Mantan Anak Buah Buka-bukaan Masa Lalu Doni Monardo, Terharu sampai Air Mata Tumpah
loading...
A
A
A
Pelan Doni bicara. “Nainggolan, kau tidak boleh sakit. Coba katakan, kamu ingin makan apa. Coba pikirkan, makanan apa yang sangat ingin kamu makan saat ini,” kata Nainggolan menirukan bujukan komandannya.
Sungguh tak karuan perasaan Nainggolan. Ia sangat segan didatangi dan diperhatikan komandannya sedemikian rupa. Lama ia termenung, hingga akhirnya terlintas pikiran makanan kesukaannya di Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, yakni mi gomak.
Mi Gomak adalah makanan khas suku Batak Toba dari Sumatera Utara. Masakan khas ini bisa ditemui di daerah sekitar Danau Toba, mulai dari Porsea, Balige, Laguboti, Tarutung, hingga Tapanuli Selatan.
Disebut mi gomak karena dahulu ketika mi akan disajikan ke piring, minya “digomak” atau diremas langsung menggunakan tangan. Bentuknya mirip spaghetti (mi lidi), dimasak berkuah santan bumbu andaliman.
Doni sempat mengernyitkan dahi demi mendengar nama menu yang disebut Nainggolan. Ia seketika menoleh ke Kapten Purba yang mendampinginya. “Nah, Purba, kau cari sampai dapat mi gomak untuk Nainggolan, biar dia sembuh dan besok bisa bertanding,” perintah Letkol Doni kepada Kapten Purba.
Kapten Purba mengangkat tangan hormat sambil menjawab, “Siap!” Balik kanan dan menghambur ke luar barak, mencari mie gomak
Usai Kapten Purba pergi, Doni sejenak menemani Nainggolan, dan minta ia istirahat. Tenangkan pikiran, sambil menunggu mi gomak kesukaannya, yang sedang dicarikan oleh Kapten Purba.
“Jujur, perasaan saya campur-aduk, antara segan, takut, khawatir…. Bayangkan, di mana mencari mi gomak malam-malam begini. Di Cilodong pula!” kata Nainggolan, ekspresinya serius.
Mujur tak dapat ditolak, Purba berhasil mendapatkan mi gomak pesanan Nainggolan. Nainggolan sempat berpikir, ada kemungkinan Purba keliling Jakarta.
Sebab, sebelum dinas di Batalyon 741, ia pernah dinas di wilayah Jakarta. Kemungkinan kedua, sebagai orang Batak, ia tak kurang akal untuk mencari orang Batak lain yang bisa menyiapkan mi gomak malam itu juga.
Entahlah. Nainggolan sendiri tak pernah mengetahui bagaimana “perjuangan” Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya untuk mencarikan mi gomak bagi kesembuhan Nainggolan.
Yang ia tahu, Letkol Doni dan Kapten Purba kembali mendatangi tempat tidurnya, dan menenteng sebungkus mi gomak. “Nah, ini makanan yang sangat kamu inginkan. Sekarang makanlah selagi hangat. Pakaianmu biar Kapten Purba yang menyiapkan. Sepatumu, biar Kapten Purba yang menyemir,” kata Doni, lalu melempar pandang ke Kapten Purba.
Sigap Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya. Ia pun menyemir sepatu Nainggolan hingga kinclong. “Di situ saya tak kuasa menahan air mata. Betapa besar perhatian komandan saya, Pak Doni Monardo, dan juga perwira Pasiops saya, Pak Purba. Pangkat saya hanya Prajurit Satu, beliau-beliau perwira,” kata Purba.
Matanya berkaca-kaca. Seketika, Nainggolan merasa segar kembali. Demamnya menguap. Perhatian komandan dan perwira di Batalyon 741, ia rasakan benar-benar membesarkan hatinya. Kini ia bisa menyimpulkan, Doni Monardo sangat pandai membangun kesatuan. Doni seorang yang tulus dimana Nainggolan.
“Saat itu, suasananya benar-benar tidak ada kesenjangan antara perwira dan tamtama. Misi adalah segala-galanya. Hati saya seketika merasa membesar, semangat menyala-nyala, ingin rasanya malam segera berlalu, datang pagi dan bertanding. Saya akan berikan yang terbaik bagi komandan, bagi batalyon,” kata Nainggolan berapi-api.
Perhatian Doni tidak berhenti sampai di situ. Pagi-pagi sekali, ia sudah mendatangi barak prajurit, dan memastikan semua BAB. “Itu keharusan. Setiap pagi, kami semua para atlet wajib BAB. Kata komandan, supaya tidak demam panggung saat mulai tanding. Bayangkan, soal-soal kecil seperti itu pun beliau perhatikan,” kata Nainggolan pula.
Saat bertanding pun tiba. Hasilnya, sungguh luar biasa. Nainggolan, tamtama berpangkat prajurit satu dari batalyon “antah berantah” berhasil menyisihkan para penembak otomatis kesatuan lain, dan berhasil menembus papan atas, dengan meraih Juara III. Dua juara di atasnya direbut Kopassus (Juara I), dan Divisi I Kostrad (Juara II).
Salam Wirotama
Kenangan manis yang akan terbawa hingga akhir hayat. “Tahun 2001 beliau pindah menjadi Dandenma Paspampres (2001-2003), posisinya digantikan Mayor Inf Ganip Warsito,” katanya.
