BMKG Dorong Negara Lain Cepat Bentuk Tsunami Ready Community

Minggu, 19 Juni 2022 - 05:31 WIB
loading...
BMKG Dorong Negara Lain Cepat Bentuk Tsunami Ready Community
Kapala BMKG Dwikorita Karnawati saat bersidang di Kantor Pusat UNESCO di Paris. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) Dwikorita Karnawati mendorong negara-negara di dunia mempercepat terbentuknya Tsunami Ready Community. Dengan begitu, masyarakat akan senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman tsunami.

Hal itu disampaikan Dwikorita saat bersidang di Kantor Pusat UNESCO di Paris. Dwikorita saat ini juga menjabat sebagai Chair of Intergovernmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (Chair ICG/IOTWMS). Hadir dalam persidangan dunia itu Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Prof Ismunandar dan Koordinator Penyiapan Tsunami Ready dari BMKG, Suci Dewi Anugra.

Tsunami Ready Community adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC. Harapannya, masyarakat senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.



Di Indonesia, Tanjung Benoa menjadi komunitas pertama yang mendapatkan pengakuan internasional dari UNESCO Intergovernmental Oceanographic Commission (UNESCO-IOC) sebagai Tsunami Ready Community.

Dwikorita menekankan bahwa predikat Tsunami Ready Community akan tercapai apabila semua pihak terlibat dengan berkolaborasi dan bersinergi, sehingga 12 indikator yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik. Yakni telah dipetakan dan didesain zona bahaya tsunami; jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi; sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, dan politik teridentifikasi; serta adanya peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.

Selain itu, informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik; sosialisasi, kesadaran masyarakat, dan edukasi tersedia dan terdistribusi; sosialisasi atau kegiatan edukasi minimal diselenggarakan 3 kali dalam satu tahun; pelatihan bagi dan oleh Komunitas Tsunami diadakan minimal 2 tahun sekali; disetujuinya rencana respons darurat komunitas tsunami; serta tersedianya kapasitas untuk pengelolaan operasional respons darurat saat tsunami terjadi.

Baca juga: Video Awan Seperti Tsunami Bergerak di Atas Perumahan Buat Kagum Netizen

Indikator lainnya, tambah Dwikorita, yaitu tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan dini tsunami dari otoritas yang berwenang (BPBD) selama 24 jam secara tepat waktu; dan tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik setempat secara tepat waktu.

"Butuh keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat terwujudnya Tsunami Ready Community ini. Tidak hanya pemerintah, tapi juga pihak swasta, akademisi, komunitas, termasuk rekan-rekan media di dalamnya," ungkap Dwikorita di ajang pertemuan tahunan Intergovernmental Oceanographic Commission-Executive Council (IOC-EC) ke 55 yang di gelar di Paris, 14-17 Juni 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita juga menyampaikan bahwa ICG/IOTWMS yang dipimpinnya telah mendukung dan berperan aktif dalam Tsunami Ready Program yang telah diusung UNESCO-IOC, sebagai bentuk dukungan dalam mewujudkan SAFE OCEAN melalui program UN Decade on Ocean Science. Saat ini di wilayah Indian Ocean 3 komunitas telah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai Tsunami Ready Community, salah satunya adalah komunitas Tanjung Benoa Bali. Pengukuhan Tanjung Benoa dilaksanakan pada momen pertemuan Global Platform on Disaster Risk Reduction (GPDRR) Mei 2022 lalu, sebagai promosi untuk menggencarkan kegiatan tersebut.

Selanjutnya, Dwikorita menyebut bahwa Tsunami Ready dapat diimplementasikan di berbagai sektor tidak hanya sektor pariwisata. Di Indonesia, BMKG bersama Pengelola Bandara (PT Angkasa Pura) telah menerapkan program Tsunami Ready tersebut untuk infrastruktur kritis di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo dan di Bandara Ngurah Rai Bali, dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

BMKG sebagai Ketua dari ICG/IOTWMS bahkan telah berinisiasi bersama BNPB, BSN dan UGM, dalam menyusun Standard Internasional baru, yaitu ISO 22328-3 tentang Community Based-Tsunami Early Warning System, sebagai guide line (panduan) bagi sektor bisnis dan pemerintah kota yang memiliki risiko tsunami, agar menjadikan Program Tsunami Ready menjadi bagian dari proses bisnis atau operasional rutin mereka.

Indonesia juga menyampaikan dukungan atas UN Decade of Ocean Science, dan berterima kasih atas approval UNESCO terhadap proposal BMKG untuk dua kegiatan yaitu Sekolah Lapang Cuaca Nelayan dan Pengembangan Pemodelan Tsunami Non Seismik.

Dwikorita menegaskan pada forum tersebut perlunya kerja sama antara IOC dan World Meteorological Organisation (WMO), agar data kelautan yang ada dalam koordinasi dua organisasi UN tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik, guna mengantisipasi potensi multibencana.

Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BMKG Nelly Florida Riama mengatakan bahwa lembaganya telah menjadi Specialist Training Center yang merupakan bagian dari Ocean Teacher Global Academy (OTGA). Pusdiklat BMKG telah berhasil melaksanakan training Tsunami Ready dan Ocean Forecast System pada 2021, yang akan kembali dilaksanakan pada 2022 ini.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1700 seconds (0.1#10.140)