GarudaFood Manfaatkan Selera Konsumen
A
A
A
Pernah melihat iklan wafer stick Chocolatos dari GarudaFood di televisi nasional? Jangan heran jika produk serupa juga ditemukan di India, meski dengan nama berbeda.
Ya, produk GarudaFood yang menyasar kelompok usia anak-anak dan remaja itu memang memiliki pasar tersendiri di Negeri Hindustan. Dengan mengusung merek Gone Mad, GarudaFood yang menggandeng Polyflex Pvt Ltd mengembangkan camilan rasa cokelat tersebut di India.
Menurut GarudaFood, seperti dikutip dari buku Global Chaser: Merek Indonesia Perkasa di Pentas Dunia, kecocokan budaya dengan Polyflex adalah modal awal untuk membina bersama usaha baru. Pada Februari 2012 kedua perusahaan tersebut memulai proyek produksi makanan ringan mereka. Lalu, pada September 2012, Gone Mad pun mulai dipasarkan, khususnya di Banglore, selatan India. GarudaFood tampaknya ingin mengulang kesuksesan Chocolatos yang diproduksi di Indonesia sejak 2008 silam.
Bersama wafer krim Wafelatos, Chocolatos diposisikan oleh GarudaFood Group sebagai produk premium untuk konsumen berusia anak dan remaja belasan tahun. Di dalam negeri, Chocolatos boleh dibilang cepat dikenal. Lembaga riset business intelligence Euromonitor International menilai, produk makanan ringan GarudaFood meraup 26% dari total nilai penjualan ritel di industrinya pada 2009.
Pada 2010 penjualan makanan ringan GarudaFood 22% dari nilai penjualan ritel seindustri. Meski pangsa pasarnya turun sedikit, GarudaFood tetap yakin menjadi salah satu pemain kuat di pasar sweet and savory snacks. Bermodalkan kinerja penjualan yang cukup baik, GarudaFood pun berambisi melebarkan sayap ke luar negeri.
“Kami mencanangkan untuk go regional sebagai strategi pengembangan organik maupun anorganik. Kami ingin ada market development di luar,” ungkap Hartono Atmadja, Komisaris GarudaFood Group seperti dikutip dari buku yang sama. Menurut dia, untuk mendukung strategi go regional, GarudaFood akan membawa produk-produk yang memang memiliki kompetensi.
Berangkat dari kompetensi produk yang sudah dimiliki, GarudaFood pun mencoba membawa sejumlah produk ke pasar regional, salah satunya kacang atom dan wafer stik. Kedua produk ini dianggap andalan GarudaFood. Ternyata Gone Mad, yang tak lain Chocolatos, lebih cocok di lidah anak-anak dan remaja India. Meski demikian, ada keuntungan lain yang diperoleh saat masuk pasar India.
Berdasarkan pengamatan tim pengembangan bisnis GarudaFood, jenis produk dan selera konsumen terhadap biskuit di India tidak terlalu berbeda dengan Indonesia. Selain di India, GarudaFood juga menyasar pasar lain di beberapa negara seperti China, Vietnam, Singapura, Australia, Arab Saudi, dan sejumlah negara di Eropa, Amerika dan ASEAN.
Di China, GarudaFood bahkan bekerja sama dengan sebuah pabrik yang menjadi OEM (original equipment manufacturing) untuk produk-produk Garuda- Food. Di Negeri Panda, GarudaFood juga mengakuisisi Fuhua Jinjian Yonghe, sebuah pabrik confectionery (gula-gula). Dalam buku karya Yuswohady itu disebutkan, pengembangan bisnis di China tak langsung berhasil.
Meski demikian, diakui bahwa dari China inilah Garuda mendapatkan pelajaran berharga dari adanya perbendaan kultur dan proses bisnisnya. Selain itu, dalam membangun jaringan distribusi di China, GarudaFood menerapkan cara yang berbeda dengan di Indonesia. Jika di Indonesia GarudaFood memiliki anak usaha distribusi di Indonesia yakni PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS), di China mereka harus menghadapi dua pilihan jaringan distribusi, yakni sebagai trading outlet dan distributor.
Padahal, dengan memiliki perusahaan distribusi sendiri, GarudaFood lebih hafal dengan karakter pasar yang dihadapi. Dalam beberapa ekspansi tersebut GarudaFood juga mengandalkan keahlian pemasarannya untuk memenangkan pasar. Untuk sekadar kilas balik, GarudaFood merupakan perusahaan makanan dan minuman di bawah Tudung Group selaku perusahaan induk.
