Asing Puji Teknologi Industri Pertahanan Indonesia

Minggu, 06 November 2016 - 21:09 WIB
Asing Puji Teknologi...
Asing Puji Teknologi Industri Pertahanan Indonesia
A A A
JAKARTA - Selama empat hari, 2-5 November 2016, kawasan JIExpo Kemayoran, Jakarta, ramai oleh pengunjung lokal dan luar negeri. Mereka ingin menyaksikan pergelaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam Indo Defence 2016.

Beberapa pengunjung mengabadikan momen bersama dengan alutsista produksi dalam negeri, seperti tank boat, senjata buatan PT Pindad (Persero), dan pesawat tanpa awak rakitan PT Dirgantara Indonesia.

Ketua Panitia Pelaksana Indo Defence 2016 Brigadir Jenderal TNI Jan Pieter Ate mengatakan, melalui pergelaran yang sudah ketujuh kalinya, sejatinya teknologi industri pertahanan dalam negeri sudah canggih. "Hampir semua bidang baik land forces, naval, dan aerospace, teknologi kita meningkat besar. Meski ada beberapa yang impor, kita tidak lagi ketergantungan. Kita bisa produksi sendiri," katanya kepada SINDOnews, Minggu (6/11/2016).

Jan menjelaskan bahwa penguasaan teknologi angkatan bersenjata Indonesia sudah canggih. Ia pun mencontohkan, dulu hanya mengenal Industri Pertahanan melalui PT Pindad yang memproduksi senapan SS1, Pistol P1, dan Amunisi Kaliber Kecil. "Sekarang industri pertahanan kita sudah mampu memproduksi kapal perang sampai dengan kelas Strategic Sealift Vessel (SSV) yang panjangnya 123 meter, " kata Jan.

Menurut dia, PT Pindad dan industri swasta bahkan sudah mampu memproduksi bom udara dan pesawat tanpa awak serta roket, meskipun belum guided. Saat ini industri pertahanan sedang berusaha untuk menguasai teknologi peluru kendali.

Sementara, PT Dirgantara Indonesia bersama BUMN dan industri pertahanan swasta dalam negeri lainnya juga telah memiliki kemampuan mengembangkan pesawat tanpa awak (drone) berjenis rotary wing dan fixed wing. Banyak kalangan menilai industri pertahanan lokal sudah menguasai teknologi defense system, combat management seperti kapal perang dan pesawat, juga battle management untuk ground forces.

Dengan keberadaan Indo Defence 2016, semakin membangun kepercayaan diri bagi industri pertahanan dalam negeri. Bahkan, kata Jan, para peserta asing memuji teknologi industri pertahanan Indonesia. Hal ini terbukti dari penyelenggaraan selama empat hari, terjadi 20 kerja sama pertahanan government to business maupun business to business (B to B).

Bahkan, lanjut Jan, dalam Indo Defence 2016 terjadi penandatangan kontrak senilai 1 juta dolar AS antara pembeli dan penjual. Namun, Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan itu enggan merinci transaksi tersebut.

Yang jelas, sambung dia, dalam kerja sama industri pertahanan dengan asing harus berbasis mutual benefit, ada transfer teknologi. "Dan, pengalaman saya bekerja sama pertahanan dengan luar negeri, mereka menyatakan 10-15 tahun mendatang, Indonesia akan tumbuh jadi kekuatan besar di kawasan Asia. Maka siapa yang tidak membangun hubungan dengan kita dari sekarang, mereka akan terlambat," ujarnya.

Seiring dengan peningkatan kemampuan teknologi industri pertahanan dalam negeri, Jan berharap pemerintah memberi insentif dan penugasan dalam bentuk regulasi, seperti pembebasan pajak impor untuk komponen industri pertahanan atau membeli produk industri pertahanan lokal.

Pemerintah juga menugaskan TNI menggunakan produk dalam negeri sehingga ada kepastian dari industri lokal, yang menghasilkan return of investment untuk mengembangkan skill of business mereka. Dengan demikian, industri pertahanan lokal akan menciptakan inovasi-inovasi dalam teknologi militer terbaru.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1116 seconds (0.1#10.140)