Panti Jompo Terbakar, 38 Orang Tewas
A
A
A
BEIJING - Kebakaran dahsyat menghanguskan sebuah panti jompo dan menewaskan 38 orang di Pingdingshan, Provinsi Henan, China pada Senin (25/5) malam.
Gedung yang terbakar berupa apartemen. Petugas pemadam kebakaran menemukan cukup banyak tubuh dan kursi roda dalam kondisi hangus terbakar. Dilaporkan kantor berita, Xinhua , puluhan jenazah yang ditemukan sebagian besar sudah tidak bisa dikenali. Foto yang diunggah media online China menunjukkan asap tebal hitam mengepul dari belakang SPBU di dekat bangunan yang terbakar. Foto lain menunjukkan bangunan yang sudah menghitam dan kursi roda yang habis terbakar di depan bangunan.
”Hanya saya dan satu teman sekamar lainnya yang berhasil keluar,” ujar Zhao Yulan, 82, salah satu korban selamat, dikutip AFP. Dia diketahui tinggal sekamar dengan 11 orang lanjut usia (lansia) lainnya. Biro Keselamatan Kerja Provinsi Henan menyebutkan, lebih dari 100 orang tinggal di panti jompo tersebut. Selain 38 korban tewas yang telah dikonfirmasi, ada enam korban terluka, dua di antaranya dalam kondisi serius.
Hingga kemarin, penyebab kebakaran masih belum jelas, namun penghuni apartemen lainnya menduga akibat hubungan arus pendek listrik. Api mudah menjalar sebab bangunan apartemen terbuat dari baja yang dilapisi busa sehingga mudah terbakar. Penanggung jawab standar keselamatan di China dianggap sering lalai dalam menertibkan bangunan yang melanggar aturan keselamatan.
Mereka diduga kerap menerima suap dari pemilik properti dan bisnis. Panti jompo menjadi tempat yang paling banyak dipilih para lansia dan sering kali menjadi pilihan terakhir dalam budaya masa kini di China. Menurut Chen Runde, 80, penghuni panti jompo yang selamat dari kobaranapi, para pekerjadipanti jompo sering kali lebih sedikit dari jumlah lansia yang dirawat.
”Terlalu banyak lansia yang ada dan pekerja tidak bisa hadir untuk kita semua. Kami tidak dapat menemukan petugas setelah malam tiba,” katanya. Panti jompo yang terbakar tersebut didirikan seorang petani lokal dan penduduk yang sebagian besar warga desa yang sudah tua. Anak-anak mereka umumnya mencari pekerjaan jauh dari rumah sebagai pekerja migran. Insiden ini memunculkan keprihatinan atas rendahnya perhatian terhadap para lansia di China.
Bahkan, Negeri Tirai Bambu ini disebut masih sangat tertinggal dalam memberikan perhatian terhadap lansia. ”Urbanisasi telah menarik lebih banyak orang muda ke kotakota, meninggalkan orang tua mereka dan anak-anak di rumah mereka di pedesaan,” ujar Chen Runde. ”Beberapa orang tidak punya pilihan lain selain tinggal di panti jompo dengan fasilitas keperawatan yang buruk untuk sisa hidup mereka. Daripada merasa kesepian dan tak berdaya, para lansia lebih memilih tempat yang aman dan nyaman di panti jompo untuk menghabiskan sisa hidup mereka,” tambahnya.
Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2013 silam. Sebanyak 11 penghuni panti jompo tewas terbakar di provinsi timur laut Heilongjiang, setelah salah satu penghuni membakar fasilitas panti demi uang. Pada Februari tahun ini, seorang pekerja di Hunan membunuh tiga orang dan melukai 15 lainnya ketika ia menyerang warga dan staf di rumah jompo.
Ananda nararya
Gedung yang terbakar berupa apartemen. Petugas pemadam kebakaran menemukan cukup banyak tubuh dan kursi roda dalam kondisi hangus terbakar. Dilaporkan kantor berita, Xinhua , puluhan jenazah yang ditemukan sebagian besar sudah tidak bisa dikenali. Foto yang diunggah media online China menunjukkan asap tebal hitam mengepul dari belakang SPBU di dekat bangunan yang terbakar. Foto lain menunjukkan bangunan yang sudah menghitam dan kursi roda yang habis terbakar di depan bangunan.
”Hanya saya dan satu teman sekamar lainnya yang berhasil keluar,” ujar Zhao Yulan, 82, salah satu korban selamat, dikutip AFP. Dia diketahui tinggal sekamar dengan 11 orang lanjut usia (lansia) lainnya. Biro Keselamatan Kerja Provinsi Henan menyebutkan, lebih dari 100 orang tinggal di panti jompo tersebut. Selain 38 korban tewas yang telah dikonfirmasi, ada enam korban terluka, dua di antaranya dalam kondisi serius.
Hingga kemarin, penyebab kebakaran masih belum jelas, namun penghuni apartemen lainnya menduga akibat hubungan arus pendek listrik. Api mudah menjalar sebab bangunan apartemen terbuat dari baja yang dilapisi busa sehingga mudah terbakar. Penanggung jawab standar keselamatan di China dianggap sering lalai dalam menertibkan bangunan yang melanggar aturan keselamatan.
Mereka diduga kerap menerima suap dari pemilik properti dan bisnis. Panti jompo menjadi tempat yang paling banyak dipilih para lansia dan sering kali menjadi pilihan terakhir dalam budaya masa kini di China. Menurut Chen Runde, 80, penghuni panti jompo yang selamat dari kobaranapi, para pekerjadipanti jompo sering kali lebih sedikit dari jumlah lansia yang dirawat.
”Terlalu banyak lansia yang ada dan pekerja tidak bisa hadir untuk kita semua. Kami tidak dapat menemukan petugas setelah malam tiba,” katanya. Panti jompo yang terbakar tersebut didirikan seorang petani lokal dan penduduk yang sebagian besar warga desa yang sudah tua. Anak-anak mereka umumnya mencari pekerjaan jauh dari rumah sebagai pekerja migran. Insiden ini memunculkan keprihatinan atas rendahnya perhatian terhadap para lansia di China.
Bahkan, Negeri Tirai Bambu ini disebut masih sangat tertinggal dalam memberikan perhatian terhadap lansia. ”Urbanisasi telah menarik lebih banyak orang muda ke kotakota, meninggalkan orang tua mereka dan anak-anak di rumah mereka di pedesaan,” ujar Chen Runde. ”Beberapa orang tidak punya pilihan lain selain tinggal di panti jompo dengan fasilitas keperawatan yang buruk untuk sisa hidup mereka. Daripada merasa kesepian dan tak berdaya, para lansia lebih memilih tempat yang aman dan nyaman di panti jompo untuk menghabiskan sisa hidup mereka,” tambahnya.
Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2013 silam. Sebanyak 11 penghuni panti jompo tewas terbakar di provinsi timur laut Heilongjiang, setelah salah satu penghuni membakar fasilitas panti demi uang. Pada Februari tahun ini, seorang pekerja di Hunan membunuh tiga orang dan melukai 15 lainnya ketika ia menyerang warga dan staf di rumah jompo.
Ananda nararya
(ars)