Membentuk Karakter Peserta Didik
A
A
A
Pendidikan karakter sedang digalakkan pemerintah, sesuai UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelaslah bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Penyelenggaraan sistem pendidikan ini merupakan upaya perubahan terencana untuk meningkatkan sumber daya manusia serta dapat membuka pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman mengenai diri maupun lingkungan di sekitarnya, sehingga bermanfaat dalam melakukan perubahan yang lebih baik.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, sekolah terpadu merupakan sebuah pendidikan yang terintegrasi. Artinya, kehidupan siswa dan proses belajar-mengajar berada dalam satu tempat yang sama atau lebih dikenal sebagai boarding school , sehingga terjadi keberlanjutan dalam proses pendidikan. ”Jadi, pembentukan karakternya ada di sana,” ujar dia saat dihubungi. Konsep pendidikan seperti itu sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia.
Terutama di kalangan pelaku pendidikan agama seperti pesantren maupun seminari. Dalam beberapa tahun terakhir konsep pendidikan terpadu juga diadopsi oleh industri pendidikan. Tapi, tidak lagi sekadar menekankan pada pendidikan agama. Sejumlah sekolah internasional di Indonesia pun mulai mengadopsi konsep pendidikan tersebut. Hanya, sepertinya pada saat ini sebagian besar masih pada tahap mengumpulkan siswa dalam satu asrama.
Di mana, pihak sekolah menyiapkan sejumlah tenaga pendidik untuk membina dan memberikan bimbingan kepada siswa. Padahal, sistem tersebut seharusnya juga memperhatikan hal lain, seperti kemampuan melihat psikologis siswa. Hal ini penting untuk membangun pola pendidikan yang berbeda agar bisa membentuk karakter peserta didik. Karena, selain lembaga pendidikan agama belum memiliki pengalaman dalam mengembangkan sistem pendidikan boarding school.
”Tetapi, konsep seperti ini dianggap masihlebihbaikdari konsepkonvensional dalam membangun karakter,” ucap dia. Adanya keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama dianggap salah satu solusi untuk mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang. Sekaligus, mencapai keunggulan pada aspek akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh, dan mantap dalam diri peserta anak. Hal terpenting adalah siap mengabdikan diri pada masyarakat, agama, dan bangsa.
Doni menegaskan, integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerja sama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, luhur, adil, dan bermartabat bagi manusia, apa pun perbedaan keyakinan yang dimiliki.
Sementara, praktisi pendidikan dari Uhamka, Elin Driana, menganggap bahwa konsep sekolah terpadu lebih memberikan kecakapan serta pengetahuan menyeluruh kepada peserta didik. ”Juga, memberikan pemahaman karakter. Salah satunya melalui agama. Ini tentu saja positif,” tegas dia. Banyak muatan lain yang juga bisa diperoleh peserta didik dengan bersekolah di sekolah terpadu.
Di antaranya, melatih cara bekerja sama dan tanggung jawab. Sebab, peserta didik dibiasakan untuk melalui berbagai metode pembelajaran yang dikembangkan sekolah terpadu. Hal itu tentu sulit ditemukan pada sekolah berkonsep konvensional. Keberhasilan pendidikan peserta didikjugatidakhanyadinilaiolehangka.
Sebagai contoh, ketika sekolah ada kegiatan tahunan kesenian, matematika, dan sebagainya, semua stakeholder sekolah terlibat. Peserta didik juga berupaya menghasilkan kreasi untuk ditampilkan sehingga kecakapan anak semakin terasah. Menurut Elin, pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekadar mengejar masalah kecerdasan. Berbagai potensi anak didik atau subjek belajar lain juga mesti mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal.
Karena itulah, aspek atau faktor rasa atau emosi maupun keterampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, sehingga meningkatkan kualitas SDM yang optimal bagi bangsa dan negara.
Hermansah
Pada Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelaslah bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Penyelenggaraan sistem pendidikan ini merupakan upaya perubahan terencana untuk meningkatkan sumber daya manusia serta dapat membuka pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman mengenai diri maupun lingkungan di sekitarnya, sehingga bermanfaat dalam melakukan perubahan yang lebih baik.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, sekolah terpadu merupakan sebuah pendidikan yang terintegrasi. Artinya, kehidupan siswa dan proses belajar-mengajar berada dalam satu tempat yang sama atau lebih dikenal sebagai boarding school , sehingga terjadi keberlanjutan dalam proses pendidikan. ”Jadi, pembentukan karakternya ada di sana,” ujar dia saat dihubungi. Konsep pendidikan seperti itu sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia.
Terutama di kalangan pelaku pendidikan agama seperti pesantren maupun seminari. Dalam beberapa tahun terakhir konsep pendidikan terpadu juga diadopsi oleh industri pendidikan. Tapi, tidak lagi sekadar menekankan pada pendidikan agama. Sejumlah sekolah internasional di Indonesia pun mulai mengadopsi konsep pendidikan tersebut. Hanya, sepertinya pada saat ini sebagian besar masih pada tahap mengumpulkan siswa dalam satu asrama.
Di mana, pihak sekolah menyiapkan sejumlah tenaga pendidik untuk membina dan memberikan bimbingan kepada siswa. Padahal, sistem tersebut seharusnya juga memperhatikan hal lain, seperti kemampuan melihat psikologis siswa. Hal ini penting untuk membangun pola pendidikan yang berbeda agar bisa membentuk karakter peserta didik. Karena, selain lembaga pendidikan agama belum memiliki pengalaman dalam mengembangkan sistem pendidikan boarding school.
”Tetapi, konsep seperti ini dianggap masihlebihbaikdari konsepkonvensional dalam membangun karakter,” ucap dia. Adanya keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama dianggap salah satu solusi untuk mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang. Sekaligus, mencapai keunggulan pada aspek akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh, dan mantap dalam diri peserta anak. Hal terpenting adalah siap mengabdikan diri pada masyarakat, agama, dan bangsa.
Doni menegaskan, integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerja sama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, luhur, adil, dan bermartabat bagi manusia, apa pun perbedaan keyakinan yang dimiliki.
Sementara, praktisi pendidikan dari Uhamka, Elin Driana, menganggap bahwa konsep sekolah terpadu lebih memberikan kecakapan serta pengetahuan menyeluruh kepada peserta didik. ”Juga, memberikan pemahaman karakter. Salah satunya melalui agama. Ini tentu saja positif,” tegas dia. Banyak muatan lain yang juga bisa diperoleh peserta didik dengan bersekolah di sekolah terpadu.
Di antaranya, melatih cara bekerja sama dan tanggung jawab. Sebab, peserta didik dibiasakan untuk melalui berbagai metode pembelajaran yang dikembangkan sekolah terpadu. Hal itu tentu sulit ditemukan pada sekolah berkonsep konvensional. Keberhasilan pendidikan peserta didikjugatidakhanyadinilaiolehangka.
Sebagai contoh, ketika sekolah ada kegiatan tahunan kesenian, matematika, dan sebagainya, semua stakeholder sekolah terlibat. Peserta didik juga berupaya menghasilkan kreasi untuk ditampilkan sehingga kecakapan anak semakin terasah. Menurut Elin, pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekadar mengejar masalah kecerdasan. Berbagai potensi anak didik atau subjek belajar lain juga mesti mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal.
Karena itulah, aspek atau faktor rasa atau emosi maupun keterampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, sehingga meningkatkan kualitas SDM yang optimal bagi bangsa dan negara.
Hermansah
(ars)