Gelombang Panas Tewaskan 1.200 Orang
A
A
A
NEW DELHI - Wilayah di India selatan seperti terbakar akibat gelombang panas. Tragedi itu menewaskan lebih dari 1.200 orang di India sejak pertengahan Mei lalu.
Beberapa pengamat cuaca memprediksi temperatur akan tetap meningkat sekitar 50 derajat Celsius dalam beberapa hari mendatang. Cuaca panas dan kering menyebabkan penderitaan bagi ratusan juta penduduk India selatan. Korban utama adalah pekerja konstruksi, orang tua, dan tunawisma yang tidak berada di dalam rumah.
Wilayah paling parah dilanda gelombang panas di Negara Bagian Andhra Pradesh di mana hampir 852 orang tewas sejak 18 Mei. Selain itu, 266 korban tewas juga ditemukan di Negara Bagian Telangana. Andhra Pradesh dan Telangana dilanda gelombang panas sejak pertengahan April silam, tetapi korban tewas mulai berjatuhan sejak pekan lalu.
Cuaca ekstrem bukan hal baru di India. Namun, di sepanjang sejarah, baru kali ini rekor suhu maksimum mencapai 50 derajat Celsius di beberapa negara bagian. Pemerintah juga meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah. ”Pemerintah Negara Bagian Andhra Pradesh menyiarkan imbauan melalui televisi dan media sosial lain untuk tidak berada di luar rumah tanpa topi dan payung.
Masyarakat harus minum banyak air,” kata P Tulsi Rani, komisioner manajemen bencana Negara Bagian Andhra Pradesh, dikutip AFP. Rani juga mengimbau organisasi pemerintah dan lembaga nirlaba untuk mendirikan kamp penyedia air minum. Sebagian besar masyarakat mengeluhkan bantuan pemerintah dalam menangani krisis gelombang panas tersebut.
Alfred Innes, penduduk di Hyderabad, Telangana, mengungkapkan, publik tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah atau lembaga kemanusiaan lain. ”Saya menyaksikan sendiri kematian balita berusia tiga tahun akibat gelombang panas. Itu sangat menyedihkan,” ucapnya, dikutip BBC.
Dia mengungkapkan masyarakat India saling tolong-menolong dalam menangani bencana ini. Temperatur di Telangana kemarin memang sedikit mengalami penurunan pada 48 derajat Celsius. Demikian juga di Andhra Pradesh. Namun, suhu cuaca akan kembali meningkat pada akhir bulan ini. Sedangkan temperatur New Delhi mencapai 45,5 derajat Celsius.
”Kita tidak bekerja secara maksimal. Selama seharian, kita mandi lebih dari 10 kali. Anda tak bisa mengalahkan panas,” kata Manish Singh, pedagang toko. ”Gelombang panas kali ini lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Kipas angin dan mesin pendingin ruangan pun tak ada gunanya,” imbuhnya.
Saking panasnya, beberapa bagian jalan di Kota New Delhi meleleh dan kembali mengeras dengan bentuk yang tidak rata. Harian The Hindustan Times menampilkan foto halaman depan berupa trotoar di New Delhi yang meleleh akibat panas. Koran ternama di India itu memperingatkan kondisi kering akan memperburuk kondisi beberapa negara bagian sebelum musim hujan.
Banyak anak yang terpaksa mandi di sungai untuk mengurangi gelombang panas. Orang dewasa juga memilih berendam di bak. Untuk menghindari panas, banyak warga yang mengenakan masker wajah. Suhu ekstrem ini memaksa masyarakat menggunakan pendingin ruangan dalam jumlah yang terlalu banyak. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kurangnya pasokan listrik.
”Kita seperti terpanggang di sini (New Delhi). Liburan kita menjadi mimpi buruk,” kata Meena Sheshadri, wisatawan dari Kota Pune yang berkunjung ke Monumen Delhi bersama anaknya. ”Tenggorokan saya sangat sakit. Padahal, saya sudah minum berulang kali,” tuturnya. Jutaan tunawisma di India sangat menderita karena gelombang panas. Mereka terpaksa berlindung di penampungan sementara.
