Hadapi Bioterrorism, Ini Saran Siti Fadilah untuk Menhan sampai Panglima TNI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mencurigai apa yang disebut sebagai pandemi Covid-19 saat ini sebagai bioterrorism. Pelakunya bukanlah sebuah negara melainkan non-state actor. Sangat mungkin serangan yang sama bisa dilakukan lagi di masa depan.
Karena itu, dia meminta Indonesia bersiap menghadapi kemungkinan tersebut sehingga tidak gagap seperti terjadi pada saat serangan virus Corona. Salah satu persiapan itu adalah melakukan riset virus. ”Indonesia ini kaya virus, sangat banyak. Dan itu adalah kekuatan,” ujar Siti Fadilah dalam video youtube Akbar Faizal, dikutip Selasa (14/12/2021).
Untuk sampai ke sana, dia menyarankan agar jajaran pemerintah mulai menko polhukam, sampai panglima TNI bisa berdiskusi dan merumuskan langkah-langkah stretegis.
”Saya tidak tahu apakah kementerian pertahanan dengan kementerian kesehatan bekerja sama berpikir mengembangkan sesuatu untuk menghadapi bioweapon. Tetapi itu harus dilakukan. Menteri pertahanan, BIN, menko polhukam, terus panglima TNI, itu harus bergerak dalam satu barisan dan memahami apa yang sedang terjadi,” ujar menteri era Presiden SBY tersebut.
Sebelumnya, Siti Fadilah berpendapat bahwa virus Corona adalah bioweapon. Pendapatnya itu didasarkan pada alasan bahwa International Health Regulation yang menjadi pedoman WHO mengatur bahwa pandemi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid-19 berarti dari kelelawar ke kelelawar. Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
”Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia. Tapi dari kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ada yang tahu,” tutur Siti Fadilah.
Sejak awal munculnya virus Corona memang telah ada kecurigaan beberapa kalangan mengenai kecurigaan Siti Fadilah. Terlebih lagi, Corona muncul di tengah persaingan politik ekonomi yang sangat sengit antara Amerika Serikat dan China.
”AS dan China kan berantem. Keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus. Tetapi mereka semua membantah dan mengaku juga sebagai korban. Ini AS dan China sebagai government ya. Lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya. Tetapi ada yang menyebut sebagai non-state actor,” kata dia.
Karena itu, dia meminta Indonesia bersiap menghadapi kemungkinan tersebut sehingga tidak gagap seperti terjadi pada saat serangan virus Corona. Salah satu persiapan itu adalah melakukan riset virus. ”Indonesia ini kaya virus, sangat banyak. Dan itu adalah kekuatan,” ujar Siti Fadilah dalam video youtube Akbar Faizal, dikutip Selasa (14/12/2021).
Untuk sampai ke sana, dia menyarankan agar jajaran pemerintah mulai menko polhukam, sampai panglima TNI bisa berdiskusi dan merumuskan langkah-langkah stretegis.
”Saya tidak tahu apakah kementerian pertahanan dengan kementerian kesehatan bekerja sama berpikir mengembangkan sesuatu untuk menghadapi bioweapon. Tetapi itu harus dilakukan. Menteri pertahanan, BIN, menko polhukam, terus panglima TNI, itu harus bergerak dalam satu barisan dan memahami apa yang sedang terjadi,” ujar menteri era Presiden SBY tersebut.
Sebelumnya, Siti Fadilah berpendapat bahwa virus Corona adalah bioweapon. Pendapatnya itu didasarkan pada alasan bahwa International Health Regulation yang menjadi pedoman WHO mengatur bahwa pandemi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid-19 berarti dari kelelawar ke kelelawar. Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
”Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia. Tapi dari kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ada yang tahu,” tutur Siti Fadilah.
Sejak awal munculnya virus Corona memang telah ada kecurigaan beberapa kalangan mengenai kecurigaan Siti Fadilah. Terlebih lagi, Corona muncul di tengah persaingan politik ekonomi yang sangat sengit antara Amerika Serikat dan China.
”AS dan China kan berantem. Keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus. Tetapi mereka semua membantah dan mengaku juga sebagai korban. Ini AS dan China sebagai government ya. Lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya. Tetapi ada yang menyebut sebagai non-state actor,” kata dia.
(muh)