Militer Terlibat Perdagangan Manusia
A
A
A
BANGKOK - Setelah sebelumnya belasan oknum polisi Malaysia ditangkap karena diduga kuat terlibat kasus perdagangan manusia (human trafficking), kini seorang jenderal militer Thailand diduga terlibat kasus serupa.
Berdasarkan laporan CBC, Letnan Jenderal Manus Kongpan didakwa terlibat dalam perdagangan manusia dan penyelundupan imigran ilegal yang ingin memasuki wilayah Thailand. Dia juga didakwa menangkap orang secara sewenang- wenang dan meminta uang tebusan saat menyelundupkan imigran ilegal.
Dalam situs resmi Tentara Kerajaan Thailand (Royal Thai Army), Manus adalah seorang komandan di Chumphon pada 2013, sebelum akhirnya menduduki posisi senior di wilayah perbatasan antara Thailand- Malaysia, Songkhla. Saat ini dia dipindahkan ke Markas Tentara Kerajaan Thailand di Bangkok.
Kemarin Manus Kongpan mendatangi Markas Besar Polisi Thailand di Bangkok untuk mengajukan hak pembelaan atas tuduhan perdagangan manusia yang dilayangkan terhadap dirinya. Dia membantah terlibat dalam skandal bisnis miliaran dolar tersebut setelah masuk daftar orang yang diburu polisi. ”Dia mengaku tidak terlibat dan membantah tuduhan tersebut,” kata Kepala Polisi Nasional Somyot Poompanmoung, dikutip Bangkok Post.
Dia merupakan orang pertama dari jajaran militer yang mendatangi kepolisian untuk menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Sebelumnya Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan akan memberantas sindikat perdagangan manusia tanpa pandang bulu. Setiap terdakwa yang terlibat, baik dari jajaran warga sipil maupun pemerintahan, akan dihukum berat.
Sejauh ini polisi menangkap 51 tersangka dari 84 tersangka. Saat datang ke markas polisi, Manus Kongpan memakai seragam tentara. Namun, dia tidak memberikan pernyataan kepada awak media. Polisi akan menyelidiki kasus perdagangan manusia lebih dalam, sebab polisi mengaku belum memiliki informasi rinci mengenai peran Manus dalam perdagangan manusia.
Kelompok hak asasi manusia (HAM) seperti Amnesti Internasional sempat menuduh otoritas berwenang Thailand tutup mata terhadap kasus perdagangan manusia. Padahal, Thailand menjadi salah satu negara transit atau penghubung imigran ireguler menuju berbagai negara di Asia Tenggara, khususnya Malaysia. Namun, saat ini Thailand mulai beraksi.
Penemuan kuburan massal dan perkemahan imigran ireguler di Thailand Selatan bulan lalu menjadi pintu masuk untuk memutus jalur perdagangan manusia. Imigran ireguler akhirnya tidak berani menepi ke Thailand dan ditelantarkan pelaku perdagangan manusia di tengah laut. Imigran ireguler yang berasal dari Myanmar dan Bangladesh tersebut terperangkap, apalagi setelah Indonesia dan Malaysia sempat menolak menerima imigran ireguler sebelum akhirnya pintu terhadap mereka kembali dibuka.
Puluhan ribu imigran ireguler sekarang mengungsi di Indonesia, tepatnya di Aceh, dan Malaysia. Songkhla, warga perbatasan Malaysia-Thailand, mengatakan bahwa jumlah etnis muslim Rohingya, Myanmar yang hilir mudik di wilayah perbatasan tersebut mencapai ribuan. Mereka menaruhkan masa depan di negeri orang karena tidak diakui pemerintah Myanmar sebagai warga negara (stateless).
Tanpa data legal, mereka sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Indonesia menyatakan permasalahan imigran ireguler merupakan permasalahan internasional sehingga perlu diselesaikan kawasan. Beberapa negara Asia Tenggara merespons positif. Pekan ini sekitar 4.500 imigran ireguler Rohingya dan Bangladesh tiba di Indonesia, Malaysia, Thailand, Bangladesh, dan Myanmar.
Peran Thailand dalam memberantas perdagangan manusia juga sudah diakui komunitas internasional. Wakil Komisioner Polisi Aek Angsananont mengungkapkan, tim operasi antiperdagangan manusia Thailand akan bekerja lebih baik dan lebih serius dalam membantu imigran ireguler seperti Rohingya dan Bengali.
”Kami juga meminta Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan agar Thailand memiliki peringkat yang lebih baik dalam perdagangan manusia,” kata Aek, dilansir Thaivisa. ”Melalui Interpol, kami meminta agar memiliki izin untuk bisa menangkap pelaku di balik perdagangan manusia yang kabur ke luar negeri,” tambahnya.
