Muncul Bisnis Rental Pacar Libatkan Mahasiswa , Tarif Rp75.000 per Jam
A
A
A
SURABAYA - Tidak punya gandengan alias jomblo saat pesta ulang tahun, pernikahan, atau pertemuan keluarga? Kini pertanyaan-pertanyaan seputar jodoh dari orang-orang terdekat sudah bisa diantisipasi.
Dua warga Surabaya menyediakan tujuh mahasiswa untuk disewa menjadi pacar. Tujuannya apalagi kalau tidak ingin menghindar dari pertanyaanpertanyaan menyudutkan perihal jodoh saat pesta ulang tahun dan pesta pernikahan. Bisnis pacar sewaan ini dikelola pemuda berinisial Bd dan seorang mahasiswi tingkat akhir berinisial En.
Ide menjalankan bisnis pacar sewaan ini bermula ketika Bd bekerja di salah satu biro jodoh di Surabaya. Dari pekerjaannya itu, Bd mendapatkan banyak kenalan kemudian menjadi para pelanggan dan bahkan ada yang menjadi pelanggan tetapnya. Namun dalam perjalanan bisnis biro jodoh tersebut mengarah pada hal negatif, yaitu bisnis prostitusi terselubung.
”Pada saat itu sempat menjadi bisnis prostitusi dan itu pun saya rasakan. Transaksi mereka pun kadang lewat saya,” kata Bd kepada KORAN SINDO , kemarin. Perkembangan biro jodoh menjadi bisnis prostitusi terselubung ini membuat Bd takut karena harus menanggung risiko tinggi. Bd lantas mulai meninggalkan biro jodoh itu.
Kendati demikian, tetap ada yang menghubungi, khususnya para pelanggan tetap. ”Nah, salah satu dari pelanggan saya ya En. Kadangkadang kami pun bertemu dan akhirnya timbul ide membuka jasa sewa pacar, bisnis itu berjalan sekitar setahun lalu (2014),” katanya.
Awalnya, Bd dan En hanya punya dua anak buah. Keduanya adalah mahasiswi yang tak lain teman dari En. Setahun kemudian bisnis ini berkembang. Permintaan akan pacar sewaan terus meningkat, dua orang anak buah yang dimiliki sudah tidak mampu lagi melayani jumlah permintaan yang membeludak itu. Untuk mendapatkan anggota baru itu, Bd menjelaskan menjadi pacar sewaan tidak semata-mata mencari uang.
Namun juga bisa menjadi motivator bagi laki-laki yang menyewanya. ”Kebanyakan mereka adalah mahasiswi psikologi, jadi mereka juga bisa menerapkan ilmu yang didapat dalam kuliah,” kata Bd. Saat ini Bd dan En punya tujuh pacar sewaan. Bd dan En juga menerapkan aturan ketat dalam bisnis ini.
Seperti penyewa harus membuat perjanjian di atas meterai dan memberikan KTP asli sebagai jaminan. Aturan lain yang diterapkan di antaranya ketika ada party di hotel, maka benarbenar harus party bukan membawa wanita pacar sewaan itu ke dalam ruangan. Mereka juga tidak boleh melakukan hal yang berlebihan, seperti berciuman atau lebih dari itu.
Wanita yang menjadi pacar sewaan harus bisa menjadi layaknya seorang pacar, seperti mau bergandeng tangan dan lainnya yang masih dalam batasan. Untuk tarif, keduanya mematok Rp75.000 per jam. Rata-rata penyewa menggunakan jasa pacar rental ini selama 4 jam. Akhir pekan dan musim pernikahan diakui musim paling laris bisnis ini.
Psikolog asal Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Herlina Harsono Njoto mengatakan, berlangsungnya bisnis sewa pacar dipicu kebutuhan antara kedua belah pihak. ”Satunya butuh materi (penyedia jasa). Satunya untuk gengsi, butuh pengakuan dan tingkatkan kepercayaan diri (pengguna jasa),” katanya.
Pemerhati pendidikan dasar, menengah, atas dan tinggi di Surabaya, Achmad Hidayat menilai, munculnya bisnis jasa itu merupakan salah satu indikator kegagalan pendidikan moral dan karakter, baik di lingkungan pendidikan formal maupun informal.
