Truk Terbalik, 17 Pelajar Tewas
A
A
A
TAPTENG - Gara-gara ban depan lepas, truk yang mengangkut 50 pelajar terbalik di Jalan Poros Kebun PKS, Desa Mas Nauli, Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, kemarin. Tujuh belas siswa di antaranya tewas di tempat.
Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Polda Sumut AKBP MP Nainggolan mengatakan, para korban itu tewas setelah truk bernomor polisi BK 8912 EA itu nyungsep ke parit berlumpur dengan kedalaman 2,5 meter. ”Diduga, truk itu terbalik ke kanan, tepat ke dalam parit, kemudian menimpa para korban,” kata Nainggolan. Tujuh belas korban meninggal adalah Gabriel Laia, 12, Villiana Laia, 16, Rosalinda Manik, 16, Risdawati Hutagalung, 16, dan Boy Tinambunan, 17.
Selanjutnya Indah Linambunan, 16, Upiana Laia, 15, Bona Manik, 14, Ariantinus Manalu, 16, dan Arifianus Manalu, 14. Begitu juga nyawa Agusman Delau, 15, Ranto Manalu, 16, Paulinus Tumanggor, 15, Jones Hulu, 13, Erwinto Naingolan, 17, Purnama Sari, 17, dan Viktor Delau, 15, tak terselamatkan. Sementara korban yang mengalami luka-luka adalah Rika Andriyani, 15, Roka Silalahi, 16, Delima, 18, Marina Ginting, 11, Melani Halawa, 15, dan Richard Riadi Tamba, 15.
Nainggolan mengatakan, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB kemarin saat para korban hendak berangkat ke sekolah dengan menumpang truk. Transportasi itulah yang biasa mereka gunakan setiap harinya untuk ke sekolah. ”Maklum, dari permukiman Pabrik Kelapa Sawit (PKS) itu tidak ada bus atau mobil angkutan sebagai alat transportasi. Yang ada hanya truk pengangkut kelapa sawit. Itu yang digunakan warga di sana untuk mengangkut anak-anak sekolah,” ucapnya.
Terpisah, Kasat Lantas Polres Tapteng AKP Syafei menjelaskan, sopir truk, Ramadani, 25, warga Desa Masnaulu, Kecamatan Sirandorung, sudah diamankan bersama barang bukti truk. Sedangkan korban yang mengalami luka ringan saat ini menjalani perawatan medis di Puskesmas Manduamas, Tapteng. ”Sopirnya sudah kami amankan dan tengah menjalani pemeriksaan. Sementara para korban yang mengalami lukaluka masih menjalani perawatan medis di puskesmas,” kata dia.
Menurut dia, sekitar pukul 06.30 WIB seperti biasanya para siswa yang terdiri atas anakanak buruh kebun sawit sudah kumpul di Jalan Poros Kebun PKS, Desa Mas Nauli, untuk berangkat sekolah. Kebetulan, jarak sekolah mereka baik SMP, SMA, maupun SD, juga berdekatan satu sama lainnya. Pada pukul 06.45 WIB truk berangkat menuju SMP Negeri 1 Manduamas, SMA Negeri 1 Manduamas, dan SD Manduamas.
Namun, truk mengalami masalah setelah menempuh perjalanan 15 kilometer (km) dari lokasi permukiman warga. Ban depannya terlepas sehingga truk tak bisa lagi dikendalikan sang sopir, Ramadani. ”Jarak antara permukiman warga dan sekolah itu sekitar 23 km. Namun, di Km-15, kecelakaan maut pun terjadi,” kata Syafei. Dia menjelaskan, truk yang mengalami kecelakaan itu sebetulnya sehari-hari digunakan untuk mengangkut kelapa sawit.
Berhubung, truk yang biasa dipakai untuk membawa anakanak sekolah sedang rusak, pemilik perusahaan pun menggantinya dengan truk pengangkut kelapa sawit. ”Sebenarnya kendaraan yang biasa mengangkut anakanak sekolah itu truk yang sudah dipasangi tenda. Tetapi, karena truk itu sedang rusak, perusahaan menggantinya dengan truk pengangkut kelapa sawit itu,” sebutnya.
