11.405 Anak Kehilangan Orang Tua Selama Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Sosial (Kemensos) mencatat sebanyak 11.405 anak-anak kehilangan orang tuanya selama pandemi Covid-19.
Menurut Menteri Sosial, Tri Rismaharini, pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan, termasuk bagi anak-anak. Selain takut terpapar Covid-19, anak-anak juga kerap berpotensi kehilangan orang-orang terdekat yang meninggal akibat Covid-19.
"Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu," kata Menteri Sosial, Tri Rismaharini dikutip dalam laman resmi Kementerian Sosial, Minggu (08/08/2021).
Baca juga: Pesan Menyentuh 2 Anak Yatim Piatu di Tangerang yang Kehilangan Orang Tua karena Terpapar Covid-19
Selain itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga mencatat terdapat sebanyak 350.000 anak yang terpapar Covid-19. Sebanyak 777 di antaranya harus meninggal dunia. "Tingkat risiko anak sangat tinggi untuk terpapar Covid-19. Karena itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan percepatan vaksinasi bagi anak-anak minimal usia 12 tahun," kata Risma.
Risma menjelaskan, Balai/Loka Rehabilitasi Sosial dan Pendamping Rehabilitasi Sosial telah mendapatkan laporan mengenai anak-anak ditinggal orang tua yang meninggal karena terpapar Covid-19. Nantinya Kemensos akan bekerja sama oleh beberapa pihak seperti Satuan Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) untuk mengumpulkan data tersebut.
"Sejauh ini data akurat by name by adress terkait anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orangtuanya meninggal karena terpapar Covid-19 masih dalam proses pengumpulan oleh tim kami di lapangan. Namun demikian, para pendamping juga telah melaksanakan respons kasus untuk anak-anak tersebut," kata Risma.
Baca juga: Pemprov DKI Siapkan Bantuan bagi Anak Yatim Piatu karena Pandemi Covid-19
"Respons terhadap anak-anak tersebut dilakukan secepat mungkin dan dalam kesempatan pertama," katanya.
Kemensos juga telah memberikan dukungan secara langsung melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Nantinya program ini akan mencakup pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti bantuan obat-obatan, vitamin, tes swab/PCR, vaksinasi dan kebutuhan dasar anak lainnya, termasuk memberikan konseling kepada anak-anak dan keluarganya.
Risma juga telah mereunifikasi anak dengan keluarga besarnya, memfasilitasi pengasuhan alternatif melalui pengasuhan oleh orang tua asuh (foster care)/wali/pengangkatan anak dan pengasuhan anak melalui panti-panti. Hal ini untuk mencegah anak kehilangan hak pengasuhannya.
"Kemarin kita sudah mereunifikasi salah seorang anak bernama Vino (10) yang tinggal di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ia menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal terpapar Covid-19. Didampingi oleh Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) dan Tim Respons Darurat Balai Budi Luhur Banjarbaru beserta pihak Dinas Sosial setempat Vino berhasil dijemput oleh Kakeknya yang berasal dari Sragen untuk selanjutnya diasuh oleh keluarga besar," kata Risma.
"Tidak hanya di Kutai Barat, hingga saat ini kami sudah melakukan respons cepat terhadap anak-anak yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 di antaranya di Kutai Kartanegara, Samarinda, Sukoharjo, Purwakarta, Bekasi dan Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, tidak menutup kemungkinan kami juga akan merespons anak-anak di wilayah lainnya sesuai dengan laporan yang diterima," katanya.
Risma menegaskan Kemensos akan membantu keluarga besar anak untuk mengatasi kesulitan dalam mengasuh anak. Pihaknya juga akan memberikan layanan terapi melalui ATENSI berupa terapi fisik, psikososial dan mental spiritual untuk mengatasi perasaan sedih karena kehilangan orang tua akibat Covid-19 dan membangkitkan kembali semangat mereka untuk melanjutkan hidupnya.
"Tentunya kegiatan ini akan melibatkan kerjasama lembaga/instansi terkait seperti NGO dan sektor pemerintahan yang bertanggungjawab dalam menangani hal tersebut," katanya.
