Beras Sintetis Diduga Selundupan dari China

Kamis, 21 Mei 2015 - 10:24 WIB
Beras Sintetis Diduga...
Beras Sintetis Diduga Selundupan dari China
A A A
JAKARTA - Beras sintetis yang ditemukan di Bekasi diduga merupakan beras selundupan dari China.

Hanya siapa pelaku penyelundupan tersebut, pemerintah masih menelusurinya. Kalangan DPR meminta pemerintah tidak menganggap sepele persoalan tersebut. Mereka mendesak untuk mengungkap kasus ini. Dugaan beras sintetis yang meresahkan masyarakat tersebut berasal dari China disampaikan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel kepada wartawan seusai rapat terbatas di Kantor Presiden Jakarta kemarin.

Dia pun memastikan pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin impor beras. ”Enggak ada impor. Kami tidak pernah mengeluarkan izin impor, pasti itu bisa saja barang selundupan,” ujarnya. Menurut dia, Kementerian Perdagangan tengah menyelidiki kasus beras sintetis dengan melakukan penelusuran melalui distributor yang menjual beras tersebut.

Begitu pun mengenai jenis beras sintetis yang diduga terbuat dari plastik. ”Barangnya sudah saya lihat katanya itu beras plastik. Saya sudah tes juga dengan mencoba membakarnya. Ada beragam kemungkinan, bisa saja itu beras berformalin, makanya kami masih teliti lagi,” katanya.

Merespons temuan beras sintetis tersebut, Komisi VI DPR berencana memanggil Mendag Rahmat Gobel. DPR meminta Mendag menjelaskan kepada publik soal impor beras palsu tersebut. DPR juga akan menanyakan apakah impor tersebut resmi sesuai dengan prosedur impor kementerian atau dilakukan di luar prosedur.

”Kita pertanyakan ke pemerintah kenapa itu bisa masuk? Saya dapat info pemerintah tidak pernah melakukan impor dari China. Artinya, ada impor di luar pemerintah. Ini yang kita minta usut,” kata Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.

Ketua DPP PAN itu mengaku sudah menanyakan sejumlah pihak terkait impor beras seperti Bulog, PPI, tetapi mereka mengatakan tidak pernah merasa mengimpor beras. Karena itu dia menduga ada permainan di balik impor beras sintetis tersebut. ”Beras ini juga kan berbahaya bagi kesehatan dan ini sudah mengarah pada tindak kriminal, jadi harus diusut karena ini racun,” ujar Hafisz.

Lebih jauh dia menandaskan, munculnya temuan beras sintetis menjadi momen bagi DPR dan masyarakat untuk mendesak dilakukan audit investigasi terhadap sistem dan tata cara impor di republik ini. ”Sanksi pasti ada. Oknum perdagangan yang bermain, kita rekomendasikan kepada Presiden untuk diberi tindakan tegas. Seburuk-buruknya diberhentikan,” tegas Hafisz.

Adapun Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo meminta pemerintah menyikapi persoalan ini secara lebih mendetail dan jangan dianggap sepele karena berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Menurut dia, siapa dalang impor beras sintetis harus diungkap. ”Supaya clear, jangan saling menyalahkan. Kita salahkan China, China pun mengklaim dari sana kan belum tentu,” ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Gerindra itu.

Dia juga mendesak Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina untuk proaktif merespons temuan beras sintetis tersebut. Apalagi pasar Indonesia kian terbuka lebar. Untuk jangka panjang, DPR akan membahas RUU Karantina dengan arah memperkuat peran Badan Karantina.

Sebelumnya, seorang pedagang nasi uduk dan bubur di Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, yakni Dewi Septiani, melaporkan adanya beras sintetis. Laporan disampaikan setelah sejumlah pembeli dagangannya mengeluh sakit perut dan pusing. Setelah melakukan pengecekan, dia menemukan sejumlah ketidaklaziman. Dewi sendiri mengaku membeli beras yang diduga terkontaminasi bahan sintetis dari seorang pedagang di Pasar Mutiara Gading Blok G pada Rabu (13/5).

Disperindagkop Kota Bekasi dan Polresta sudah mengambil sampel beras tersebut dari pedagang. Dari pengembangan penyelidikan diketahui beras didatangkan dari salah satu pemasok di Karawang, Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan temuan adanya penjualan beras yang diduga berbahan baku sintetis di Pasar Mutiara Gading, Kecamatan Mustikajaya, Bekasi, merupakan sebuah kejahatan pangan. ”Harus diteliti, harus diusut, ini adalah sebuah kejahatan di bidang pangan. Bayangkan kalau kita mengonsumsi plastik. Ini bahaya bagi kesehatan kita,” kata Heryawan seusai memimpin upacara Hari Kebangkitan Nasional di Gedung Sate Bandung kemarin.

Dia pun mengimbau masyarakat yang menemukan penyimpangan pangan seperti beras sintetis segera melaporkannya kepada aparat terkait. ”Kalau ada yang menemukan kejadian serupa, segera laporkan. Boleh jadi kalau warga tidak lapor, temuan ini tidak terungkap,” kata dia.

Bahayakan Kesehatan

Beras oplosan dengan bahan sintetis plastik sangat berbahaya bagi kesehatan. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan penyakit kanker. Tahap awalnya bisa menyebabkan gangguan pencernaan yang ditandai dengan gejala mual, muntah, serta rasa pusing.

”Plastik tidak dapat dicerna oleh organ pencernaan kita. Kalau masuk dalam tubuh, otomatis asam lambung meningkat dan menyebabkan seperti sakit mag,” kata dosen bidang sains dan teknologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (UP) Novi Yantih. Masuknya zat plastik dalam organ tubuh juga bisa mengganggu fungsi organ lain.

Misalnya gangguan liver karena tubuh seharusnya memiliki tameng (filter) untuk menyaring zat apa saja yang masuk dalam tubuh. Ketika fungsi hati terganggu, kerjanya akan lebih keras. ”Otomatis ginjal bisa rusak karena tidak bisa memfilter zat yang masuk,” ungkapnya.

Dia menuturkan, dalam organ tubuh terdapat filter glomelurus yang fungsinya menyaring makanan sehingga zat makanan yang baik bisa diserap kembali dan sisanya dikeluarkan. ”Jika ada zat lain yang masuk, tubuh mau tidak mau mengeluarkan zat itu baik dari feses atau urine,” katanya.

Dia menduga kandungan plastik yang ada dalam beras oplosan adalah propilen dan poliefilen. Kedua jenis zat itu termasuk dalam bahan plastik yang lunak sehingga sangat mudah untuk dibentuk menyerupai beras. Permukaannya lunak dan mudah dibentuk. ”Ini hanya dugaan saya karena belum dilakukan tes laboratorium,” ungkapnya.

Dalam beras yang bagus, sambung dia, terdapat tiga lapisan yang harus diperhatikan. Pertama, aleuron atau bagian terluar dari beras. Pada bagian ini terdapat banyak vitamin. Kedua, endosperma yang di dalamnya terdapat saripati beras berupa karbohidrat. Ketiga, embrio atau semacam mata beras.

”Jadi beras yang baik memiliki ketiga lapisan itu. Beras yang bagus secara kilas bisa dilihat dari warnanya seperti mendekati kuning dan tidak transparan,” sebutnya.

Kiswondari/ R ratna purnama/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0499 seconds (0.1#10.140)