Pemerintah Didorong Galang Dukungan Adili Israel ke Mahkamah Internasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi Perlindungan Anak DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhori Yusuf merespons eskalasi konflik di Jalur Gaza, Palestina, yang kian meningkat. Hingga Minggu (16/5/2021) siang waktu Al-Quds, sebanyak 181 warga Palestina, termasuk 52 anak-anak dan 31 perempuan telah tewas.
Baca juga: Serangan Udara Israel Tewaskan 42 Warga Palestina di Gaza
Bukhori Yusuf mengaku geram dan mengutuk serangan membabi buta militer Israel yang berdampak pada korban jiwa di kalangan sipil. "Untuk kesekian kalinya, saya mengutuk agresi militer Israel yang dilakukan secara gegabah dan mengabaikan kaidah hukum internasional. Pemerintah tidak cukup sebatas mengecam," ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Senin (17/5/2021).
Dia menilai langkah tersebut kian mendesak demi mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak dan konflik yang terus berulang. Dirinya pun menyesalkan sikap Dewan Keamanan PBB yang hingga kini belum mengeluarkan sikap resmi karena dibayangi ancaman oleh Amerika Serikat.
Menurut dia, komunitas internasional perlu mendukung konsistensi pemerintah Mesir yang belakangan bersedia membuka pintu perbatasan Rafah untuk mengirimkan bantuan medis.
"Namun, tidak cukup di situ. Blokade darat dan laut oleh Israel di tempat lain juga harus lekas diakhiri melalui tekanan internasional yang kuat dan konsisten demi tercapainya akses bantuan yang memadai bagi mereka yang butuh segera diselamatkan," imbuhnya.
Kolapsnya sejumlah fasilitas kesehatan di Palestina akibat pandemi dan agresi militer di saat bersamaan juga menuai sorotan dari alumnus Universitas Madina Arab Saudi ini. Belakangan, rumah sakit Indonesia di Gaza turut mengalami dampak kerusakan akibat serangan rudal militer Israel.
Bukhori menuturkan, Instalasi kesehatan adalah objek vital yang dilindungi dalam hukum humaniter internasional dan konvensi Jenewa. Kata dia, serangan militer Israel terhadap objek tersebut menunjukkan tindakan yang naif.
"Mereka bahkan gagal dalam menentukan target operasi yang akurat. Alhasil, fakta ini kian menguak kelemahan agresi sekaligus kegagalan mereka dalam memahami nilai-nilai universal yang telah menjadi kesepakatan global. Dengan demikian, apakah pantas Israel ini disebut sebagai bagian dari negara dunia?" tuturnya.
Baca juga: Serangan Udara Israel Tewaskan 42 Warga Palestina di Gaza
Bukhori Yusuf mengaku geram dan mengutuk serangan membabi buta militer Israel yang berdampak pada korban jiwa di kalangan sipil. "Untuk kesekian kalinya, saya mengutuk agresi militer Israel yang dilakukan secara gegabah dan mengabaikan kaidah hukum internasional. Pemerintah tidak cukup sebatas mengecam," ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Senin (17/5/2021).
Dia menilai langkah tersebut kian mendesak demi mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak dan konflik yang terus berulang. Dirinya pun menyesalkan sikap Dewan Keamanan PBB yang hingga kini belum mengeluarkan sikap resmi karena dibayangi ancaman oleh Amerika Serikat.
Menurut dia, komunitas internasional perlu mendukung konsistensi pemerintah Mesir yang belakangan bersedia membuka pintu perbatasan Rafah untuk mengirimkan bantuan medis.
"Namun, tidak cukup di situ. Blokade darat dan laut oleh Israel di tempat lain juga harus lekas diakhiri melalui tekanan internasional yang kuat dan konsisten demi tercapainya akses bantuan yang memadai bagi mereka yang butuh segera diselamatkan," imbuhnya.
Kolapsnya sejumlah fasilitas kesehatan di Palestina akibat pandemi dan agresi militer di saat bersamaan juga menuai sorotan dari alumnus Universitas Madina Arab Saudi ini. Belakangan, rumah sakit Indonesia di Gaza turut mengalami dampak kerusakan akibat serangan rudal militer Israel.
Bukhori menuturkan, Instalasi kesehatan adalah objek vital yang dilindungi dalam hukum humaniter internasional dan konvensi Jenewa. Kata dia, serangan militer Israel terhadap objek tersebut menunjukkan tindakan yang naif.
"Mereka bahkan gagal dalam menentukan target operasi yang akurat. Alhasil, fakta ini kian menguak kelemahan agresi sekaligus kegagalan mereka dalam memahami nilai-nilai universal yang telah menjadi kesepakatan global. Dengan demikian, apakah pantas Israel ini disebut sebagai bagian dari negara dunia?" tuturnya.