Militer China Kian Proaktif
A
A
A
BEIJING - Militer China semakin proaktif untuk mempertahankan klaim kedaulatan mereka, terutama di wilayah sengketa Laut China Selatan dan Laut China Timur
Hal itu terungkap dalam dokumen Strategi Militer China yang dipublikasikan di Beijing, kemarin. Dalam dokumen itu, China ingin melakukan pertahanan secara aktif untuk menjaga perdamaian di Asia, khususnya di wilayah sengketa. Anggaran militer China tahun ini naik 10,1% dari tahun lalu yang mencapai Rp16,8 triliun.
Perseteruan batas wilayah udara di atas Laut China Selatan pada beberapa waktu terakhir sempat menekan China. Sekitar tujuh pesawat Filipina yang melakukan patroli di Laut China Selatan dalam waktu berbeda diperingatkan militer China karena dianggap memasuki wilayah kedaulatan China. Ketujuh pesawat itu diminta keluar dari zona terbang di atas Laut China Selatan. Namun, Filipina tidak terima dengan tindakan militer China karena mereka mengklaim terbang di atas wilayah udara internasional.
Komitmen China memiliki klaim di hampir seluruh Laut China Selatan terlihat jelas ketika pesawat pengintai P-8 Poseidon milik Amerika Serikat (AS) yang terbang di wilayah tersebut juga diusir militer China. Upaya-upaya untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan sudah dilakukan China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam di berbagai pertemuan internasional.
Beberapa negara ASEAN seperti Indonesia juga turut membantu menjadi mediator. Indonesia meminta pihak terlibat tetap menahan diri. Seberapa jauh upaya penyelesaian sengketa Laut China Selatan sering bersahutan dengan ketegangan yang terjadi. Dalam dokumen Strategi Militer baru tersebut, China menyatakan akan memperluas wilayah patroli di wilayah maritim secara bertahap, khususnya di Laut China Selatan.
Namun, hal itu dinilai berpotensi meningkatkan ketegangan baru. China juga mengatakan menolak adanya intervensi negara ketiga dalam urusan Laut China Selatan. Apalagi jika hal itu berjalan tidak seimbang. Mereka pun memperingatkan negaranegara lain yang ikut campur dalam urusan China dan negara- negara Asia dengan mempersempit isu ini sebagai permasalahan internal kawasan.
Peringatan itu jelas tertuju kepada AS. Sejak lama, AS menaruh perhatian sekaligus prihatin mengenai sengketa Laut China Selatan. Mereka menekan China dan mendukung negara-negara yang bersengketa dengan China dalam masalah sengketa Laut China Selatan. China bahkan didesak untuk tidak mengancam negara kecil dengan kekuatan militer mereka.
Namun, Juru Bicara (Jubir) Kementerian Pertahanan China Yang Jujun membantah dokumen ini berkaitan dengan intervensi AS di Laut China Selatan, meski waktunya bertepatan. Sebelumnya, AS juga prihatin mengenai proyek reklamasi laut di Laut China Selatan yang diduga akan memperkuat militer China di wilayah sengketa atau umumnya di Asia.
Selain merasa terganggu dengan kehadiran AS, China juga prihatin dengan kebijakan baru Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dalam mengubah arah Konstitusi Pasifik yang mencegah Jepang terlibat perang. China meminta negara tetangga untuk tidak melakukan aksi provokatif, terutama di wilayah yang dianggap ilegal. ”China memiliki tugas dalam jangka panjang untuk mengamankan kedaulatan dan kepentingan wilayah maritim,” bunyi dokumen putih tersebut.
”Beberapa pihak terus mengintai dan mengawasi China, baik dari wilayah udara ataupun laut. Kami tidak akan menyerang, kecuali jika kami diserang terlebih dahulu,” sambung kutipan itu. Saat ini, Vietnam dan Filipina juga melakukan reklamasi laut di wilayah Laut China Selatan yang disebut China melanggar kedaulatan.
”Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sedikit demi sedikit akan mengalihkan fokus pertahanan lepas pantai menjadi kombinasi pertahanan lepas pantai dan laut terbuka,” kutip dokumen itu.
