Cerita di Balik Nama Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo

Senin, 02 Agustus 2021 - 08:59 WIB
loading...
Cerita di Balik Nama Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo
Diorama Perumusan Naskah Proklamasi oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - KEBETULAN atau tidak, tiga perumus Naskah Proklamasi yakni Bung Karno , Bung Hatta , dan Achmad Soebardjo, memiliki kisah terkait nama yang melekat pada diri mereka. Saat lahir, ketiganya memiliki nama yang berbeda dengan yang kita kenal saat ini.

Kita mulai dengan nama Bung Karno. Pada saat lahir di Surabaya, 6 Juni 1901, Bung Karno diberi nama Koesno Sosrodihardjo. Namun, lantaran sering sakit malaria dan disentri, ketika berumur 11 tahun nama Koesno diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.

Pergantian nama pria yang menjadi Presiden pertama RI itu dilakukan di rumah Dusun Krapak Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di rumah berarsitektur joglo itu, putra guru priyayi Jawa Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben tersebut berganti nama menjadi Karno atau Soekarno.

Menurut Kushartono, putra bungsu almarhum Raden Mas (RM) Haryono yang juga salah satu pewaris Ndalem Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, secara sirri pergantian nama beserta acara ritual itu berlangsung di Ndalem Pojok. Namun, legitimasinya dilakukan di rumah kakek Bung Karno di Kabupaten Tulungagung.



Dikutip dar Wikipedia, nama Karno diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yakni "Karna". Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o", sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".

Saat menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno. Alasannya, nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Namun, Bung Karno tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Selain itu, tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun.

Sama dengan Bung Karno, Bung Hatta juga memiliki nama lahir yang berbeda dengan nama yang kini dikenal publik. Bung Hatta yang lahir 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, pada mulanya diberi nama Mohammad Athar oleh orang tuanya, Muhammad Djamil dan Siti Saleha.

Athar berasal dari bahasa Arab, yang berarti harum. Namun, karena orang-orang tua dan orang di lingkungan tempat tinggalnya sulit menyebutkan nama Athar, sehari-hari pria yang juga wakil presiden pertama RI tersebut dipanggil 'Atta'. Lama-kelamaan, sapaan itu berkembang menjadi 'Hatta', seperti yang kita kenal saat ini.

Perubahan nama juga dialami Achmad Soebardjo Djojoadisurjo. Saat lahir di Telukjambe, Karawang, 23 Maret 1896, anak dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf (keturunan bangsawan Aceh)-Wardinah (keturunan Jawa-Bugis) ini diberi nama Teuku Abdul Manaf.

Dikutip dari www.pahlawancenter.com, atas usul kawan kakeknya, namanya kemudian diganti menjadi Soebardjo yang berarti 'cemerlang' atau 'gemerlapan'.



Kurator Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jaka Perbawa mengatakan, perubahan nama Achmad Soebardjo
juga disebabkan pertimbangan keamanan si anak dan keluarga besarnya yang merupakan keturunan bangsawan dan pejuang di Aceh. Keluarga Soebardjo hijrah dari Aceh ke Karawang untuk mengasingkan diri dari kolonial Hindia Belanda.

"Terlepas dari perubahan nama ketiga tokoh tersebut, semuanya ternyata bermuara pada keberuntungan si anak di masa depan. Ketiganya punya peran yang besar bagi kelahiran bangsa Indonesia," kata Jaka kepada SINDOnews, Minggu (1/8/2021) malam.
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2299 seconds (0.1#10.140)