Kuat Hadapi Berbagai Rintangan
A
A
A
Memiliki latar belakang pendidikan sarjana hukum tidak lantas membuat pemilik nama lengkap Rahayu Setyowati ini harus menjalankan pekerjaannya di bidang hukum.
Ayu justru merasa hukum bukanlah passionnya. Setelah menikah pun Ayu tidak diperbolehkan bekerja oleh suami. ”Apalagi saat itu saya hamil anak kembar. Jadi, suami meminta agar saya benar-benar menjaga kandungan,” ujarnya. Dari situlah Ayu mempunyai waktu luang untuk menjalankan kegiatan sampingannya, yaitu berbisnis katering Topas Ayu. Ibu tiga anak ini mengaku tidak pernah menyangka dapat mengembangkan bisnisnya hingga sebesar sekarang.
Namun, Ayu bercerita kalau eyangnya pernah mengatakan, dirinyalah yang akan mewarisi ilmu masak-memasak ini. ”Saat itu saya sepulang kuliah bermain ke rumah eyang yang juga menjalankan usaha katering. Eyang minta dibuatkan makan siang. Beliau meminta saya membuat lalapan ayam dan sambalnya,” kenang Ayu. Ayu sempat kaget mendengar permintaan sang eyang. Sebab, ia merasa tidak bisa memasak. Akhirnya, eyang mengajarkan bagaimana meracik bumbu untuk sambal.
”Saya disuruh mengulek sambal. Ternyata, kata eyang sangat enak. Menurut beliau, saya yang akan mewarisi keahlian itu,” kisah Ayu. Ketika itu Ayu belum percaya dengan perkataan eyangnya. Ternyata, seiring waktu berjalan, baru Ayu sadar apa maksud dari perkataan sang eyang. Saat awal merintis usaha katering, ada beberapa kejadian unik yang ia lewati. Kesibukan Ayu dalam mengurusi semua proses katering, mulai dari memasak hingga mengantar makanan, membuatnya cukup kerepotan.
”Dalam kondisi sedang kelelahan, saya mengantar makanan katering. Tiba-tiba, mobil yang saya kendarai mengalami tabrakan. Saya tidak kehabisan akal. Saya menggunakan tiga bajai untuk tetap bisa mengantar makanan ke Deplu,” tuturnya, sambil tertawa mengingat memori itu. Pengalaman lain yang tidak terlupakan adalah saat Ayu dipanggil mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Katering Topas Ayu diminta melayani makanan untuk Istana Negara dan kediaman sang mantan presiden di Cikeas. Bagi Ayu, ada kebanggaan yang membuatnya senang tak terkira. Meski demikian, bukan hanya pengalaman baik yang pernah dilewati Ayu. Pengalaman pahit pun sudah pernah ia rasakan. Persaingan yang ketat di industri katering membuat Ayu harus melewati masalah-masalah dalam bisnisnya.
”Saingan saya mencoba untuk menurunkan kualitas katering saya. Bagaimana bisa di makanan saya terdapat kecoa, lintah, katak, bahkan besi dan paku,” ungkapnya. Ayu merasa sangat sedih melihat persaingan yang tidak sehat. Ia berharap, meski ada persaingan, sebaiknya dilakukan dengan baik tanpa perlu menjatuhkan ”lawan main”. Kesulitan lain yang pernah dirasakan Ayu adalah ketika keuangan katering macet. Beruntung, selalu ada saja pertolongan dari Tuhan yang datang.
”Di saat saya bingung bagaimana meneruskan usaha, tiba-tiba ada orderan besar yang datang untuk katering ini,” katanya. Hingga saat ini Ayu merasa setiap ada masalah yang datang merupakan sebuah ujian dari Tuhan untuk menaikkan derajatnya lagi. Selain menjalankan bisnis katering, Ayu juga disibukkan dengan kegiatan sebagai Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI). Ayu berharap dapat memimpin APJI dengan cinta kasih. Sebab baginya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
”Saya sangat terbuka. Siapa pun yang punya ide untuk organisasi dapat menyampaikannya. Kemudian, setiap keputusan akan disepakati bersama di rapat pleno,” ujarnya. Menurut Ayu, perkembangan industri jasa boga di Indonesia sangat baik. Namun, dengan adanya agenda Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Ayu merasa semua pihak harus bekerja sama dalam mendukung UKM di industri jasa boga.