Mesin pendingin ruangan atau pun kipas angin menjadi mimpi yang mahal bagi mereka. Banyak pihak yang diuntungkan dengan gelombang panas. Salah satunya pedagang es krim. Bharat, seorang penjual es krim, mengakui mendapatkan keuntungan besar. Bukan hanya siang hari, Bharat juga menjual es krim pada malam hari. ”Tahun ini lebih menguntungkan dibandingkan tahun lalu,” katanya.
Toko elektronik mendapatkan keuntungan besar karena banyak warga membeli mesin pendingin ruangan dan kipas angin. Brahma Prakash Yadav, direktur Departemen Meteorologi India (IMD), mengatakan, kondisi di bagian utara India seperti di Rajasthan sampai bagian selatan seperti di Andhra Pradesh memburuk karena angin kering yang dibawa dari arah barat. Angin dan suhu ekstrem ini mengancam masyarakat India, pertanian, dan perkebunan.
”Angin dari arah barat memperparah kondisi di India,” kata Yadav, dikutip CNN . Departemen Meteorologi India memperingatkan temperatur Negara Bagian Orissa, Jharkhand, dan Andhra Pradesh di atas 45 derajat Celsius. Gelombang panas itu terjadi karena tidak ada hujan. Ada kekhawatiran wilayah yang menjadi lokasi gelombang panas akan dilanda kekeringan hingga musim hujan tiba.
”Temperatur tidak akan menurun secara drastis. Gelombang panas diprediksi berakhir pada 2 Juni karena indikasi hujan,” tutur Yadav. Pihak kesehatan seperti rumah sakit di India mengatakan kebanyakan masyarakat India terancam mengalami serangan panas. Tubuh mengalami kelebihan panas hingga dehidrasi tinggi dan menyebabkan pusing, mimisan, pingsan, dan koma.
Orang lanjut usia, bayi, atlet, dan pekerja lapangan jadi korban yang paling rentan. Para ahli mengatakan perubahan suhu pada malam hari juga tidak menurun drastis pada kisaran 30 derajat Celsius. ”Langit yang cerah membuat cahaya mata hari menembus dan tersimpan di dalam tanah. Itu membuat suhu panas tetap bertahan,” kata YK Reddy dari IMD.
Andika/shamil
Beberapa pengamat cuaca memprediksi temperatur akan tetap meningkat sekitar 50 derajat Celsius dalam beberapa hari mendatang. Cuaca panas dan kering menyebabkan penderitaan bagi ratusan juta penduduk India selatan. Korban utama adalah pekerja konstruksi, orang tua, dan tunawisma yang tidak berada di dalam rumah.
Wilayah paling parah dilanda gelombang panas di Negara Bagian Andhra Pradesh di mana hampir 852 orang tewas sejak 18 Mei. Selain itu, 266 korban tewas juga ditemukan di Negara Bagian Telangana. Andhra Pradesh dan Telangana dilanda gelombang panas sejak pertengahan April silam, tetapi korban tewas mulai berjatuhan sejak pekan lalu.
Cuaca ekstrem bukan hal baru di India. Namun, di sepanjang sejarah, baru kali ini rekor suhu maksimum mencapai 50 derajat Celsius di beberapa negara bagian. Pemerintah juga meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah. ”Pemerintah Negara Bagian Andhra Pradesh menyiarkan imbauan melalui televisi dan media sosial lain untuk tidak berada di luar rumah tanpa topi dan payung.
Masyarakat harus minum banyak air,” kata P Tulsi Rani, komisioner manajemen bencana Negara Bagian Andhra Pradesh, dikutip AFP. Rani juga mengimbau organisasi pemerintah dan lembaga nirlaba untuk mendirikan kamp penyedia air minum. Sebagian besar masyarakat mengeluhkan bantuan pemerintah dalam menangani krisis gelombang panas tersebut.
Alfred Innes, penduduk di Hyderabad, Telangana, mengungkapkan, publik tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah atau lembaga kemanusiaan lain. ”Saya menyaksikan sendiri kematian balita berusia tiga tahun akibat gelombang panas. Itu sangat menyedihkan,” ucapnya, dikutip BBC.
