ISIS Eksekusi 262 Orang di Palmyra

Selasa, 26 Mei 2015 - 10:42 WIB
ISIS Eksekusi 262 Orang di Palmyra
ISIS Eksekusi 262 Orang di Palmyra
A A A
DAMASKUS - Ketika gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menguasai suatu kota, darah akan cepat mengalir. Saat mereka menguasai kota kuno Palmyra, Suriah, ISIS mengeksekusi sedikitnya 262 orang baik tentara dan warga sipil.

Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHM) menyebutkan sebagian besar korban eksekusi mati ISIS adalah tentara Suriah dan milisi pro-Damaskus yang berjumlah 150 orang. Eksekusi itu dilaksanakan dalam operasi militer selama 10 hari di kota yang memiliki peninggalan bersejarah tersebut.

SOHR mengungkapkan 67 korban adalah warga sipil, termasuk 14 anak-anak yang dieksekusi mati gerilyawan ISIS. Masyarakat tak berdosa itu dihukum hanya karena menyembunyikan anggota tentara atau milisi di rumah mereka. Selain itu, banyak warga yang dituduh sebagai informan juga dieksekusi mati.

”Ada satu keluarga yang dieksekusi mati seluruhnya, termasuk anak-anak dan orang tuanya,” kata Direktur SOHM Rami Abdel Rahman kemarin dikutip AFP. Menurut Abdel Rahman, sebagian besar orang yang dieksekusi berasal dari Palmyra. ”Sebagian besar mereka ditembak. Ada juga yang dipenggal di depan publik sebagai bentuk teror kepada warga sipil,” ungkapnya. Selain di Palmyra, ISIS juga melakukan eksekusi mati di Provinsi Deir Ezzor.

CNN melaporkan 45 orang dieksekusi dalam kurun waktu empat hari. Gerilyawan ISIS juga menahan sekitar 600 orang di mana sebagian besar adalah milisi pro- Damaskus dan tentara Suriah. Laporan jumlah korban eksekusi dilaporkan kantor berita Suriah yang melaporkan 400 warga sipil dibunuh ISIS di Palmyra. Sebagian besar adalah perempuan, anak-anak, dan manula.

Sedangkan harian pro-Pemerintah Suriah, Al-Watan, melaporkan kemarin ISIS mengeksekusi sekitar 450 orang di Palmyra. Sementara itu, Pemerintah Suriah kemarin melancarkan sedikitnya 15 serangan udara di sekitar Palmyra. Serangan udara Suriah semakin intensif sejak gerilyawan ISIS menguasai kota tersebut. ”Tidak ada korban tewas dalam serangan tersebut,” ungkap Abdel Rahman.

Dia menambahkan, fokus utama serangan Damaskus adalah basis pertahanan ISIS di kota Palmyra. Salah satu wilayah yang dibom adalah titik pertahanan ISIS di sekitar situs peradaban Romawi kuno yang menjadi warisan dunia versi UNESCO. Serangan udara tersebut mampu melemahkan posisi gerilyawan ISIS untuk sementara saja. Sebelumnya ISIS berhasil merebut pos perbatasan terakhir yang menghubungkan Suriah-Irak di Al-Tanf.

Pos tersebut selama ini dikuasai militer Suriah. Dengan demikian, ISIS dapat mengatur dan mengordinasikan pasukan dan logistik dari Irak ke Suriah dan sebaliknya. Penguasaan perlintasan batas tersebut menambah wilayah kekuasaan ISIS. SOHR menyatakan ISIS menguasai lebih dari 95.000 kilometer persegi wilayah Suriah atau separuh negara itu. ISIS merebut Provinsi Deir al-Zour dan Raqqa.

Selain itu, gerilyawan itu juga menguasai Hasakeh, Aleppo, Homs, dan Hama. Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ash Carter mengatakan rendahnya semangat tempur tentara Irak membuat Kota Ramadi jatuh ke tangan ISIS pekan lalu. Carter secara terang-terangan mengatakan bahwa sebenarnya jumlah tentara Irak di Ramadi jauh lebih besar dibandingkan milisi ISIS.

”Namun, tentara Irak memilih mundur dan tak berusaha sama sekali mempertahankan Ramadi dari serbuan ISIS,” tudingnya. Menurut Carter, keinginan tentara Irak untuk bertempur melawan ISIS merupakan hal utama yang harus dipicu. ”Gerilyawan ISIS hanya bisa dikalahkan jika tentara Irak memang punya kemauan dan kemampuan untuk bertempur melawan mereka,” ungkapnya.

Dia juga mengatakan militer AS akan tetap menyediakan peralatan dan pelatihan. Sejak Juni 2014 koalisi ISIS yang dipimpin AS berhasil melancarkan lebih dari 3.000 serangan udara. ”Serangan udara tetap efektif, tetapi serangan itu tidak ada gunanya jika tidak ada tentara Irak yang berjuang di darat,” ujar Carter. Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Irak Haider al- Abadi mengaku terkejut dengan tudi-ngan Carter.

”Saya terkejut. Saya pikir dia (Carter) merupakan tokoh yang mendukung penuh Irak. Saya pikir dia mendapatkan informasi yang salah,” kata Abadi kepada BBC . Kapan Pemerintah Irak akan merebut kembali Ramadi? ”Kita akan merebut kembali Kota Ramadi dari ISIS dalam beberapa hari mendatang,” janji Abadi. Kendati demikian, dia mengungkapkan Baghdad membutuhkan mitra koalisi internasional.

Sedangkan Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran Qassem Suleimani mengungkapkan, AS tidak melakukan apa pun dalam membantu pasukan Irak di Ramadi. ”Di mana pesawat tempur AS, Presiden Barack Obama?” sindir Suleimani, dikutip kantor berita Iran, IRNA . Dalam perkembangan terkait, sejumlah laporan menyebutkan kekuatan pro-Pemerintah Irak terlibat pertempuran sengit ketika mereka berusaha memasuki Ramadi.

Seorang komandan polisi di kawasan mengatakan aparat keamanan dan milisi Syiah berhasil menguasai pinggiran timur kota tersebut. ”Tentara pemerintah dan milisi Syiah mendapat dukungan pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan AS yang melancarkan serangan udara,” tuturnya.

Andika hendra m
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1419 seconds (0.1#10.140)