Korupsi, Tujuh Pejabat FIFA Ditahan

Kamis, 28 Mei 2015 - 11:17 WIB
Korupsi, Tujuh Pejabat FIFA Ditahan
Korupsi, Tujuh Pejabat FIFA Ditahan
A A A
ZURICH - Dunia sepak bola kemarin geger. Hal ini terkait dengan penangkapan tujuh pejabat senior Badan Sepak Bola Dunia (FIFA), dua di antaranya wakil presiden, atas tuduhan korupsi senilai USD150 juta atau sekitar Rp1,98 triliun di Swiss.

Pintu masuk untuk menyelidiki kasus itu adalah pemilihan Rusia dan Qatar pada 2010 menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Ketujuh tersangka yang kini ditahan adalah Jeffrey Webb, Jack Warner, Eugenio Figueredo, Eduardo Li, Rafael Esquivel, Jose Maria Marin, dan Nicolas Leoz. Semuanya memiliki jabatan penting di FIFA atau badan sepak bola nasional.

Presiden FIFA Sepp Blatter tidak masuk dalam daftar tersangka. Penangkapan tujuh pejabat senior itu disebutsebut menjadi tahap awal upaya pembersihan FIFA dari skandal korupsi mengingat jumlah tersangka mencapai 14 orang. Rencananya mereka yang ditahan akan diekstradisi ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani sidang. Namun, beberapa orang mempertanyakan hal itu karena markas FIFA ada dalam yurisdiksi Swiss.

Jaksa dari pengadilan Swiss menyatakan membuka kasus tersebut sejak 10 Maret silam dengan dasar adanya kecurigaan mengenai ketidakteraturan dan keuntungan ilegal, terutama di Swiss, yang diperoleh FIFA. Hal itu berkaitan dengan kemenangan Rusia dan Qatar ketika terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia. Meskipun kasus tersebut menyinggung pemilihan Rusia dan Qatar, Juru Bicara FIFA Walter de Gregorio mengatakan pesta sepak bola terbesar di dunia itu tetap akan dijalankan sesuai pemilihan sebelumnya.

”Tidak akan berubah. Piala dunia 2018 akan tetap digelar di Rusia dan 2022 di Qatar,” kata Gregorio, dikutip Financial Times. Penangkapan oleh aparat penegak hukum Swiss itu dilakukan di hotel bintang lima, Baur au Lac, lokasi ketujuh tersangka menginap. Aparat juga mendatangi kantor pusat FIFA. Di tempat tersebut mereka menyita data dan dokumen, baik dalam bentuk digital ataupun manual, termasuk informasi bank untuk kepentingan penyelidikan di Swiss dan AS.

Polisi Swiss mengklaim telah memeriksa 10 anggota komite eksekutif FIFA yang menjadi bagian dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 pada Desember 2010 silam. ”Pemeriksaan itu dilakukan terhadap orang yang tidak mengetahui pencucian uang dan kesalahan manajemen,” kata polisi Swiss, dilansir Swissinfo.

Jaksa dari pengadilan Swiss mengatakan Swiss dan AS melakukan penyelidikan yang terpisah, tapi kedua pihak akan bekerja sama mengusut tuntas isu ini mengingat Pemerintah AS yang mengeluarkan perintah penangkapan. Jaksa dari pengadilan AS membuka penelusuran jejak kasus korupsi ini sejak 1990 sampai sekarang.

Sebanyak sembilan anggota FIFA dan lima eksekutif dari korporasi didakwa atas konspirasi pemerasan dan korupsi dalam 47 dakwaan yang dibuka di pengadilan AS di Brooklyn, New York. Kementerian Hukum AS mengatakan empat terdakwa dari anggota FIFA dan dua terdakwa corporate mengaku bersalah dalam kasus ini. Salah satu terdakwa yang mengaku bersalah di AS ialah Charles Blazer, mantan sekretaris jenderal Concacaf dan mantan anggota komite eksekutif FIFA.

Terdakwa lainnya ialah Jose Hawilla, pendiri konglomerasi pemasaran peralatan olahraga, Traffic Group. Dia bersedia membayar denda sebesar USD151 juta. Politisi Swiss menyatakan AS membantu Swiss melawan skandal korupsi yang gagal dilakukan otoritas Swiss. Sebelumnya, surat penangkapan yang akan dikeluarkan Swiss pada kesempatan sebelumnya gagal total.

”FIFA gagal berlaku bersih. Sekarang AS mencoba membersihkannya untuk FIFA dan untuk Swiss. Ini memalukan,” ujar Roland Buechel dari Partai Rakyat Swiss. Kementerian Hukum Swiss menyatakan uang suap yang diterima FIFA mengalir dari media olahraga dan perusahaan peralatan olahraga agar mereka memiliki hak atau akses dalam turnamen sepak bola di Amerika Latin.

Dari Tanah Air, Menpora Imam Nahrawi melihat penangkapan sejumlah pejabat senior FIFA menunjukkan ada masalah di lembaga tersebut. Dengan alasan itu dia mengajak rakyat tidak takut dan gentar menghadapi FIFA. ”Kalau selama ini mengagung-agungkan mereka, sesungguhnya saat ini ada masalah yang sangat besar,” katanya menambahkan.

Adapun Wakil Ketua Umum PSSI Erwin Dwi Budiawan mengingatkan sanksi FIFA terhadap PSSI pasti akan dijatuhkan jika surat keputusan (SK) pembekuan berupa sanksi administratif kepada PSSI belum dicabut Menpora pada 29 Mei mendatang. Menurut dia, satu-satunya opsi agar tehindar dari sanksi tersebut adalah pencabutan SK pembekuan terhadap PSSI.

Jelang Kongres

Penangkapan dan penahanan tujuh pejabat senior lembaga tertinggi sepak bola dunia tersebut terbilang menggegerkan karena dilakukan menjelang kongres dan pemilihan presiden baru 2015-2019 FIFA Jumat besok. Blatter kembali menjadi favorit memimpin FIFA untuk yang kelima kalinya. Gregorio mengatakan agenda tersebut juga akan berjalan sebagaimana mestinya.

”Jika kita lihat dari segi reputasi dan pencitraan, kasus ini tidak baik untuk FIFA, namun jika dilihat dari segi pembersihan jaringan kriminal di dalam tubuh FIFA, kasus ini baik,” ujar Gregorio. Pangeran Yordania Ali bin Al- Hussein mengatakan penangkapan pejabat senior FIFA menjadi hari menyedihkan.

Jaksa Agung AS Loretta Lynch mengatakan dakwaan tuduhan korupsi ini tidak terkendali, sistematik, dan panjang, baik di luar negeri ataupun di AS. Faktanya, kasus ini menyeret hingga dua generasi. ”Biar saya perjelas, pendakwaan ini bukan bagian akhir dari penyelidikan kami,” kata Lynch dalam siaran pers.

Muh shamil/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9128 seconds (0.1#10.140)