Dari Warung Pinggir Jalan ke Istana Negara

Minggu, 31 Mei 2015 - 10:40 WIB
Dari Warung Pinggir Jalan ke Istana Negara
Dari Warung Pinggir Jalan ke Istana Negara
A A A
Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia beberapa tahun terakhir sangat pesat. Bidangnya pun bermacammacam, mulai bisnis fashion sampai makanan.

Di ranah katering, Ayu Mulyadi adalah salah seorang yang tekun menjalani bisnis berbasis UKM sejak 25 tahun lalu.

Ternyata, respons pasar sangat baik hingga membuat Ayu terus mengembangkan kateringnya yang bernama Topas Ayu. Bagaimana ide awal usaha ini tercipta? Dan, apa kendala yang harus dilewatinya?

Berikut kutipan wawancara KORAN SINDO dengan wanita kelahiran Riau, 2 Mei 1959 ini.

Bagaimana muncul ide awal untuk berbisnis katering?

Usaha ini bermula dari keisengan saja. Setelah menikah saya memang hanya menjadi ibu rumah tangga. Saya merasa memiliki waktu yang luang untuk mengerjakan sesuatu. Saya tertarik untuk membuat makanan, ketika itu kue donat. Saya membaca bukubuku resep makanan di toko buku, sebab sebenarnya saya memang tidak memiliki keahlian memasak. Saya membuat donat seperti cara dan anjuran yang tertera di buku resep, namun ada beberapa bahan yang saya modifikasi.

Awalnya hanya coba-coba. Saya mengganti bahan donat yaitu terigu dengan kentang. Ternyata hasilnya enak dan saya berpikir untuk menjualnya agar saya juga memiliki kesibukan. Saya menjual donat buatan saya ke beberapa warung di pinggir jalan dekat rumah saya. Mulai dari titipan ke satu warung hingga akhirnya menjadi 11 warung. Dari awalnya saya memasak sendiri, hingga mempunyai tiga orang karyawan. Akhirnya saya tidak hanya menjual donat, namun juga beragam kue lain.

Sejak kapan katering Topas Ayu berdiri?

Suatu hari teman-teman saya yang bekerja sebagai diplomat di Departemen Luar Negeri (Deplu) berkunjung ke rumah dan mencoba makanan yang saya masak. Respons mereka sangat bagus. Mereka ingin saya benar-benar mendirikan usaha katering secara serius, hingga akhirnya saya mendirikan perusahaan katering sekitar tahun 1990-an. Teman-teman saya menawarkan agar saya mengisi konsumsi bagi karyawan di Deplu. Jadi, saya mulai mengisi konsumsi dengan jumlah 65 rantang untuk karyawan di lantai 1. Sampai akhirnya saya mengisi konsumsi keseluruhan karyawan Deplu.

Sejauh ini bagaimana perkembangan usaha katering Anda?

Katering ini sudah melayani konsumsi beberapa lembaga pemerintah seperti Kemenlu, MPR, DPR, hingga Istana Negara saat kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, baik berupa makan pagi maupun makan siang, termasuk di kediaman Cikeas. Selain lembaga pemerintahan, katering saya juga melayani berbagai industri dan pabrik di wilayah Jabodetabek.

Katering Topas Ayu menangani 22.600 porsi setiap hari dengan jumlah karyawan 260 orang, dikelola di dua dapur yang terletak di Cikupa dan di Bintara. Saat ini katering dijalankan oleh anak-anak dan saya cukup mengontrol saja karena sistem yang diterapkan sudah berjalan.

Apa yang membuat Anda yakin dengan bisnis di bidang jasa boga?

Hal yang saya yakini adalah, berbisnis makanan tidak akan pernah mati. Sebab, semua orang butuh makan. Namun, dengan catatan bahwa makanan kita sudah memiliki standar. Saya memiliki standar menu yang tidak pernah berubah dari dulu. Ada beberapa kasus, biasanya semakin bertambah pesanan jumlah porsi makanan, maka ada beberapa bagian makanan yang dikurangi standarnya. Hal-hal seperti itu saya hindari. Saya tidak ingin seperti itu.

Apa saja kendala yang Anda lalui?

Kesulitan awal seperti yang banyak UKM lain alami, yaitu modal. Namun, setelah usaha ini mulai besar, kendala juga didapat dari persaingan yang sangat ketat. Sayang, saya sempat merasakan persaingan tidak sehat. Sekitar tiga tahun lalu, makanan katering saya yang berada di pabrik Cikupa diberi racun oleh saingan. Saya mengeluarkan biaya hingga Rp3 miliar untuk menanggung biaya pengobatan orang-orang di sembilan rumah sakit. Bagi pengusaha UKM seperti saya, Rp3 miliar itu bukan angka yang sedikit. Jadi, saya banyak belajar bagaimana mengatasi permasalahan seperti ini.

Apa target yang ingin Anda realisasikan?

Target saya tahun ini, dapur baru yang sedang dibangun di daerah Cibitung dapat selesai. Saya membutuhkan karyawan tambahan sekitar 200 orang dan akan menangani jumlah katering lebih banyak lagi hingga 30.000 porsi per hari. Di luar dari bisnis bakery. Selain itu, saya sedang mencari sponsor untuk membuat 1.000 gerobak Donat Ayu. Saya akan memproduksi donat, tetapi dengan konsep jualan lewat gerobak. Saya juga ingin bisa sejajar di tingkat Asia. Baik itu untuk kategori menu, keterampilan, maupun kualitas. Saya ingin membuktikan bahwa bangsa kita besar dan mampu bersaing.

Apa kunci sukses agar dapat menjalankan bisnis ini?

Saya banyak belajar agar bisa memberikan inovasi dalam usaha katering saya. Caranya seperti ke Thailand, Jepang, dan negara lain. Prinsip saya, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan asalkan berani dan serius. Kunci berbisnis adalah keyakinan, tekun, rajin, ikhlas, dan kreatif. Kreatif yang dimaksud seperti inovasi donat kentang tadi. Selain itu, saya juga tidak mau tahu tentang dapur orang lain atau saingan saya.

Sebab, saya harus fokus pada bisnis saya. Dengan seperti itu, banyak rezeki dan orderan yang datang dengan sendirinya. Prinsip-prinsip itu juga yang saya terapkan dalam hidup.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5468 seconds (0.1#10.140)
pixels