Ribuan Warga Korsel Diisolasi

Jum'at, 05 Juni 2015 - 09:36 WIB
Ribuan Warga Korsel...
Ribuan Warga Korsel Diisolasi
A A A
SEOUL - Penyebaran Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan (Korsel) berjalan sangat cepat. Korsel bahkan menjadi negara paling besar terkena MERS di luar Timur Tengah.

Pemerintah Korsel terus berpacu dengan waktu dalam mencegah MERS. Hingga kemarin, lebih dari 1.600 orang diisolasi dan 910 sekolah diliburkan setelah pasien MERS bertambah menjadi 35 orang. Padahal sehari sebelumnya, jumlah orang yang diisolasi hanya 700 orang dan pasien hanya 30 orang.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Korsel menyatakan dua dari limapasienbaru merupakan staf dua rumah sakit (RS) yang menangani pasien MERS. Namun, Kemenkes merahasiakan RS yang dimaksud untuk meredam ketakutan. Sebelumnya, seorang dokter sempat diisolasi karena diduga terkena MERS.

”Kami akan memeriksa sampel genetiknya untuk memastikan apakah dokter itu terkena MERS atau tidak, mengingat tubuhnya tidak menunjukkan gejala seperti demam tinggi,” kata seorang pejabat Kemenkes Korsel yang tidak mau disebutkan namanya, dikutip Yonhap. Dia dikhawatirkan terkena MERS karena melakukan kontak dengan pasien. ”Dokter itu kemudian dipindahkan ke RS rancangan pemerintah di Seoul untuk diisolasi,” bunyi pernyataan Kemenkes.

Artinya, dokter tersebut masuk dalam daftar lebih dari 1.600 orang yang diisolasi, baik di RS rancangan pemerintah maupun di rumah. Semua orang yang diisolasi merupakan orang yang dicurigai melakukan kontak jarak dekat dengan salah satu pasien. Pada pekan pertama wabah MERS, jumlah orang yang diisolasi di bawah 100. Sejak saat itu, jumlahnya meningkat. Penyebaran MERS sulit dicegah karena tidak terlihat.

Selain itu, gejala-gejala MERS tidak langsung terlihat sehari dua hari. Jumlah pasien MERS di Korsel berpeluang bertambah mengingat 35 pasien kemungkinan pernah berhubungan dengan orang terdekat. Rasio kematian akibat MERS berkisar antara 40–50% di dunia. Sampai kemarin, Kemenkes mengatakan angka kematian akibat MERS di Korsel mencapai 5,7%.

Mereka akan mencoba memeriksa DNA coronavirusMERS untuk melihat jika saja virus itu mengalami mutasi sehingga penyebarannya semakin liar. Hasil dari pemeriksaan akan bisa dilihat secepatnya pada hari ini. Ahli kesehatan penyakit infeksi sekaligus Kepala Pusat Kesehatan Samsung, Song Jaehoon, mengatakan bahwa Korsel bisa mencegah MERS. Menurutnya, virus ini tidak menyebar melalui udara.

Cara sederhana untuk menghentikan penyebarannya ialah mengisolasi pasien, orang yang dicurigai terinfeksi, dan orang yang melakukan kontak dengan pasien. ”Penyebaran virus bisa dihentikan jika karantina digunakan secara efektif,” kata Jaehoon. Para ahli lain juga mengatakan penyebaran MERS hanya melalui kontak langsung dengan pasien atau staf medis yang menangani pasien.

”Hampir mustahil orang biasa yang tidak melakukan kontak akan terinfeksi,” bunyi pernyataan Komunitas Penyakit Infeksi Korea. Hong Ji-young, ahli obat pencegah dari Universitas Konyang, mengatakan bahwa orang sehat yang memiliki sistem imun kuat tidak akan merasakan gejala MERS, sekalipun virus itu memasuki tubuh.

Meski para ahli mencoba melerai kepanikan, masyarakat Korsel tetap dirundung kecemasan. Jumlah pemakai masker di Korsel terus meningkat. Pemerintah prihatin dengan kondisi ini. Mereka takut kasus MERS menurunkan jumlah turis asing dan memicu sentimen anti-Korea.

Sejauh ini, Korsel juga tidak memberikan peringatan kunjungan ke Timur Tengah. Selain Korsel, Korea Utara juga ikut khawatir. Mereka meminta alat pendeteksi MERS di zona industri gabungan.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0875 seconds (0.1#10.140)