Pasang Kuda-kuda Pilpres 2024, Parpol Mulai Berani Munculkan Jagoannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendati Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 masih sekitar tiga tahun lagi, sejumlah partai politik (parpol) sudah memulai pasang kuda-kuda.
Sebagian parpol sudah berani memunculkan sosok yang dinilai berpeluang diusung sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Partai Golkar misalnya mendorong ketua umumnya Airlangga Hartarto untuk maju ke Pilpres mendatang. Partai Gerindra juga sudah mendorong Prabowo Subianto untuk kesekian kalinya maju Pilpres 2024.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendorong ketua umumnya, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin atau Gus Ami). Kemudian, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sempat menyedot perhatian karena isu persaingan antara Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024.
Selain itu, Partai Amanat Nasional (PAN) yang menginginkan Ketua Dewan Kehormatannya, Soetrisno Bachir menjadi bakal calon presiden. Selain itu, Partai Demokrat dengan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menanggapi kondisi tersebut, Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam berpendapat setiap parpol tentu menginginkan mengusung kadernya sendiri dalam setiap kontestasi, termasuk dalam pilpres.
"Karena itu hampir semua parpol memunculkan kadernya untuk diajukan dalam Pilpres, misalnya Golkar menyorong Airlangga, PKB mempromosikan Muhaimin Iskandar, Gerindra mendukung Prabowo, Demokrat mengusung AHY," kata Arif Nurul kepada SINDOnews, Jumat 4 Juni 2021.
Karena, kata Kunto, dari awal publik sudah disodori nama-nama tersebut. Selanjutnya, publik atau calon pemilih kemudian bisa menilai jago-jagonya sejumlah Parpol itu.
"Bisa memboboti bisa lebih lama, sehingga kualitasnya di akhir juga kita berdoa supaya mendapatkan pemimpin yang lebih baik, kalau kita punya waktu untuk assessment yang lebih lama kan bisa jadi keputusan kita akan lebih baik, itu keuntungannya," kata Kunto.
Kunto pun menilai wajar sejumlah parpol sudah mengajukan jagonya masing-masing ke publik. "Parpol-parpol ini kan mereka yang punya tiket, mereka yang bisa mengajukan calon presiden, dan mereka sudah dari awal mengelus jago-jago mereka supaya publik juga semakin mengenal, popularitasnya semakin oke, dan juga elektabilitasnya semakin oke," tuturnya.
Dia pun memberikan contoh elektabilitas Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang langsung meroket ketika dicalonkan.
"Dari dua Presiden kita yang dipilih secara langsung, Pak SBY dan Pak Jokowi, elektabilitas mereka langsung meroket ketika partainya dan secara definitif mereka dicalonkan oleh partai atau koalisi partai menjadi calon presiden dan dideklarasikan, itu elektabilitasnya langsung meroket dan menurut saya itu adalah strategi yang diambil Parpol di Indonesia hari ini," tuturnya.
Lihat Juga: Tanggapan Berbagai Partai Politik soal Jokowi Dipecat PDIP, Ada yang Siap Menerimanya Bergabung?
Sebagian parpol sudah berani memunculkan sosok yang dinilai berpeluang diusung sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Partai Golkar misalnya mendorong ketua umumnya Airlangga Hartarto untuk maju ke Pilpres mendatang. Partai Gerindra juga sudah mendorong Prabowo Subianto untuk kesekian kalinya maju Pilpres 2024.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendorong ketua umumnya, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin atau Gus Ami). Kemudian, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sempat menyedot perhatian karena isu persaingan antara Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024.
Selain itu, Partai Amanat Nasional (PAN) yang menginginkan Ketua Dewan Kehormatannya, Soetrisno Bachir menjadi bakal calon presiden. Selain itu, Partai Demokrat dengan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menanggapi kondisi tersebut, Pengamat Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam berpendapat setiap parpol tentu menginginkan mengusung kadernya sendiri dalam setiap kontestasi, termasuk dalam pilpres.
"Karena itu hampir semua parpol memunculkan kadernya untuk diajukan dalam Pilpres, misalnya Golkar menyorong Airlangga, PKB mempromosikan Muhaimin Iskandar, Gerindra mendukung Prabowo, Demokrat mengusung AHY," kata Arif Nurul kepada SINDOnews, Jumat 4 Juni 2021.
Karena, kata Kunto, dari awal publik sudah disodori nama-nama tersebut. Selanjutnya, publik atau calon pemilih kemudian bisa menilai jago-jagonya sejumlah Parpol itu.
"Bisa memboboti bisa lebih lama, sehingga kualitasnya di akhir juga kita berdoa supaya mendapatkan pemimpin yang lebih baik, kalau kita punya waktu untuk assessment yang lebih lama kan bisa jadi keputusan kita akan lebih baik, itu keuntungannya," kata Kunto.
Kunto pun menilai wajar sejumlah parpol sudah mengajukan jagonya masing-masing ke publik. "Parpol-parpol ini kan mereka yang punya tiket, mereka yang bisa mengajukan calon presiden, dan mereka sudah dari awal mengelus jago-jago mereka supaya publik juga semakin mengenal, popularitasnya semakin oke, dan juga elektabilitasnya semakin oke," tuturnya.
Dia pun memberikan contoh elektabilitas Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang langsung meroket ketika dicalonkan.
"Dari dua Presiden kita yang dipilih secara langsung, Pak SBY dan Pak Jokowi, elektabilitas mereka langsung meroket ketika partainya dan secara definitif mereka dicalonkan oleh partai atau koalisi partai menjadi calon presiden dan dideklarasikan, itu elektabilitasnya langsung meroket dan menurut saya itu adalah strategi yang diambil Parpol di Indonesia hari ini," tuturnya.
Lihat Juga: Tanggapan Berbagai Partai Politik soal Jokowi Dipecat PDIP, Ada yang Siap Menerimanya Bergabung?
(dam)