Selain GarudaFood, Tudung Group memiliki lini agrobisnis yang beroperasi di bidang pengolahan minyak sawit (crude palm oil) dan kacang.
Rabia edra
Ya, produk GarudaFood yang menyasar kelompok usia anak-anak dan remaja itu memang memiliki pasar tersendiri di Negeri Hindustan. Dengan mengusung merek Gone Mad, GarudaFood yang menggandeng Polyflex Pvt Ltd mengembangkan camilan rasa cokelat tersebut di India.
Menurut GarudaFood, seperti dikutip dari buku Global Chaser: Merek Indonesia Perkasa di Pentas Dunia, kecocokan budaya dengan Polyflex adalah modal awal untuk membina bersama usaha baru. Pada Februari 2012 kedua perusahaan tersebut memulai proyek produksi makanan ringan mereka. Lalu, pada September 2012, Gone Mad pun mulai dipasarkan, khususnya di Banglore, selatan India. GarudaFood tampaknya ingin mengulang kesuksesan Chocolatos yang diproduksi di Indonesia sejak 2008 silam.
Bersama wafer krim Wafelatos, Chocolatos diposisikan oleh GarudaFood Group sebagai produk premium untuk konsumen berusia anak dan remaja belasan tahun. Di dalam negeri, Chocolatos boleh dibilang cepat dikenal. Lembaga riset business intelligence Euromonitor International menilai, produk makanan ringan GarudaFood meraup 26% dari total nilai penjualan ritel di industrinya pada 2009.
Pada 2010 penjualan makanan ringan GarudaFood 22% dari nilai penjualan ritel seindustri. Meski pangsa pasarnya turun sedikit, GarudaFood tetap yakin menjadi salah satu pemain kuat di pasar sweet and savory snacks. Bermodalkan kinerja penjualan yang cukup baik, GarudaFood pun berambisi melebarkan sayap ke luar negeri.
“Kami mencanangkan untuk go regional sebagai strategi pengembangan organik maupun anorganik. Kami ingin ada market development di luar,” ungkap Hartono Atmadja, Komisaris GarudaFood Group seperti dikutip dari buku yang sama. Menurut dia, untuk mendukung strategi go regional, GarudaFood akan membawa produk-produk yang memang memiliki kompetensi.
Berangkat dari kompetensi produk yang sudah dimiliki, GarudaFood pun mencoba membawa sejumlah produk ke pasar regional, salah satunya kacang atom dan wafer stik. Kedua produk ini dianggap andalan GarudaFood. Ternyata Gone Mad, yang tak lain Chocolatos, lebih cocok di lidah anak-anak dan remaja India. Meski demikian, ada keuntungan lain yang diperoleh saat masuk pasar India.
Berdasarkan pengamatan tim pengembangan bisnis GarudaFood, jenis produk dan selera konsumen terhadap biskuit di India tidak terlalu berbeda dengan Indonesia. Selain di India, GarudaFood juga menyasar pasar lain di beberapa negara seperti China, Vietnam, Singapura, Australia, Arab Saudi, dan sejumlah negara di Eropa, Amerika dan ASEAN.
Di China, GarudaFood bahkan bekerja sama dengan sebuah pabrik yang menjadi OEM (original equipment manufacturing) untuk produk-produk Garuda- Food. Di Negeri Panda, GarudaFood juga mengakuisisi Fuhua Jinjian Yonghe, sebuah pabrik confectionery (gula-gula). Dalam buku karya Yuswohady itu disebutkan, pengembangan bisnis di China tak langsung berhasil.
Meski demikian, diakui bahwa dari China inilah Garuda mendapatkan pelajaran berharga dari adanya perbendaan kultur dan proses bisnisnya. Selain itu, dalam membangun jaringan distribusi di China, GarudaFood menerapkan cara yang berbeda dengan di Indonesia. Jika di Indonesia GarudaFood memiliki anak usaha distribusi di Indonesia yakni PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS), di China mereka harus menghadapi dua pilihan jaringan distribusi, yakni sebagai trading outlet dan distributor.
Padahal, dengan memiliki perusahaan distribusi sendiri, GarudaFood lebih hafal dengan karakter pasar yang dihadapi. Dalam beberapa ekspansi tersebut GarudaFood juga mengandalkan keahlian pemasarannya untuk memenangkan pasar. Untuk sekadar kilas balik, GarudaFood merupakan perusahaan makanan dan minuman di bawah Tudung Group selaku perusahaan induk.
Selain GarudaFood, Tudung Group memiliki lini agrobisnis yang beroperasi di bidang pengolahan minyak sawit (crude palm oil) dan kacang.
Rabia edra
(ftr)