I Gusti Ngurah Rai, Jenderal Perang Puputan yang Tak Kenal Takut

Minggu, 30 Januari 2022 - 11:01 WIB
loading...
A A A
Pertempuran Akhir

I Gusti Ngurah Rai adalah pemimpin dalam perang Puputan Margarana atau pertempuran habis-habisan pada 20 November 1946. Perang ini dipicu kekecewaan Ngurah Rai dan rakyat Bali atas tidak diakuinya kedaulatan Bali sebagai bagian dari Indonesia. Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto Indonesia di wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera.

Ngurah Rai lalu memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA di Kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada malam hari menjelang 20 November 1946 dan berhasil baik. Ketika itu, pasukannya berhasil merebut beberapa pucuk senjata beserta pelurunya.



Segera setelah itu, pasukan Ngurah Rai kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946, tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi, mulailah terjadi tembak - menembak antara pasukan NICA dengan pasukan Ngurah Rai.

Pada pertempuran tersebut pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari Makassar.

Tetapi pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Tanpa merasa takut sedikit pun, Ngurah Rai kembali memimpin pasukannya menghadapi pasukan Belanda yang jumlahnya lebih banyak dan didukung persenjataan modern.

Ngurah Rai mengadakan "puputan" atau perang habis-habisan di Desa Margarana. Hingga akhirnya, pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya Belanda kehilangan lebih kurang 400 orang tentaranya yang terlatih.
(muh)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)