Ratusan Imigran Masih di Tengah Laut

Rabu, 13 Mei 2015 - 10:11 WIB
Ratusan Imigran Masih di Tengah Laut
Ratusan Imigran Masih di Tengah Laut
A A A
BANGKOK - Ratusan imigran kemarin masih terdampar di perairan dekat Thailand dan Malaysia. Mereka membutuhkan pertolongan secepat mungkin, setelah ditinggalkan para pelaku perdagangan manusia.

Proyek Arakan, kelompok yang melindungi hak asasi etnis Rohingya dan mengawasi perjalanan imigran di Teluk Bengal, mengatakan bahwa pihaknya berbicara lewat telepon dengan para imigran Rohingya yang masih berada di atas kapal. Kapal tersebut diperkirakan mengangkut 350 orang, termasuk para wanita dan anak-anak yang ditinggalkan di tengah laut oleh mafia penyelundup manusia asal Thailand.

Mereka mengaku mesinkapalrusak, kemudianpara penyelundupmelarikandiri.”Mereka (para pengungsi) bercerita pada kami bahwa tidak makan dan minum selama tiga hari. Mereka meminta segera diselamatkan,” ungkap Chris Lewa, pendiri Proyek Arakan, dilansir AFP. Dia menambahkan, para pengungsi tidak mengetahui pasti keberadaan mereka, namun diyakini di perairan Thailand dekat perbatasan selatan Malaysia. ”Mereka bilang dapat melihat garis pantai.

Kami menduga mereka dekat dengan pantai,” sambung Lewa. Pihaknya juga menduga masih ada sekitar 8.000 imigran lain yang masih terapung di lautan. Para imigran yang dihubungi via telepon dengan menggu-nakan nomor Thailand, mengatakan bahwa di dalam kapal yang mereka tumpangi ada sedikitnya 50 wanita dan 84 anak. PBB meyakini ada ribuan imigran yang terdampar di lautan tanpa persediaan makanan dan minuman.

Mereka bisa meninggal karena kelaparan jika negaranegara di Asia Tenggara tidak segera menyelamatkan mereka. Kasus penyelundupan manusia di kawasan Asia Tenggara ini muncul ke permukaan setelah otoritas Thailand menemukan kuburan massal yang berisi puluhan jenazah di hutan terpencil yang menjadi tempat penampungan imigran di wilayah selatan yang berbatasan dengan Malaysia.

Penguburan massal ini diyakini dilakukan para penyelundup manusia. Karena aksi mereka mulai terbongkar, para oknum perdagangan manusia ini mengubah jalur pengiriman mereka dan meninggalkan ribuan korban mereka. Sementara itu, Angkatan Laut Indonesia kemarin kembali berhasil menyelamatkan kapal yang membawa ratusan imigran dari Myanmar dan Bangladesh.

Dalam beberapa hari terakhir, hampir 2.000 manusia perahu dari Myanmar dan Bangladesh, termasuk etnis Rohingya, berhasil diselamatkan otoritas Malaysia dan Indonesia. Kebanyakan dari mereka berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Badan mereka kurus dan lemah karena berminggu-minggu di tengah laut tanpa pasokan makanan yang memadahi.

Juru Bicara Kepolisian Thailand Prawut Thavornsiri mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan helikopter di sekitar Laut Andaman untuk menemukan para imigran yang masih terdampar di tengah laut. Kepolisian perairan juga melakukan patroli di wilayah pesisir pantai. ”Kami harus menutup keran penyelundupan manusia ini. Kami harus menghentikan pergerakan mereka,” ucap Thavornsiri, dikutip AFP .

Namun, menurutnya belum ada perahu baru yang terlihat di wilayah selatan perairan Thailand di Ranong dan Satun yang menjadi pintu masuk penyelundupan manusia. Ali Husein, 31, etnis Rohingya asal Myanmar, berhasil selamat setelah berenang ketepi pantai di Malaysia. Seperti halnya yang dilakukan kebanyakan etnis Rohingya, Husein terpaksa melarikan diri untuk menghindari kekerasan sektarian di Myanmar.

”Saya melarikan diri agartetaphidup,” ungkapHusein kemarin. Bersama 800 imigran lain, dia berada di dalam kapal selama 43 hari dengan muatan yang jauh melebihi volume. Mereka terlihat kurus karena kekurangan makanan dan minuman. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan, operasi pencarian dan penyelamatan harus segera dilakukan.

”Diperlukan upaya bantuan regional. Kami tidak memiliki kapasitas untuk mencari mereka, tapi pemerintah memilikinya,” ungkap Joe Lowry, juru bicara IOM cabang Bangkok. Lowry mengatakan, merekayangmasih terdampar di lautan mungkin dalam kondisi parah atau mungkin tewas dalam waktu dekat.

Arvin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7629 seconds (0.1#10.140)