Frans marbun
Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Polda Sumut AKBP MP Nainggolan mengatakan, para korban itu tewas setelah truk bernomor polisi BK 8912 EA itu nyungsep ke parit berlumpur dengan kedalaman 2,5 meter. ”Diduga, truk itu terbalik ke kanan, tepat ke dalam parit, kemudian menimpa para korban,” kata Nainggolan. Tujuh belas korban meninggal adalah Gabriel Laia, 12, Villiana Laia, 16, Rosalinda Manik, 16, Risdawati Hutagalung, 16, dan Boy Tinambunan, 17.
Selanjutnya Indah Linambunan, 16, Upiana Laia, 15, Bona Manik, 14, Ariantinus Manalu, 16, dan Arifianus Manalu, 14. Begitu juga nyawa Agusman Delau, 15, Ranto Manalu, 16, Paulinus Tumanggor, 15, Jones Hulu, 13, Erwinto Naingolan, 17, Purnama Sari, 17, dan Viktor Delau, 15, tak terselamatkan. Sementara korban yang mengalami luka-luka adalah Rika Andriyani, 15, Roka Silalahi, 16, Delima, 18, Marina Ginting, 11, Melani Halawa, 15, dan Richard Riadi Tamba, 15.
Nainggolan mengatakan, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB kemarin saat para korban hendak berangkat ke sekolah dengan menumpang truk. Transportasi itulah yang biasa mereka gunakan setiap harinya untuk ke sekolah. ”Maklum, dari permukiman Pabrik Kelapa Sawit (PKS) itu tidak ada bus atau mobil angkutan sebagai alat transportasi. Yang ada hanya truk pengangkut kelapa sawit. Itu yang digunakan warga di sana untuk mengangkut anak-anak sekolah,” ucapnya.
Terpisah, Kasat Lantas Polres Tapteng AKP Syafei menjelaskan, sopir truk, Ramadani, 25, warga Desa Masnaulu, Kecamatan Sirandorung, sudah diamankan bersama barang bukti truk. Sedangkan korban yang mengalami luka ringan saat ini menjalani perawatan medis di Puskesmas Manduamas, Tapteng. ”Sopirnya sudah kami amankan dan tengah menjalani pemeriksaan. Sementara para korban yang mengalami lukaluka masih menjalani perawatan medis di puskesmas,” kata dia.
Menurut dia, sekitar pukul 06.30 WIB seperti biasanya para siswa yang terdiri atas anakanak buruh kebun sawit sudah kumpul di Jalan Poros Kebun PKS, Desa Mas Nauli, untuk berangkat sekolah. Kebetulan, jarak sekolah mereka baik SMP, SMA, maupun SD, juga berdekatan satu sama lainnya. Pada pukul 06.45 WIB truk berangkat menuju SMP Negeri 1 Manduamas, SMA Negeri 1 Manduamas, dan SD Manduamas.
Namun, truk mengalami masalah setelah menempuh perjalanan 15 kilometer (km) dari lokasi permukiman warga. Ban depannya terlepas sehingga truk tak bisa lagi dikendalikan sang sopir, Ramadani. ”Jarak antara permukiman warga dan sekolah itu sekitar 23 km. Namun, di Km-15, kecelakaan maut pun terjadi,” kata Syafei. Dia menjelaskan, truk yang mengalami kecelakaan itu sebetulnya sehari-hari digunakan untuk mengangkut kelapa sawit.
Berhubung, truk yang biasa dipakai untuk membawa anakanak sekolah sedang rusak, pemilik perusahaan pun menggantinya dengan truk pengangkut kelapa sawit. ”Sebenarnya kendaraan yang biasa mengangkut anakanak sekolah itu truk yang sudah dipasangi tenda. Tetapi, karena truk itu sedang rusak, perusahaan menggantinya dengan truk pengangkut kelapa sawit itu,” sebutnya.
Frans marbun
(ars)