Muh shamil
Berdasarkan laporan CBC, Letnan Jenderal Manus Kongpan didakwa terlibat dalam perdagangan manusia dan penyelundupan imigran ilegal yang ingin memasuki wilayah Thailand. Dia juga didakwa menangkap orang secara sewenang- wenang dan meminta uang tebusan saat menyelundupkan imigran ilegal.
Dalam situs resmi Tentara Kerajaan Thailand (Royal Thai Army), Manus adalah seorang komandan di Chumphon pada 2013, sebelum akhirnya menduduki posisi senior di wilayah perbatasan antara Thailand- Malaysia, Songkhla. Saat ini dia dipindahkan ke Markas Tentara Kerajaan Thailand di Bangkok.
Kemarin Manus Kongpan mendatangi Markas Besar Polisi Thailand di Bangkok untuk mengajukan hak pembelaan atas tuduhan perdagangan manusia yang dilayangkan terhadap dirinya. Dia membantah terlibat dalam skandal bisnis miliaran dolar tersebut setelah masuk daftar orang yang diburu polisi. ”Dia mengaku tidak terlibat dan membantah tuduhan tersebut,” kata Kepala Polisi Nasional Somyot Poompanmoung, dikutip Bangkok Post.
Dia merupakan orang pertama dari jajaran militer yang mendatangi kepolisian untuk menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Sebelumnya Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan akan memberantas sindikat perdagangan manusia tanpa pandang bulu. Setiap terdakwa yang terlibat, baik dari jajaran warga sipil maupun pemerintahan, akan dihukum berat.
Sejauh ini polisi menangkap 51 tersangka dari 84 tersangka. Saat datang ke markas polisi, Manus Kongpan memakai seragam tentara. Namun, dia tidak memberikan pernyataan kepada awak media. Polisi akan menyelidiki kasus perdagangan manusia lebih dalam, sebab polisi mengaku belum memiliki informasi rinci mengenai peran Manus dalam perdagangan manusia.
Kelompok hak asasi manusia (HAM) seperti Amnesti Internasional sempat menuduh otoritas berwenang Thailand tutup mata terhadap kasus perdagangan manusia. Padahal, Thailand menjadi salah satu negara transit atau penghubung imigran ireguler menuju berbagai negara di Asia Tenggara, khususnya Malaysia. Namun, saat ini Thailand mulai beraksi.
Penemuan kuburan massal dan perkemahan imigran ireguler di Thailand Selatan bulan lalu menjadi pintu masuk untuk memutus jalur perdagangan manusia. Imigran ireguler akhirnya tidak berani menepi ke Thailand dan ditelantarkan pelaku perdagangan manusia di tengah laut. Imigran ireguler yang berasal dari Myanmar dan Bangladesh tersebut terperangkap, apalagi setelah Indonesia dan Malaysia sempat menolak menerima imigran ireguler sebelum akhirnya pintu terhadap mereka kembali dibuka.
Puluhan ribu imigran ireguler sekarang mengungsi di Indonesia, tepatnya di Aceh, dan Malaysia. Songkhla, warga perbatasan Malaysia-Thailand, mengatakan bahwa jumlah etnis muslim Rohingya, Myanmar yang hilir mudik di wilayah perbatasan tersebut mencapai ribuan. Mereka menaruhkan masa depan di negeri orang karena tidak diakui pemerintah Myanmar sebagai warga negara (stateless).
Tanpa data legal, mereka sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Indonesia menyatakan permasalahan imigran ireguler merupakan permasalahan internasional sehingga perlu diselesaikan kawasan. Beberapa negara Asia Tenggara merespons positif. Pekan ini sekitar 4.500 imigran ireguler Rohingya dan Bangladesh tiba di Indonesia, Malaysia, Thailand, Bangladesh, dan Myanmar.
Peran Thailand dalam memberantas perdagangan manusia juga sudah diakui komunitas internasional. Wakil Komisioner Polisi Aek Angsananont mengungkapkan, tim operasi antiperdagangan manusia Thailand akan bekerja lebih baik dan lebih serius dalam membantu imigran ireguler seperti Rohingya dan Bengali.
”Kami juga meminta Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan agar Thailand memiliki peringkat yang lebih baik dalam perdagangan manusia,” kata Aek, dilansir Thaivisa. ”Melalui Interpol, kami meminta agar memiliki izin untuk bisa menangkap pelaku di balik perdagangan manusia yang kabur ke luar negeri,” tambahnya.
Muh shamil
(bbg)