Nainggolan sendiri tetap di Singaraja. Tahun 2010, Nainggolan pindah tugas ke Kodim Karo, Sumatera Utara. “Waktu kejadian erupsi Gunung Sinabung pertama tahun 2010, saya pas di sini,” katanya.
Sungguh tak karuan perasaan Nainggolan. Ia sangat segan didatangi dan diperhatikan komandannya sedemikian rupa. Lama ia termenung, hingga akhirnya terlintas pikiran makanan kesukaannya di Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, yakni mi gomak.
Mi Gomak adalah makanan khas suku Batak Toba dari Sumatera Utara. Masakan khas ini bisa ditemui di daerah sekitar Danau Toba, mulai dari Porsea, Balige, Laguboti, Tarutung, hingga Tapanuli Selatan.
Disebut mi gomak karena dahulu ketika mi akan disajikan ke piring, minya “digomak” atau diremas langsung menggunakan tangan. Bentuknya mirip spaghetti (mi lidi), dimasak berkuah santan bumbu andaliman.
Doni sempat mengernyitkan dahi demi mendengar nama menu yang disebut Nainggolan. Ia seketika menoleh ke Kapten Purba yang mendampinginya. “Nah, Purba, kau cari sampai dapat mi gomak untuk Nainggolan, biar dia sembuh dan besok bisa bertanding,” perintah Letkol Doni kepada Kapten Purba.
Kapten Purba mengangkat tangan hormat sambil menjawab, “Siap!” Balik kanan dan menghambur ke luar barak, mencari mie gomak
Usai Kapten Purba pergi, Doni sejenak menemani Nainggolan, dan minta ia istirahat. Tenangkan pikiran, sambil menunggu mi gomak kesukaannya, yang sedang dicarikan oleh Kapten Purba.
“Jujur, perasaan saya campur-aduk, antara segan, takut, khawatir…. Bayangkan, di mana mencari mi gomak malam-malam begini. Di Cilodong pula!” kata Nainggolan, ekspresinya serius.
Mujur tak dapat ditolak, Purba berhasil mendapatkan mi gomak pesanan Nainggolan. Nainggolan sempat berpikir, ada kemungkinan Purba keliling Jakarta.
Sebab, sebelum dinas di Batalyon 741, ia pernah dinas di wilayah Jakarta. Kemungkinan kedua, sebagai orang Batak, ia tak kurang akal untuk mencari orang Batak lain yang bisa menyiapkan mi gomak malam itu juga.
Entahlah. Nainggolan sendiri tak pernah mengetahui bagaimana “perjuangan” Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya untuk mencarikan mi gomak bagi kesembuhan Nainggolan.
Yang ia tahu, Letkol Doni dan Kapten Purba kembali mendatangi tempat tidurnya, dan menenteng sebungkus mi gomak. “Nah, ini makanan yang sangat kamu inginkan. Sekarang makanlah selagi hangat. Pakaianmu biar Kapten Purba yang menyiapkan. Sepatumu, biar Kapten Purba yang menyemir,” kata Doni, lalu melempar pandang ke Kapten Purba.
Sigap Kapten Purba melaksanakan perintah komandannya. Ia pun menyemir sepatu Nainggolan hingga kinclong. “Di situ saya tak kuasa menahan air mata. Betapa besar perhatian komandan saya, Pak Doni Monardo, dan juga perwira Pasiops saya, Pak Purba. Pangkat saya hanya Prajurit Satu, beliau-beliau perwira,” kata Purba.
Matanya berkaca-kaca. Seketika, Nainggolan merasa segar kembali. Demamnya menguap. Perhatian komandan dan perwira di Batalyon 741, ia rasakan benar-benar membesarkan hatinya. Kini ia bisa menyimpulkan, Doni Monardo sangat pandai membangun kesatuan. Doni seorang yang tulus dimana Nainggolan.
“Saat itu, suasananya benar-benar tidak ada kesenjangan antara perwira dan tamtama. Misi adalah segala-galanya. Hati saya seketika merasa membesar, semangat menyala-nyala, ingin rasanya malam segera berlalu, datang pagi dan bertanding. Saya akan berikan yang terbaik bagi komandan, bagi batalyon,” kata Nainggolan berapi-api.
Perhatian Doni tidak berhenti sampai di situ. Pagi-pagi sekali, ia sudah mendatangi barak prajurit, dan memastikan semua BAB. “Itu keharusan. Setiap pagi, kami semua para atlet wajib BAB. Kata komandan, supaya tidak demam panggung saat mulai tanding. Bayangkan, soal-soal kecil seperti itu pun beliau perhatikan,” kata Nainggolan pula.
Saat bertanding pun tiba. Hasilnya, sungguh luar biasa. Nainggolan, tamtama berpangkat prajurit satu dari batalyon “antah berantah” berhasil menyisihkan para penembak otomatis kesatuan lain, dan berhasil menembus papan atas, dengan meraih Juara III. Dua juara di atasnya direbut Kopassus (Juara I), dan Divisi I Kostrad (Juara II).
Salam Wirotama
Kenangan manis yang akan terbawa hingga akhir hayat. “Tahun 2001 beliau pindah menjadi Dandenma Paspampres (2001-2003), posisinya digantikan Mayor Inf Ganip Warsito,” katanya.
Nainggolan sendiri tetap di Singaraja. Tahun 2010, Nainggolan pindah tugas ke Kodim Karo, Sumatera Utara. “Waktu kejadian erupsi Gunung Sinabung pertama tahun 2010, saya pas di sini,” katanya.
Lihat Juga :