”Antara UKM dan pemerintah harus dapat bekerja sama. Jangan sampai UKM atau orang-orang yang bermodal kecil kalah bersaing dengan produk dari luar,” tuturnya.
Dina angelina
Ayu justru merasa hukum bukanlah passionnya. Setelah menikah pun Ayu tidak diperbolehkan bekerja oleh suami. ”Apalagi saat itu saya hamil anak kembar. Jadi, suami meminta agar saya benar-benar menjaga kandungan,” ujarnya. Dari situlah Ayu mempunyai waktu luang untuk menjalankan kegiatan sampingannya, yaitu berbisnis katering Topas Ayu. Ibu tiga anak ini mengaku tidak pernah menyangka dapat mengembangkan bisnisnya hingga sebesar sekarang.
Namun, Ayu bercerita kalau eyangnya pernah mengatakan, dirinyalah yang akan mewarisi ilmu masak-memasak ini. ”Saat itu saya sepulang kuliah bermain ke rumah eyang yang juga menjalankan usaha katering. Eyang minta dibuatkan makan siang. Beliau meminta saya membuat lalapan ayam dan sambalnya,” kenang Ayu. Ayu sempat kaget mendengar permintaan sang eyang. Sebab, ia merasa tidak bisa memasak. Akhirnya, eyang mengajarkan bagaimana meracik bumbu untuk sambal.
”Saya disuruh mengulek sambal. Ternyata, kata eyang sangat enak. Menurut beliau, saya yang akan mewarisi keahlian itu,” kisah Ayu. Ketika itu Ayu belum percaya dengan perkataan eyangnya. Ternyata, seiring waktu berjalan, baru Ayu sadar apa maksud dari perkataan sang eyang. Saat awal merintis usaha katering, ada beberapa kejadian unik yang ia lewati. Kesibukan Ayu dalam mengurusi semua proses katering, mulai dari memasak hingga mengantar makanan, membuatnya cukup kerepotan.
”Dalam kondisi sedang kelelahan, saya mengantar makanan katering. Tiba-tiba, mobil yang saya kendarai mengalami tabrakan. Saya tidak kehabisan akal. Saya menggunakan tiga bajai untuk tetap bisa mengantar makanan ke Deplu,” tuturnya, sambil tertawa mengingat memori itu. Pengalaman lain yang tidak terlupakan adalah saat Ayu dipanggil mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Katering Topas Ayu diminta melayani makanan untuk Istana Negara dan kediaman sang mantan presiden di Cikeas. Bagi Ayu, ada kebanggaan yang membuatnya senang tak terkira. Meski demikian, bukan hanya pengalaman baik yang pernah dilewati Ayu. Pengalaman pahit pun sudah pernah ia rasakan. Persaingan yang ketat di industri katering membuat Ayu harus melewati masalah-masalah dalam bisnisnya.
”Saingan saya mencoba untuk menurunkan kualitas katering saya. Bagaimana bisa di makanan saya terdapat kecoa, lintah, katak, bahkan besi dan paku,” ungkapnya. Ayu merasa sangat sedih melihat persaingan yang tidak sehat. Ia berharap, meski ada persaingan, sebaiknya dilakukan dengan baik tanpa perlu menjatuhkan ”lawan main”. Kesulitan lain yang pernah dirasakan Ayu adalah ketika keuangan katering macet. Beruntung, selalu ada saja pertolongan dari Tuhan yang datang.
”Di saat saya bingung bagaimana meneruskan usaha, tiba-tiba ada orderan besar yang datang untuk katering ini,” katanya. Hingga saat ini Ayu merasa setiap ada masalah yang datang merupakan sebuah ujian dari Tuhan untuk menaikkan derajatnya lagi. Selain menjalankan bisnis katering, Ayu juga disibukkan dengan kegiatan sebagai Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI). Ayu berharap dapat memimpin APJI dengan cinta kasih. Sebab baginya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
”Saya sangat terbuka. Siapa pun yang punya ide untuk organisasi dapat menyampaikannya. Kemudian, setiap keputusan akan disepakati bersama di rapat pleno,” ujarnya. Menurut Ayu, perkembangan industri jasa boga di Indonesia sangat baik. Namun, dengan adanya agenda Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Ayu merasa semua pihak harus bekerja sama dalam mendukung UKM di industri jasa boga.
”Antara UKM dan pemerintah harus dapat bekerja sama. Jangan sampai UKM atau orang-orang yang bermodal kecil kalah bersaing dengan produk dari luar,” tuturnya.
Dina angelina
(ars)