Kak Seto: Perlunya Desain Perlindungan Anak dari Virus Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme

Sabtu, 23 Juli 2022 - 12:11 WIB
loading...
Kak Seto: Perlunya Desain Perlindungan Anak dari Virus Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme
Ketua Umum LPAI, Prof Dr H Seto Mulyadi mengatakan diperlukan desain perlindungan yang masif bagi anak guna terhindar dari virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kini radikalisme dan terorisme kerap ditanamkan sejak dini kepada anak-anak baik di lingkungan sekolah, pertemanan maupun keluarga. Proses radikalisasi di usia dini sengaja dilakukan karena anak memiliki daya reseptif yang kuat dalam menerima berbagai hal baru. Sehingga diperlukan desain perlindungan yang masif bagi anak guna terhindar dari virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

Hal serupa turut dikatakan oleh Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Prof Dr H Seto Mulyadi S.Psi, M.Si, Psikolog. Menurutnya, desain perlindungan yang terbaik bagi anak dari virus tersebut adalah dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman sejak dini kepada anak.

“Dengan menanamkan pada anak-anak bahwa setiap anak itu berbeda, unik, otentik dan tak terbandingkan. Sehingga anak-anak itu dari kecil belajar dan diajarkan untuk saling menghargai perbedaan,” ujar dia dalam keterangan resminya, Sabtu (23/7/2022).

Dirinya melanjutkan dengan cara demikian maka setelah dewasa, anak tidak akan memaksakan kehendaknya atau keinginannya sendiri, tapi dia nantinya akan bisa menghargai pandangan dan perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Karena manakala virus radikalisme dan intoleransi ini ditanamkan pada anak sejak usia dini, maka mereka akan menerima pandangan-padangan yang keliru mengenai persatuan bangsa, tentunya hal ini sangat berbahaya sekali,” jelas pria yang akrab disapa Kak Seto ini.

Pasalnya pria yang juga seorang Psikolog Anak ini menilai, hal tersebut akan berakibat fatal tatkala menyerang anak-anak muda yang nantinya menjadi penerus perjuangan dan pembangunan di negeri ini. Terlebih, kelompok radikal dewasa ini kerap menarget anak-anak sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi.

“Karena para radikalis itu memang menuju ke anak-anak. Dimana anak-anak ini sangat mudah untuk dipengaruhi, dibohongi, diputarbalikkan dan sebagainya yang seolah-olah sebagai suatu yang penuh dengan kasih saying,” papar Kak Seto.

Dia juga mengkritisi fakta bahwa radikalisme pada anak justru datang dari dunia pendidikan, baik informal maupun formal pada sekolah-sekolah yang didesain khusus untuk kaderisasi kelompok yang menginginkan ideologi selain Pancasila.

“Baik itu pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan non-formal mungkin yang mungkin dapat terjadi di dalam pertemuan-pertemuan seperti RT/RW dan sebagainya. Tentunya ini yang harus diwaspadai dalam memilih sekolah atau lembaga pendidikan agar para orang tua tidak salah pilih dalam menyekolahkan anak-anak kita,” tutur Guru Besar bidang Ilmu Psikologi Universitas Gunadarma ini.

Sehingga hal ini tentu harus menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak namun juga lembaga pendidikan formal, para guru, dan masyarakat luas harus menyadari urgensi dalam menjaga anak dari pengaruh paham radikal.

“Tentunya ya kita semua. Ibaratnya dalam melindungi anak ini perlu orang sekampung. Pertama adalah keluarga, orang tua dalam hal ini. Kedua adalah sistem pendidikan di sekolah dan para guru. Kemudian yang ketiga adalah juga masyarakat luas untuk saling melindungi anak-anak kita. Dan kemudian berikutnya yang kelima adalah pemerintah,” papar dia.

Pria yang meraih gelar Doktor bidang Psikologi dari Universitas Indonesia ini juga menjelaskan untuk memaksimalkan perlindungan anak maka perlu juga ditanamkan rasa percaya diri, bersyukur dan menghargai diri sendiri serta orang lain agar tidak mudah terbawa pengaruh virus radikalisme.

“Tentunya anak-anak harus belajar percaya diri, belajar penuh rasa syukur, menghargai potensi masing-masing dan kemudian juga belajar juga menghargai orang lain. Untuk itu di dalam keluarga mohon dibiasakan orang tua juga tidak memaksakan suatu prestasi tertentu,” terangnya.

Tetapi dirinya juga mengingatkan bahwa orang tua harus paham dan juga menghargai bahwa setiap anak cerdas pada bidangnya masing-masing, mungkin seperti ada yang pintar matematika, ada yang pintar menyanyi, pintar menari, pintar menggambar, pintar olahraga dan sebagainya. Potensi-potensi yang dimiliki masing masing anak seperti itu yang harusnya orang tua juga bisa menghargai.

Untuk itu, LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) juga melakukan upaya nyata guna melindungi anak dari paham tersebut, yakni dengan memberikan penyuluhan bagi para orang tua, guru dan remaja mengenai pentingnya membangun karakter anak sejak dini, yaitu Karakter Profil Pelajar Pancasila.

“Pertama akhlak mulia, kemudian kebhinekaan global dimana anak-anak dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas, dan identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain,” ucapnya.

Ketiga, gotong royong, mandiri, kritis, dimana anak-anak diharapkan akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang kemudian diolah menjadi inovasi baru yang bermanfaat bagi banyak orang, dan yang terakhir Kreatif.

“Selain itu kami juga aktif mengadakan seminar, webinar dan talk show. Dimana hal itu kami lakukan dengan bekerja sama dengan beberapa Kementerian/Lembaga pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga dengan lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta serta bersama LPAI yang ada di daerah,” jelas pria yang juga pendiri sekolah alternatif Homeschooling Kak Seto (HSKS) ini.

Terakhir, guna memaksimalkan upaya LPAI dalam perlindungan anak dari virus radikalisme, pihaknya juga akan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai stakeholder dalam penanggulangan paham radikal terorisme dan intoleransi di Indonesia.

“Karena bagaimanapun juga kita semua wajib untuk melindungi anak-anak kita dari paham berbahaya tersebut demi mewujudkan anak-anak yang nantimya dapat memajukan dan membangun negeri ini,” tutup Kak Seto.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2035 seconds (0.1#10.140)