Dia mengungkapkan masyarakat India saling tolong-menolong dalam menangani bencana ini. Temperatur di Telangana kemarin memang sedikit mengalami penurunan pada 48 derajat Celsius. Demikian juga di Andhra Pradesh. Namun, suhu cuaca akan kembali meningkat pada akhir bulan ini. Sedangkan temperatur New Delhi mencapai 45,5 derajat Celsius.
”Kita tidak bekerja secara maksimal. Selama seharian, kita mandi lebih dari 10 kali. Anda tak bisa mengalahkan panas,” kata Manish Singh, pedagang toko. ”Gelombang panas kali ini lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Kipas angin dan mesin pendingin ruangan pun tak ada gunanya,” imbuhnya.
Saking panasnya, beberapa bagian jalan di Kota New Delhi meleleh dan kembali mengeras dengan bentuk yang tidak rata. Harian The Hindustan Times menampilkan foto halaman depan berupa trotoar di New Delhi yang meleleh akibat panas. Koran ternama di India itu memperingatkan kondisi kering akan memperburuk kondisi beberapa negara bagian sebelum musim hujan.
Banyak anak yang terpaksa mandi di sungai untuk mengurangi gelombang panas. Orang dewasa juga memilih berendam di bak. Untuk menghindari panas, banyak warga yang mengenakan masker wajah. Suhu ekstrem ini memaksa masyarakat menggunakan pendingin ruangan dalam jumlah yang terlalu banyak. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kurangnya pasokan listrik.
”Kita seperti terpanggang di sini (New Delhi). Liburan kita menjadi mimpi buruk,” kata Meena Sheshadri, wisatawan dari Kota Pune yang berkunjung ke Monumen Delhi bersama anaknya. ”Tenggorokan saya sangat sakit. Padahal, saya sudah minum berulang kali,” tuturnya. Jutaan tunawisma di India sangat menderita karena gelombang panas. Mereka terpaksa berlindung di penampungan sementara.
Mesin pendingin ruangan atau pun kipas angin menjadi mimpi yang mahal bagi mereka. Banyak pihak yang diuntungkan dengan gelombang panas. Salah satunya pedagang es krim. Bharat, seorang penjual es krim, mengakui mendapatkan keuntungan besar. Bukan hanya siang hari, Bharat juga menjual es krim pada malam hari. ”Tahun ini lebih menguntungkan dibandingkan tahun lalu,” katanya.
Toko elektronik mendapatkan keuntungan besar karena banyak warga membeli mesin pendingin ruangan dan kipas angin. Brahma Prakash Yadav, direktur Departemen Meteorologi India (IMD), mengatakan, kondisi di bagian utara India seperti di Rajasthan sampai bagian selatan seperti di Andhra Pradesh memburuk karena angin kering yang dibawa dari arah barat. Angin dan suhu ekstrem ini mengancam masyarakat India, pertanian, dan perkebunan.
”Angin dari arah barat memperparah kondisi di India,” kata Yadav, dikutip CNN . Departemen Meteorologi India memperingatkan temperatur Negara Bagian Orissa, Jharkhand, dan Andhra Pradesh di atas 45 derajat Celsius. Gelombang panas itu terjadi karena tidak ada hujan. Ada kekhawatiran wilayah yang menjadi lokasi gelombang panas akan dilanda kekeringan hingga musim hujan tiba.
”Temperatur tidak akan menurun secara drastis. Gelombang panas diprediksi berakhir pada 2 Juni karena indikasi hujan,” tutur Yadav. Pihak kesehatan seperti rumah sakit di India mengatakan kebanyakan masyarakat India terancam mengalami serangan panas. Tubuh mengalami kelebihan panas hingga dehidrasi tinggi dan menyebabkan pusing, mimisan, pingsan, dan koma.
Orang lanjut usia, bayi, atlet, dan pekerja lapangan jadi korban yang paling rentan. Para ahli mengatakan perubahan suhu pada malam hari juga tidak menurun drastis pada kisaran 30 derajat Celsius. ”Langit yang cerah membuat cahaya mata hari menembus dan tersimpan di dalam tanah. Itu membuat suhu panas tetap bertahan,” kata YK Reddy dari IMD.
Andika/shamil
(bbg)