Pengamat: Naif jika Partai Baru Hanya Andalkan Figur Amien Rais
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo melihat peta kekuatan PAN dalam pemilu yang mengalami pasang surut dan belum mampu menembus 8 persen suara, menggambarkan posisi PAN sangat rawan jika mengalami perpecahan.
(Baca juga: Wacana Kader PAN Bikin Partai Baru, Pengamat: Yang Susah Lolos ke Senayan)
Menurutnya, jika muncul partai sempalan atau partai baru, maka posisi PAN bisa mengalami nasib buruk seperti PPP yang nyaris tidak lolos Parlementary Thershold (PT) pada Pemilu 2019 lalu karena mengalami konflik internal.
"Itupun perpecahan PPP baru tahap sengketa, belum sampai muncul partai sempalan yang sama-sama ikut pemilu. Apalagi, jika muncul partai baru yang sama-sama menjadi perserta pemilu maka PPP dan partai sempalannya bisa terancam tidak lolos PT," ujar Karyono saat dihubungi SINDOnews, Senin (18/5/2020).
Begitu pun demikian, kata Karyono, jika PAN mengalami pembelahan hingga muncul partai sempalan, maka baik PAN pimpinam Zulkifli Hasan maupun partai baru yang akan didirikan Amien Rais dan para loyalisnya bisa terancam tidak lolos PT karena suaranya pasti terbelah. Partai tersebut akan semakin berat ke depan jika PT dinaikkan lagi.
Dia menilai, Partai baru sempalan dari PAN yang akan didirikan tidak cukup mengandalkan figur Amien Rais. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, pamor Amien Rais kian merosot, pengaruhnya semakin memudar, sehingga sulit diharapkan sebagai magnet politik untuk menggaet dukungan suara.
"Yang bakal terjadi justru kedua partai hanya akan berebut pada ceruk pemilih yang sama, yaitu mengandalkan basis dukungan kalangan Muhammadiyah ditambah sedikit kalangan di luar Muhammadiyah," tutur dia.
Di sisi lain, lanjut dia, para loyalis Amien Rais sungguh naif bila hanya mengandalkan figur pendiri PAN itu. Pasalnya, figur Amien Rais sudah kehilangan momentumnya untuk dijadikan vote getter. Sosok Amien memang dianggap populer di masa reformasi, tapi seiring dengan waktu dinamikanya telah berubah.
"Figur Amien sulit diandalkan untuk memperluas spektrum dukungan politik karena pengaruhnya tidak lagi seperti di era reformasi," kata Karyono.
Dia menyatakan, sejak pertama kali ikut pemilu perolehan suara PAN tidak pernah melampaui 8%. Perolehan suaranya mengalami pasang surut. Pada Pemilu 1999 PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen. Pada Pemilu 2004 perolehan suara PAN menurun dibanding pemilu 1999. Partai yang didirikan Amien Rais hanya meraih 7.303.324 (6,44%).
(Baca juga: Wacana Kader PAN Bikin Partai Baru, Pengamat: Yang Susah Lolos ke Senayan)
Menurutnya, jika muncul partai sempalan atau partai baru, maka posisi PAN bisa mengalami nasib buruk seperti PPP yang nyaris tidak lolos Parlementary Thershold (PT) pada Pemilu 2019 lalu karena mengalami konflik internal.
"Itupun perpecahan PPP baru tahap sengketa, belum sampai muncul partai sempalan yang sama-sama ikut pemilu. Apalagi, jika muncul partai baru yang sama-sama menjadi perserta pemilu maka PPP dan partai sempalannya bisa terancam tidak lolos PT," ujar Karyono saat dihubungi SINDOnews, Senin (18/5/2020).
Begitu pun demikian, kata Karyono, jika PAN mengalami pembelahan hingga muncul partai sempalan, maka baik PAN pimpinam Zulkifli Hasan maupun partai baru yang akan didirikan Amien Rais dan para loyalisnya bisa terancam tidak lolos PT karena suaranya pasti terbelah. Partai tersebut akan semakin berat ke depan jika PT dinaikkan lagi.
Dia menilai, Partai baru sempalan dari PAN yang akan didirikan tidak cukup mengandalkan figur Amien Rais. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, pamor Amien Rais kian merosot, pengaruhnya semakin memudar, sehingga sulit diharapkan sebagai magnet politik untuk menggaet dukungan suara.
"Yang bakal terjadi justru kedua partai hanya akan berebut pada ceruk pemilih yang sama, yaitu mengandalkan basis dukungan kalangan Muhammadiyah ditambah sedikit kalangan di luar Muhammadiyah," tutur dia.
Di sisi lain, lanjut dia, para loyalis Amien Rais sungguh naif bila hanya mengandalkan figur pendiri PAN itu. Pasalnya, figur Amien Rais sudah kehilangan momentumnya untuk dijadikan vote getter. Sosok Amien memang dianggap populer di masa reformasi, tapi seiring dengan waktu dinamikanya telah berubah.
"Figur Amien sulit diandalkan untuk memperluas spektrum dukungan politik karena pengaruhnya tidak lagi seperti di era reformasi," kata Karyono.
Dia menyatakan, sejak pertama kali ikut pemilu perolehan suara PAN tidak pernah melampaui 8%. Perolehan suaranya mengalami pasang surut. Pada Pemilu 1999 PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen. Pada Pemilu 2004 perolehan suara PAN menurun dibanding pemilu 1999. Partai yang didirikan Amien Rais hanya meraih 7.303.324 (6,44%).