Muh shamil
Hal itu terungkap dalam dokumen Strategi Militer China yang dipublikasikan di Beijing, kemarin. Dalam dokumen itu, China ingin melakukan pertahanan secara aktif untuk menjaga perdamaian di Asia, khususnya di wilayah sengketa. Anggaran militer China tahun ini naik 10,1% dari tahun lalu yang mencapai Rp16,8 triliun.
Perseteruan batas wilayah udara di atas Laut China Selatan pada beberapa waktu terakhir sempat menekan China. Sekitar tujuh pesawat Filipina yang melakukan patroli di Laut China Selatan dalam waktu berbeda diperingatkan militer China karena dianggap memasuki wilayah kedaulatan China. Ketujuh pesawat itu diminta keluar dari zona terbang di atas Laut China Selatan. Namun, Filipina tidak terima dengan tindakan militer China karena mereka mengklaim terbang di atas wilayah udara internasional.
Komitmen China memiliki klaim di hampir seluruh Laut China Selatan terlihat jelas ketika pesawat pengintai P-8 Poseidon milik Amerika Serikat (AS) yang terbang di wilayah tersebut juga diusir militer China. Upaya-upaya untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan sudah dilakukan China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam di berbagai pertemuan internasional.
Beberapa negara ASEAN seperti Indonesia juga turut membantu menjadi mediator. Indonesia meminta pihak terlibat tetap menahan diri. Seberapa jauh upaya penyelesaian sengketa Laut China Selatan sering bersahutan dengan ketegangan yang terjadi. Dalam dokumen Strategi Militer baru tersebut, China menyatakan akan memperluas wilayah patroli di wilayah maritim secara bertahap, khususnya di Laut China Selatan.
Namun, hal itu dinilai berpotensi meningkatkan ketegangan baru. China juga mengatakan menolak adanya intervensi negara ketiga dalam urusan Laut China Selatan. Apalagi jika hal itu berjalan tidak seimbang. Mereka pun memperingatkan negaranegara lain yang ikut campur dalam urusan China dan negara- negara Asia dengan mempersempit isu ini sebagai permasalahan internal kawasan.
Peringatan itu jelas tertuju kepada AS. Sejak lama, AS menaruh perhatian sekaligus prihatin mengenai sengketa Laut China Selatan. Mereka menekan China dan mendukung negara-negara yang bersengketa dengan China dalam masalah sengketa Laut China Selatan. China bahkan didesak untuk tidak mengancam negara kecil dengan kekuatan militer mereka.
Namun, Juru Bicara (Jubir) Kementerian Pertahanan China Yang Jujun membantah dokumen ini berkaitan dengan intervensi AS di Laut China Selatan, meski waktunya bertepatan. Sebelumnya, AS juga prihatin mengenai proyek reklamasi laut di Laut China Selatan yang diduga akan memperkuat militer China di wilayah sengketa atau umumnya di Asia.
Selain merasa terganggu dengan kehadiran AS, China juga prihatin dengan kebijakan baru Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dalam mengubah arah Konstitusi Pasifik yang mencegah Jepang terlibat perang. China meminta negara tetangga untuk tidak melakukan aksi provokatif, terutama di wilayah yang dianggap ilegal. ”China memiliki tugas dalam jangka panjang untuk mengamankan kedaulatan dan kepentingan wilayah maritim,” bunyi dokumen putih tersebut.
”Beberapa pihak terus mengintai dan mengawasi China, baik dari wilayah udara ataupun laut. Kami tidak akan menyerang, kecuali jika kami diserang terlebih dahulu,” sambung kutipan itu. Saat ini, Vietnam dan Filipina juga melakukan reklamasi laut di wilayah Laut China Selatan yang disebut China melanggar kedaulatan.
”Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sedikit demi sedikit akan mengalihkan fokus pertahanan lepas pantai menjadi kombinasi pertahanan lepas pantai dan laut terbuka,” kutip dokumen itu.
Muh shamil
(ars)