Menurut Menteri Sosial, Tri Rismaharini, pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan, termasuk bagi anak-anak. Selain takut terpapar Covid-19, anak-anak juga kerap berpotensi kehilangan orang-orang terdekat yang meninggal akibat Covid-19.
"Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu," kata Menteri Sosial, Tri Rismaharini dikutip dalam laman resmi Kementerian Sosial, Minggu (08/08/2021).
Baca juga: Pesan Menyentuh 2 Anak Yatim Piatu di Tangerang yang Kehilangan Orang Tua karena Terpapar Covid-19
Selain itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga mencatat terdapat sebanyak 350.000 anak yang terpapar Covid-19. Sebanyak 777 di antaranya harus meninggal dunia. "Tingkat risiko anak sangat tinggi untuk terpapar Covid-19. Karena itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan percepatan vaksinasi bagi anak-anak minimal usia 12 tahun," kata Risma.
Risma menjelaskan, Balai/Loka Rehabilitasi Sosial dan Pendamping Rehabilitasi Sosial telah mendapatkan laporan mengenai anak-anak ditinggal orang tua yang meninggal karena terpapar Covid-19. Nantinya Kemensos akan bekerja sama oleh beberapa pihak seperti Satuan Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) untuk mengumpulkan data tersebut.
"Sejauh ini data akurat by name by adress terkait anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orangtuanya meninggal karena terpapar Covid-19 masih dalam proses pengumpulan oleh tim kami di lapangan. Namun demikian, para pendamping juga telah melaksanakan respons kasus untuk anak-anak tersebut," kata Risma.
Baca juga: Pemprov DKI Siapkan Bantuan bagi Anak Yatim Piatu karena Pandemi Covid-19
"Respons terhadap anak-anak tersebut dilakukan secepat mungkin dan dalam kesempatan pertama," katanya.
Kemensos juga telah memberikan dukungan secara langsung melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Nantinya program ini akan mencakup pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti bantuan obat-obatan, vitamin, tes swab/PCR, vaksinasi dan kebutuhan dasar anak lainnya, termasuk memberikan konseling kepada anak-anak dan keluarganya.
Risma juga telah mereunifikasi anak dengan keluarga besarnya, memfasilitasi pengasuhan alternatif melalui pengasuhan oleh orang tua asuh (foster care)/wali/pengangkatan anak dan pengasuhan anak melalui panti-panti. Hal ini untuk mencegah anak kehilangan hak pengasuhannya.
"Kemarin kita sudah mereunifikasi salah seorang anak bernama Vino (10) yang tinggal di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ia menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal terpapar Covid-19. Didampingi oleh Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) dan Tim Respons Darurat Balai Budi Luhur Banjarbaru beserta pihak Dinas Sosial setempat Vino berhasil dijemput oleh Kakeknya yang berasal dari Sragen untuk selanjutnya diasuh oleh keluarga besar," kata Risma.
"Tidak hanya di Kutai Barat, hingga saat ini kami sudah melakukan respons cepat terhadap anak-anak yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 di antaranya di Kutai Kartanegara, Samarinda, Sukoharjo, Purwakarta, Bekasi dan Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, tidak menutup kemungkinan kami juga akan merespons anak-anak di wilayah lainnya sesuai dengan laporan yang diterima," katanya.
Risma menegaskan Kemensos akan membantu keluarga besar anak untuk mengatasi kesulitan dalam mengasuh anak. Pihaknya juga akan memberikan layanan terapi melalui ATENSI berupa terapi fisik, psikososial dan mental spiritual untuk mengatasi perasaan sedih karena kehilangan orang tua akibat Covid-19 dan membangkitkan kembali semangat mereka untuk melanjutkan hidupnya.
"Tentunya kegiatan ini akan melibatkan kerjasama lembaga/instansi terkait seperti NGO dan sektor pemerintahan yang bertanggungjawab dalam menangani hal tersebut," katanya.
(abd)