Lutfi yuhandi/ Soeprayitno
Dua warga Surabaya menyediakan tujuh mahasiswa untuk disewa menjadi pacar. Tujuannya apalagi kalau tidak ingin menghindar dari pertanyaanpertanyaan menyudutkan perihal jodoh saat pesta ulang tahun dan pesta pernikahan. Bisnis pacar sewaan ini dikelola pemuda berinisial Bd dan seorang mahasiswi tingkat akhir berinisial En.
Ide menjalankan bisnis pacar sewaan ini bermula ketika Bd bekerja di salah satu biro jodoh di Surabaya. Dari pekerjaannya itu, Bd mendapatkan banyak kenalan kemudian menjadi para pelanggan dan bahkan ada yang menjadi pelanggan tetapnya. Namun dalam perjalanan bisnis biro jodoh tersebut mengarah pada hal negatif, yaitu bisnis prostitusi terselubung.
”Pada saat itu sempat menjadi bisnis prostitusi dan itu pun saya rasakan. Transaksi mereka pun kadang lewat saya,” kata Bd kepada KORAN SINDO , kemarin. Perkembangan biro jodoh menjadi bisnis prostitusi terselubung ini membuat Bd takut karena harus menanggung risiko tinggi. Bd lantas mulai meninggalkan biro jodoh itu.
Kendati demikian, tetap ada yang menghubungi, khususnya para pelanggan tetap. ”Nah, salah satu dari pelanggan saya ya En. Kadangkadang kami pun bertemu dan akhirnya timbul ide membuka jasa sewa pacar, bisnis itu berjalan sekitar setahun lalu (2014),” katanya.
Awalnya, Bd dan En hanya punya dua anak buah. Keduanya adalah mahasiswi yang tak lain teman dari En. Setahun kemudian bisnis ini berkembang. Permintaan akan pacar sewaan terus meningkat, dua orang anak buah yang dimiliki sudah tidak mampu lagi melayani jumlah permintaan yang membeludak itu. Untuk mendapatkan anggota baru itu, Bd menjelaskan menjadi pacar sewaan tidak semata-mata mencari uang.
Namun juga bisa menjadi motivator bagi laki-laki yang menyewanya. ”Kebanyakan mereka adalah mahasiswi psikologi, jadi mereka juga bisa menerapkan ilmu yang didapat dalam kuliah,” kata Bd. Saat ini Bd dan En punya tujuh pacar sewaan. Bd dan En juga menerapkan aturan ketat dalam bisnis ini.
Seperti penyewa harus membuat perjanjian di atas meterai dan memberikan KTP asli sebagai jaminan. Aturan lain yang diterapkan di antaranya ketika ada party di hotel, maka benarbenar harus party bukan membawa wanita pacar sewaan itu ke dalam ruangan. Mereka juga tidak boleh melakukan hal yang berlebihan, seperti berciuman atau lebih dari itu.
Wanita yang menjadi pacar sewaan harus bisa menjadi layaknya seorang pacar, seperti mau bergandeng tangan dan lainnya yang masih dalam batasan. Untuk tarif, keduanya mematok Rp75.000 per jam. Rata-rata penyewa menggunakan jasa pacar rental ini selama 4 jam. Akhir pekan dan musim pernikahan diakui musim paling laris bisnis ini.
Psikolog asal Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Herlina Harsono Njoto mengatakan, berlangsungnya bisnis sewa pacar dipicu kebutuhan antara kedua belah pihak. ”Satunya butuh materi (penyedia jasa). Satunya untuk gengsi, butuh pengakuan dan tingkatkan kepercayaan diri (pengguna jasa),” katanya.
Pemerhati pendidikan dasar, menengah, atas dan tinggi di Surabaya, Achmad Hidayat menilai, munculnya bisnis jasa itu merupakan salah satu indikator kegagalan pendidikan moral dan karakter, baik di lingkungan pendidikan formal maupun informal.
Lutfi yuhandi/ Soeprayitno
(ftr)