% menganggap hal tersebut penting dan hanya 10% yang menganggapnya tidak penting. Nia Ayu Mayang Sari yang mempunyai frekuensi ke kafe hampir setiap hari beranggapan bahwa hangoutmerupakan hal yang penting. “Karena bisa tukar gosip, saling ketawa, terus bisa sekalian foto juga kalau kafenya bagus,” ucap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini.
Ternyata , hanya 12,1% responden yang mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nia, yakni ngafelebih dari lima kali sebulan. Selebihnya adalah sebanyak 55,7% responden hanya satu hingga dua kali saja ngafe. Di urutan selanjutnya sebanyak 32,1% responden hanya tiga sampai empat kali ngafedalam sebulan.
Sebagian besar pengunjung kafe lebih memilih kafe dengan interior. Sebanyak 40,7% responden lebih memilih interior tempat sebagai faktor yang paling penting dari sebuah kafe. Lalu, faktor selanjutnya adalah Wi-Fi (20,7%), ragam makanan (17,1%), sajian atau tampilan makanan (12,9%), harga (5,0%), dan di urutan terakhir adalah kenyamanan sebesar 3,6%. Selain interior yang bagus, lokasi kafe juga memengaruhi minat pengunjung untuk hangoutke kafe.
Hasil survei tersebut juga menghasilkan ternyata daerah Margonda di Depok merupakan daerah paling favorit dengan nilai sebesar 20%. Sementara, Kemang yang menurut beberapa narasumber merupakan tempat yang bagus untuk hangoutberada di peringkat ketiga dengan presentasi sebesar 14,3% di bawah daerah Tebet 18,6%.
Lalu peringkat selanjutnya adalah Bogor sebesar 7,9%, Purwokerto dan Dago masing-masing sebesar 5,7%, Kelapa Gading, Bintaro, dan Cikini masingmasing sebesar 5%, Rawamangun dan Solo masing-masing sebesar 3,6%, Yogyakarta dan Kuningan di Jakarta masingmasing sebesar 2,1%, dan Bintaro serta Bungkul di Surabaya masing-masing sebesar 0,7%.
Maharani Dwi Damayanti yang biasa nongkrongdi kawasan Senopati, Kemang Village, dan Menteng, menyebut interior unik dan kenyamanan adalah pertimbangannya berlama-lama di sebuah kafe. Menurut dia, hal itu penting karena kebiasaan anak muda yang suka mengunggah foto berbagai aktivitas di media sosial. Foto yang paling menarik, menurut dia, adalah foto di kafe dengan interior unik.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hal yang pertama kali dilakukannya ketika hangoutke kafe adalah mencari spot yang bagus untuk selfieatau sekadar memotret objek yang dianggapnya menarik. Setelah itu, foto-foto tersebut dibagikan ke social mediaseperti Pathdan Instagram. Tak heran jika 12,1% responden memilih untuk check-indi media sosial sebagai hal pertama yang dilakukan ketika masuk kafe dan masingmasing 3,6% untuk ber-selfieria dan mengobrol.
Sementara, sebagian besar responden, yaitu sebanyak 80,7% langsung tanya menu ketika masuk kafe. Hal ini pun diakui Sitha, mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. “Yang pertama dilakukan, ya tanya menu dulu, terus order, habis itu baru sambil nunggu makanannya, foto-foto dulu gitu,” tutur mahasiswa yang bernama lengkap Sitha Darmaningtyas ini.
Selain sebagai tempat nongkrong untuk makan dan ngobrolbersama teman-teman, kafe juga dijadikan tempat untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. “Ngerjaintugas sih atau kerja kelompok gitusih biasanya. Menurut aku, enak saja sih suasananya, sudah gitunyaman saja,” paparnya.
Afim Firman
(bbg)